Heri Pemad ialah direktur dari festival seni ARTJOG yang tiap tahun digelar di Yogyakarta. Bisa dibilang ia adalah arsitek ekosistem yang mengubah cara pandang publik terhadap seni, dari sekadar tontonan menjadi sebuah ruang interaksi, gagasan, dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan Heri Pemad di dunia seni rupa dimulai dari bangku kuliah, di mana ia menimba ilmu di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Ia mengawali kariernya sebagai seorang pelukis, yang memberinya pemahaman mendalam tentang proses kreatif dari sisi seorang pelaku. Pengalaman ini membentuknya menjadi seorang manajer seni yang tidak hanya memahami aspek bisnis, tetapi juga memiliki empati dan apresiasi yang tinggi terhadap karya seniman.
Sebagai orang yang aktif di dunia seni, Heri mengerti menjadi seniman tidak mesti masuk perguruan tinggi. Menurutnya nilai-nilai berkesenian bisa didapat dengan mengunjungi pameran.
Tak Harus Masuk Perguruan Tinggi
Bagi Heri, spirit berkesenian tiap orang bisa tumbuh dari mana saja. Mereka tidak harus menimba ilmu tinggi-tinggi demi membuahkan karya. Sekadar untuk mengunjungi pameran atau festival seni pun pembelajaran berkesenian bisa didapatkan setiap insan yang benar-benar tertarik mendalaminya.
“Ternyata berkesenian tidak harus bersekolah. Untuk menjadi seniman juga tidak harus melalui perguruan tinggi. Dia bisa menjadi seorang otodidak yang belajar dari siapapun dan di manapun termasuk mendatangi ARTJOG,” ucap Heri kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Heri mengakui perasaan untuk membuat karya pastilah dialami banyak orang. Kesadaran akan berkesenian menurutnya bisa didapatkan dalam keseharian semisal memotret diri sendiri (selfie) dengan gawai.
“Dulu senang sekali dengan selfie, senang sekali dengan foto-foto peristiwa. Maka pada perkembangannya sampai lupa foto karena sangat menikmati karya-karya di dalamnya dengan membaca keterangan sebuah karya, dan kemudian menyerapnya menjadi sebuah ilmu atau sebagai bentuk menyadarkan diri terhadap karya. Jadi banyak sekali peluang-peluang yang ada di dalamnya,” ucapnya lagi.
Seniman Muda
Bagi Heri Pemad sendiri, seniman membuat karya seni tidak asal jadi. Ada proses kreatif terlebih dulu yang perlu mereka lalui seperti menentukan tema, mencari inspirasi dari nilai-nilai kehidupan, sampai akhirnya diimplementasikan dalam sebuah media.
Heri masih terus berkarya di sela-sela kesibukan mengurus ARTJOG. Sebagai seniman, ia menilai ada beragam tantangan yang mesti dilaluinya sebelum karya itu jadi dan layak untuk dipamerkan.
“Saya masih kadang-kadang melukis karena itu penting sekali buat saya supaa saya bisa mengetahui perkembangan teknik, media, atau bahkan material karya. Sehingga kita tidak gampang bilang bahwa membuat karya seni itu muda. Butuh proses, butuh pengetahuan, dan tentu kematangan di dalam sisi manapun,” ucap Heri.
Bagi Heri, pembelajaran dalam hidup khususnya berkesenian itu tiada akhir. Meskipun sudah sangat layak dicap senior, ia tidak memungkiri pengetahuan dari seniman yang lebih muda menjadi penting dalam membentuknya hari ini.
“Saya banyak belajar justru dari banyak seniman muda bagaimana mereka bisa merawat perkembangan pengetahuannya dengan hal-hal yang baru muncul pada saat yang dinamakan perkembangan zaman, teknologi, dan lain-lain. Anak muda sangat cepat merespons itu sehingga saya beruntung bisa bergaul dengan banyak seniman muda. Saya banyak sekali belajar dengan mereka dan kemudian memperkaya pengetahuan saya. Jadi seniman muda merupakan aset terbesar buat semuanya,” ungkap Heri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News