Petani di perkebunan teh Kemuning di kabupaten Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, merayakan tradisi Bedhayan Pucuk Putri pada 30 Juli kemarin untuk menyatakan rasa syukur atas panen yang baik.
Tradisi dimulai dengan parade gunungan yang terdiri dari hasil pertanian. Pawai dimulai di salah satu mata air di daerah sekitar yang konon merupakan tempat nenek moyang mereka pertama kali menanam teh. Dari sana, para peserta berjalan di sepanjang jalan desa sebelum sampai di perkebunan teh.

Tumpeng yang dibawa oleh para gadis desa | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
Setelah tiba di lokasi, acara dilanjutkan dengan pertunjukan, Tari Pucuk Putri Bedhayan, yang menampilkan sembilan wanita. Tarian ini diciptakan oleh penduduk setempat dan, menurut tradisi, hanya dapat dilakukan oleh para gadis.
“Tarian ini menggambarkan proses penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan teh,” kata ketua panitia acara, Priyanto Wiryo.

Tari Pucuk Putri Bedhayan | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
Priyanto mengatakan tradisi tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk selalu bersyukur atas karunia alam berupa teh di area Kemuning.
Teh itu sendiri memiliki banyak keunggulan. Daunnya bisa diolah untuk membuat minuman, sedangkan tanaman teh bisa menampung 70 liter air.

Tari Lembu Suro | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
Perkebunan ini juga berfungsi sebagai tempat rekreasi yang telah dikelola dengan baik tanpa dieksploitasi secara berlebihan.
Catatan kaki: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


