situs megalitik batu berak warisan leluhur di tanah lampung - News | Good News From Indonesia 2025

Situs Megalitik Batu Berak: Warisan Leluhur di Tanah Lampung

Situs Megalitik Batu Berak: Warisan Leluhur di Tanah Lampung
images info

Situs Megalitik Batu Berak: Warisan Leluhur di Tanah Lampung


Pada bulan Juni 2025, mahasiswa dari IPB University datang ke Lampung Barat untuk melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi (KKN-T Inovasi) dan membantu mengidentifikasi dan mengembangkan potensi daerah setempat.

Disaat melaksanakan program tersebut, mahasiswa KKN-T Inovasi IPB bertemu dengan beberapa situs-situs berpotensi pariwisata tinggi. Salah satu situs yang menarik perhatian dari Tim KKN-T di lampung barat adalah situs-situs megalitikum yang ada, lebih khususnya Situs Megalitik Batu Berak.

Situs Megalitik Batu Berak merupakan peninggalan arkeologis yang menyimpan jejak peradaban kuno yang terletak di Pekon Pura Jaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat. Situs Megalitik Batu Berak mencerminkan kearifan lokal masyarakat adat.

Situs ini memiliki luas kurang lebih 3,5 hektare dan memuat berbagai struktur batu megalitik yang diantara terdapat Batu Menhir, Dolmen, Batu Datar, dan Batu Umpak yang tersebar di sekitarnya.

Struktur batu di situs megalitik ini terdiri atas 38 Dolmen yang digunakan sebagai tempat sesajen, 40 Batu Menhir yang digunakan sebagai bagian dari ritual keagamaan, tiga Batu Datar yang masih dalam penelitian, serta Batu Umpak yang tersebar luas dan belum diketahui fungsinya secara pasti.

Di sekitar kompleks ini juga ditemukan artefak seperti manik-manik kaca dan batu, serta pecahan keramik lokal dan asing, yang memperkaya pemahaman akan interaksi budaya pada masa lalu.

Situs megalitik ini resmi ditemukan pada tahun 1951 oleh Biro Rekonstruksi Nasional (BRN), meskipun sebelumnya penduduk lokal telah mengetahui keberadaannya sejak tahun 1931. Studi arkeologis baru dilakukan secara sistematis pada tahun 1980 oleh Prof. Dr. Haris Sukendar.

Nama “Batu Berak” sendiri merupakan gabungan dari bahasa Sunda dan Lampung; berak dalam bahasa Sunda yang berarti “banyak” dan bekhak dalam bahasa Lampung yang berarti “lebar”, merujuk pada banyaknya batu besar yang tersebar luas di kawasan situs ini.

Situs megalitik ini sempat dikaitkan dengan Kerajaan Skala Berak, tapi hingga kini belum ditemukan bukti ilmiah yang menguatkan keterkaitan tersebut.

Nilai historis yang tinggi juga berpadu dengan fungsi spiritual, yang menjadikan kawasan ini menjadi tempat yang sakral dan dihormati hingga saat ini. Pak Eko Harmon merupakan pemandu lokal yang berperan penting dalam menjaga, merawat, dan memperkenalkan warisan budaya ini kepada para pengunjung dan peneliti.

Situs megalitik ini telah mengalami dua kali pemugaran besar pada tahun 1984 dan 1989, dan kini dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui UPT Bengkulu.

Dalam perkembangannya, Situs Megalitik Batu Berak tidak hanya berfungsi sebagai situs sejarah, tetapi juga dimanfaatkan untuk kegiatan edukasi, wisata budaya, dan ritual masyarakat adat yang masih mempercayainya. Kepercayaan terhadap kekuatan spiritual situs megalitik ini masih kuat di kalangan penduduk sekitar.

Meskipun situs megalitik ini berada di pedesaan, banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi situs megalitik ini untuk berbagai kegiatan, seperti penelitian, mengisi waktu liburan, dan keperluan lainnya dikarenakan daerahnya yang sejuk dan indah.

Namun, pengembangan pariwisata yang tidak berbasis riset dapat membawa dampak negatif terhadap kelestarian situs. Oleh karena itu, diperlukan langkah pelestarian berbasis ilmiah yang mencakup ekskavasi, pemetaan struktur, dan penetapan batas kawasan agar nilai sejarahnya tetap terjaga tanpa mengorbankan potensi wisata yang ada.

Dengan pengelolaan yang tepat dan promosi yang terarah, Situs Megalitik Batu Berak berpotensi menjadi ikon budaya Lampung khususnya Lampung Barat sekaligus pusat edukasi sejarah yang bermakna bagi generasi sekarang dan masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KL
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.