Ngajaga Warisan Budaya di Tanah Jawara
By: Hanifa Rizqi Firmansyah
[Sisingaan]Foto: https://www.subang.go.id/storage/backend/images/berita/20201109151023.jpg
#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Sisingaan merupakan simbol dari perlawanan rakyat subang, saat UU Agraria Tahun 1870 saat pemerintahan kolonial belanda yang membuka lebar peluang ekspansi bisnis kaum pemodal dari Eropa saat itu, masyarakat Subang mempunyai dua lambang penguasa. Pertama adalah mahkota yang menjadi lambang Belanda. Kedua adalah tiga singa yang merupakan lambang Inggris. Saat di bawah kekuasaan Inggris masyarakat Subang mempunyai tekanan dari segi bidang ekonomi yang kuat. Sehingga berbagai macam cara dikerahkan inggris untuk menguasai masyarakat Subang untuk dijadikan sebagai pekerja keras yang dibutuhkan pabrik gula batu yang baru saja dibuka. Pada titik tersebut masyarakat Subang tidak bisa melawan secara fisik sehingga masyarakat Subang melawan dengan mewujudkan kesenian daerah yaitu sisingaan. Sesuai dengan lambang kekuasaan industri bangsa Inggris yaitu singa sehingga masyarakat Subang Seperti menghina lambang tersebut.
Pada era digitalisasi seperti saat ini, anak-anak tidak mengenal apa itu budaya sisingaan yang ada di daerah Subang. Budaya ini hanya diketahui masyarakat generasi milenial. Sehingga anak zaman sekarang akan menolak budaya yang tidak sesuai dengan zaman mereka. Anak zaman sekarang lebih cenderung bermain gadget, yang di mana permainan dan fitur yang sangat menarik. Sehingga sangat sulit dalam mengajarkan budaya ini.
Agar bisa mengajarkan budaya lokal atau sisingaan ini, orang tua atau guru harus bisa mencari pembahasan yang menarik dan asik agar membuat anak-anak zaman sekarang bisa menerima budaya lokal. Selain itu, anak-anak bisa langsung memahami apa itu budaya lokal dan sisingaan anak jaman sekarang yang sangat susah mempelajari tentang kebudayaan lokal, karena anak zaman sekarang lebih sering bermain gadget data yang di peroleh dari website dataindonesia.id33.4% anak usia dini sudah bermain gadget, sehingga anak-anak tersebut tidak mempunyai ketertarikan untuk mengetahui kebudayaan sisingaan ini dan hanya ingin menegetahui apa yang ada di gadget dan kebanyakan anak-anak sekarang sudah pintar membuka website yang berisikan konten dewasa tanpa ada pengawasan orang tua. Sehingga bisa saja anak tersebut merugikan harta orang tua,
Pengawasan dan pendidikan terhadap anak-anak sangatlah penting karena masa depan tergantung cara didik dari orang tua. Jika ingin memperkenalkan kebudayaan sisingaan kepada anak-anak harus dengan cara didikan dari orang tua supaya anak-anak terbiasa dan mengetahui kebudayaan yang ada di daerah masing-masing teutama Subang yaitu sisisngaan. Pengenalan budaya sisingaan juga bisa melalui konten media tetapi dengan membuatnya secara menarik dan para penonton tidak merasa bosan dengan konten yang dibuatnya. Sisingaan juga harus dibuat menjadi permainan yang sangat menarik, sehingga anak-anak jaman sekarang bisa memainkan permainan sekaligus mengenal banyak budaya. Contoh game yang memperkenalkan budaya seperti perang di ponegoro, dan marbel budaya nusantara. Tapi tidak semua anak memainkan ini karena banyak fitur yang kurang menarik, menjadi kurang diminati anak-anak. Sebagian generasi Z, setelah kuliah menjadi pengangguran. Hal ini menjadi salah satu yang mengakibatkan Indonesia lambat dalam perkembangan. Seharusnya generasi Z mampu mengembangkan negara Indonesia dengan menciptakan sebuah aplikasi game atau aplikasi pencari kebudayaan yang ada di Nusantara. Sehingga aplikasi tersebut bisa digunakan agar mengetahui kebudayaan yang ada di seluruh Nusantara dan anak-anak pun bisa mempermainkannya dan mempunyai fitur menarik yang diciptakan anak muda Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


