Pulau Mansinam, pulau yang terletak 6 kilometer dari Kota Manokwari ini menyimpan sejarah dan masa depan yang menjanjikan. Berawal dari abad 19, pulau ini menjadi pintu gerbang masuknya ajaran Injil di tanah Papua. Ottow dan Geissler, dua tokoh berkebangsaaan Jerman membawa semangat misi penyebaran Injil melalui pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hingga hari ini, Pulau Mansinam dikenal sebagai pulau wisata religi bagi umat Kristen Protestan.
Seiring pergantian abad, Pulau ini kembali menjadi pintu gerbang perubahan. Bukan orang berkebangsaan eropa, tetapi anak muda dari papua yang sadar akan kondisi dan urgensi di tanah kelahirannya. Kali ini bukan soal agama, melainkan tentang inklusifitas dan taraf kualitas pendidikan.
Bhrisco Jordy Dudi Padatu, seorang pemuda dari Papua yang yakin bahwa pendidikan adalah hal utama dalam menatap masa depan. Melihat fenomena di sekitar kampung halamannya, ia mendirikan Papua Future Project (PFP) pada Juli 2021 dengan membawa misi akses pendidikan berkualitas dan inklusif untuk anak-anak di daerah Papua khususnya daerah tertinggal.
Seperti yang diketahui, pendidikan di wilayah Indonesia Timur khususnya daerah Papua memiliki tantangan pendidikan yang cukup beragam. Mulai dari akses ke sekolah, ketersediaan guru, hingga fasilitas yang terbatas.
Dilansir dari Bapperida Papua, sektor pendidikan di Papua menghadapi tantangan yang beragam seperti wilayah pedalaman yang sulit dijangkau, infrastruktur dan transportasi yang terbatas membuat anak-anak jauh untuk menempuh sekolah. Hal ini menyebabkan partisipasi sekolah menurun dan angka putus sekolah tinggi, terutama di daerah terpencil yang tidak memiliki sarana pendidikan memadai.
Terdapat tantangan lain seperti ketimpangan mutu, kebijakan pendidikan, serta kekurangan tenaga pengajar berkualitas menjadi isu serius. Selain itu, persoalan ekonomi keluarga juga menjadi persoalan akan banyaknya jumlah anak yang terpaksa membantu orang tua bekerja daripada melanjutkan sekolah.
Tantangan ini tidak menyulutkan semangat Bhrisco untuk mengambil keputusan dalam mengambil langkah strategis membuat Papua Future Project (PFP). Sedikit demi sedikit, ia menopang semangat dengan langkah sederhana dan memulainya dari Pulau Mansinam.
Kegiatan ini tidak semulus yang dikira, berbagai rintangan dilalui seperti kekurangan buku bahkan hambatan cuaca, Namun, semangat dan tekad untuk terus berdampak membuatnya terus konsisten dan hadir di tengah-tengah anak Papua. Melalui forum dan kelas kecil ini, anak-anak tidak hanya belajar membaca atau berhitung, tanpa disadari juga belajar untuk meraih dan menggapai mimpi.
Lembaga swadaya masyarakat (NGO) ini merupakan awal dari gerakan untuk mempromosikan keberlanjutan dengan mendukung pendidikan berbasis lokal. Seiring berjalannya waktu, mulai mengalir dukungan dari teman dan komunitas lokal lainnya yang menandakan bahwa gerakan ini tidak hanya menatap peristiwa yang terjadi, melainkan merespon dan membuka tangan akan kepedulian tentang pendidikan di timur Indonesia.
Melalui semangat dan antusias dalam mencapai pendidikan berkualitas di Papua, ia berhasil memperoleh penghargaan di Satu Indonesia Awards 2022 di bidang pendidikan.
Selain itu, Visi dan misi dari Bhrisco sangat sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau (Sustainable Development Goals), terkhusus SDGs 4, yakni Pendidikan Berkualitas. Dalam hal ini, pendidikan memegang kunci untuk mengurangi kesenjangan sosial dan menuju pembangunan berkelanjutan.
Bhrisco menilai inisiatif tersebut bukanlah solusi jangka pendek, tetapi proyek dengan visi jangka panjang untuk mencapai pendidikan yang inklusif serta berkualitas.


