sejarah kota sorong - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah Kota Sorong: dari Kota Minyak hingga Gerbang Papua Barat

Sejarah Kota Sorong: dari Kota Minyak hingga Gerbang Papua Barat
images info

Sejarah Kota Sorong: dari Kota Minyak hingga Gerbang Papua Barat


Kota Sorong, yang mana terkenal dengan julukan Kota Minyak, ternyata memiliki perjalanan sejarah yang panjang bahkan sebelum kemerdekaan. Sebagai kota yang berada di ujung barat Pulau Papua, wilayah ini menjadi gerbang untuk masuk menyusuri pulau ini.

Mari mengenal perjalanan sejarah Kota Sorong secara mendalam!

baca juga

Mengenal Sekilas Kota Sorong

Kota Sorong merupakan ibu kota Provinsi Papua Barat Daya. Sebagai kota terbesar kedua di Papua setelah Jayapura, Sorong memiliki luas 1.105 km², dengan topografi yang bervariasi, mulai dari pegunungan, bukit, hingga dataran rendah.

Kota ini terletak pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi hutan lebat yang sebagian besar merupakan hutan lindung dan wisata. Batas-batas wilayah Kota Sorong adalah sebagai berikut:

  • Utara: Distrik Makbon dan Selat Dampier
  • Timur: Distrik Makbon dan Selat Dampier
  • Selatan: Distrik Aimas dan Distrik Salawati
  • Barat: Selat Dampier
baca juga

Letak Kota Sorong @ Envapid/wikimedia commons
info gambar

Letak Kota Sorong @ Envapid/wikimedia commons


Asal-Usul Nama Kota Sorong dan Maknanya 

Nama Sorong berasal dari kata "Soren," yang dalam bahasa Biak berarti "laut yang dalam dan bergelombang." Istilah ini pertama kali digunakan oleh suku Biak Numfor yang berlayar dengan perahu layar dari pulau ke pulau. 

Ketika suku tersebut tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat, suku Biak kemudian memberi nama "Daratan Maladum" (sekarang bagian dari Kota Sorong) dengan sebutan "Soren."

Seiring waktu, kata "Soren" berubah pelafalannya oleh para pedagang Tionghoa, misionaris Eropa, serta masyarakat Maluku dan Sangihe menjadi "Sorong." Nama ini terus digunakan hingga saat ini untuk menyebut salah satu kota yang berkembang pesat di Papua Barat.

baca juga

Perjalanan Sejarah Kota Sorong 

Masa Hindia Belanda (1800–1949)

Kota Sorong memiliki sejarah panjang sebagai "Kota Minyak," dimulai sejak kedatangan perusahaan minyak Belanda di Semenanjung Doberai. Penemuan sumber minyak pada 1908 menandai awal pendudukan Belanda di wilayah tersebut. 

Pada 1932, pengeboran sumur minyak pertama dilakukan, dan pada 1935, perusahaan Belanda, Royal Dutch Shell melalui anak usahanya, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), mendirikan Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) untuk mengelola tambang minyak bumi di Papua.

Masa Pendudukan Jepang (1941–1945)

Pada 1942, pasukan Jepang berhasil menduduki Sorong dan menjadikannya sebagai pusat operasi militer dengan menempatkan 12.500 tentara di pangkalan udara setempat. Pendudukan ini berlangsung hingga Juni 1944, ketika Jepang secara resmi menyerah kepada sekutu dan menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Kompleks Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) di Sorong tahun 1954 @ Nationaal Archief
info gambar

Kompleks Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) di Sorong tahun 1954 @ Nationaal Archief


Masa Nugini Belanda (1949–1962)

Pada 1947, pemerintah Belanda mulai menyusun struktur pemerintahan dengan membagi wilayah Papua menjadi daerah besar dan kecil, dan Sorong ditetapkan sebagai onderafdeling yang mencakup distrik-distrik di Kepulauan Raja Ampat dan Semenanjung Doberai. 

Karena luasnya wilayah, pada 1952, Onderafdeling Sorong dibagi menjadi dua, yaitu Onderafdeling Sorong-Olie dan Onderafdeling Radja Ampat. Sorong-Olie, yang juga dikenal dengan nama Sorong-Minyak atau Sorong-vaste-wal, digunakan untuk membedakan antara "Sorong-Daratan" dan "Sorong-Doom."

Setelah Perang Dunia II, industri perminyakan di Sorong berkembang pesat, dengan minyak bumi menjadi salah satu alasan Belanda ingin mempertahankan wilayah Papua. Pada 1954, NNGPM mencapai puncak produksi dengan mengekspor setengah juta ton minyak senilai 26,4 juta Gulden. 

Namun, setelah itu produksi minyak mulai menurun drastis. Pada 1961, banyak pekerja ekspatriat Eropa meninggalkan Sorong, dan NNGPM menjual asetnya sebelum wilayah ini akhirnya dikuasai oleh Republik Indonesia. 

Pertambangan minyak di Sorong kemudian diambil alih oleh Perusahaan Minyak Negara (Permina), yang kini dikenal sebagai Pertamina.

Masa Pemerintahan Indonesia (1962–sekarang)

Pada 1 Oktober 1962, Irian Barat diserahkan kepada Badan Penguasa Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNTEA), dan pada 1 Mei 1963, wilayah ini secara resmi diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia. Pada 1965, seorang wakil Bupati Koordinator ditempatkan di Sorong untuk mengelola wilayah tersebut. 

Pada 1969, setelah pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), status Kota Administratif Sorong tetap tidak berubah, dengan pembagian wilayah yang meliputi Wilayah Pemerintahan Setempat Sorong dengan ibu kota Sorong dan Wilayah Pemerintahan Setempat Raja Ampat dengan ibu kota Sorong Doom. 

Pembagian wilayah ini berlangsung hingga 1973, saat dilakukan penghapusan sejumlah distrik dan wilayah Kepala Daerah Setempat. Kemudian dilakukan pembentukan Pemerintahan Wilayah Kecamatan Tahap Pertama (1973–1974). 

Awalnya, Kota Sorong merupakan kecamatan dalam Kabupaten Sorong. Namun, seiring waktu, perubahan peraturan membawa kota ini menjadi kota administratif pada 3 Juni 1996, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996. 

Selanjutnya, melalui Undang-Undang No. 45 Tahun 1999, Kota Administratif Sorong ditingkatkan menjadi kota otonom yang dikenal sebagai Kota Sorong. Pada tahun 2022, terjadi pemekaran Provinsi Papua Barat yang menghasilkan Provinsi Papua Barat Daya. Sorong kemudian menjadi ibu kota dari provinsi baru tersebut. 

Peran Sorong sebagai Pintu Gerbang Papua 

Kota Sorong dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten dengan sumber daya alam yang melimpah, menjadikannya pusat industri barang dan jasa yang penting di Papua. Sebagai kota pelabuhan, Sorong memiliki posisi strategis dekat dengan ALKI 3, salah satu jalur pelayaran internasional. 

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) menghubungkan Samudra Pasifik di utara dan Samudra Hindia di selatan Indonesia, menjadikan Sorong sebagai gerbang yang menghubungkan rute pelayaran internasional dan domestik di Kawasan Timur Indonesia.

Sorong juga dikenal karena keindahan alamnya, keragaman budaya, dan kemajuan infrastrukturnya yang pesat. Sebagai pintu gerbang menuju Raja Ampat, kota ini memiliki potensi wisata alam yang luar biasa, sekaligus menjadi tempat yang nyaman untuk menjelajahi budaya Papua. 

Dengan berkembangnya sektor pariwisata dan perekonomian, Sorong berpotensi menjadi salah satu kota utama di Papua yang menarik untuk dikunjungi maupun dijadikan tempat tinggal. Sudah pernahkah Kawan berkunjung ke Kota Sorong?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ashnov Brillianto Ahmada lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ashnov Brillianto Ahmada.

AB
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.