sejarah hari ibu 22 desember dan perjalanan kongres perempuan indonesia tahun 1928 1941 - News | Good News From Indonesia 2024

Sejarah Hari Ibu 22 Desember dan Perjalanan Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928-1941

Sejarah Hari Ibu 22 Desember dan Perjalanan Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928-1941
images info

Sejarah Hari Ibu 22 Desember dan Perjalanan Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928-1941


Hari Ibu Nasional selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember dengan tujuan menghargai jasa perempuan, terutama perannya sebagai ibu.

Peringatan Hari Ibu juga menjadi tanda lahirnya gerakan perempuan di Indonesia yang juga timbul dari semangat pergerakan nasional.

Hal ini tidak lepas dari kondisi pada masa itu, di mana pemerintah kolonial sangat membatasi kebebasan berekspresi, terutama pada kaum wanita.

Semangat pergerakan nasional terutama, terlebih adanya Sumpah Pemuda pada tahun 1928, mendorong para perempuan Indonesia untuk memperjuangkan kesetaraan.

Artikel kali ini akan mengajak Kawan GNFI untuk melihat bagaimana perjuangan perempuan melalui Kongres Perempuan serta bagaimana Hari Ibu 22 Desember terbentuk!

Latar Belakang Kongres Perempuan 1928

Pelaksanaan Kongres Perempuan tahun 1928 tidak lepas dari kondisi kehidupan wanita di Hindia Belanda yang terkurung dalam budaya patriarki.

Kaum perempuan selalu mendapat batasan, terutama dalam bidang pendidikan dan sosial. Belum lagi perlakuan terhadap kaum perempuan seperti kawin paksa, poligami, serta kedudukan yang tidak setara dengan lelaki membuat mereka mengalami diskriminasi.

Kondisi tersebut mendorong beberapa perempuan sadar, misalnya RA Kartini, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, dan yang lainnya melakukan emansipasi.

Gerakan perempuan pada masa ini juga terfokus pada perbaikan taraf hidup dan perbaikan kehidupan keluarga serta perkawinan dengan cara melatih kecakapan wanita.

baca juga

Perubahan Gerakan Perempuan

Mulai tahun 1920-an perkumpulan-perkumpulan perempuan tersebut berkembang menjadi sebuah gerakan nasional yang juga mengarah pada organisasi politik dan gerakan terpelajar. Mereka tergabung dalam beberapa organisasi, seperti Sarekat Perempuan Islam Indonesia, Aisyiyah, Wanito Utomo, Wanita Mulyo, Taman Siswa bagian wanita, dan lain sebagainya.

Terbentuknya Kongres Perempuan

Pelaksanaan Kongres Pemuda atau Sumpah Pemuda pada tahun 1928 dan paham nasionalisme yang semakin tinggi mendorong organisasi perempuan untuk bersatu.

Sebelumnya, konferensi-konferensi pada tahun 1928 juga turut mendesak kaum perempuan agar membentuk sebuah federasi.

Atas dorongan serta tekad untuk bersatu, guru muda pendiri cabang Putri Indonesia dan tujuh organisasi perempuan menginisiasi sebuah pertemuan serta pembentukan panitia kongres di Yogyakarta. Tujuh organisasi tersebut yaitu Wanita Taman Siswa, Wanita Utomo, Jong Islamieten Bond bagian perempuan, Jong Java bagian perempuan, Wanita Katolik, Aisyiyah dan Putri Indonesia.

Kongres Perempuan dilaksanakan sebanyak 4 kali, kongres pertamanya dilaksanakan pada 22—25 Desember 1928. Dari sini, menghasilkan keputusan tentang pembentukan Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) dan mendirikan studiefonds untuk anak yang tidak mampu.

Kongres Perempuan kedua dilaksanakan pada 20—24 Juli 1935 di Jakarta dengan membahas Pembentukan Badan Perburuhan Perempuan (PBPP), pemberantasan buta huruf, menyelidiki kedudukan perempuan dalam Islam, dan penyelenggaraan kongres tiap tiga tahun sekali.

Selanjutnya, Kongres Perempuan ketiga dilaksanakan pada 23—17 Juli 1938 di Bandung. Kongres ketiga menghasilkan keputusan mengenai persetujuan RUU Perkawinan dan penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Terakhir, Kongres Perempuan dilaksanakan pada 25—28 Juli 1941 di Semarang yang hasilnya adalah mengusulkan bahasa Indonesia agar dimasukan mata pelajaran.

baca juga

Penetapan 22 Desember Sebagai Hari Ibu

Usul mengenai pengajuan Hari Ibu pada 22 Desember dibahas ketika Kongres Perempuan III di Bandung.

Hal ini kemudian ditindaklanjuti oleh Presiden Soekarno dan segera menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu dengan mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959.

Sumber:

 

  • Susan Blackburn. (2007). Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang. Yayasan Obor Indonesia/KITLV - Jakarta
  • Isnan Hidayatur R. (2015). Peranan Kongres Perempuan Indonesia Pada Masa Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1928-1941. Universitas Negeri Jember.
  • Ega Aizawa. (2023). Peranan Aisyiyah dalam Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928-1941 . Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IT
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.