“Sebagai orang Jawa, saya belajar tari Jawa klasik sejak berusia 6 tahun dan masih melakukannya sampai sekarang. Melalui tari, saya mempertahankan hubungan saya dengan budaya dan identitas Jawa. Namun saya juga ingin berbagi budaya ini dengan orang lain melalui pertunjukan, kursus, dan penelitian saya,” kata Siti Kusujiarti, Ph.D.
Siapa Siti Kusujiarti? Ia adalah akademisi asal Indonesia yang berkarier di Amerika Serikat. Di Warren Wilson College, Siti Kusujiarti adalah seorang Profesor Sosiologi sekaligus Ketua Departemen Studi Sosial dan Budaya (Chair, Social & Cultural Studies Department).
Lahir dan besar di Yogyakarta, Siti Kusujiarti menghabiskan sebagian hidupnya di kota yang kaya budaya. Kebudayaan telah mendarah daging dalam dirinya. Ia bahkan telah belajar tarian Jawa klasik sejak usia enam tahun sebagai bagian dari identitas budayanya.
Dari situ, Siti Kusujiarti pun menautkan identitas Jawa dengan rasa ingin tahu sosiologis yang kuat. Oleh karena itu, ia banyak mengambil kebudayaan Jawa dalam berbagai penelitiannya, bahkan ketika di Warren Wilson College.
Lebih khusus, minat penelitiannya berkaitan dengan Gender dan Pembangunan; Asia Tenggara, khususnya Indonesia; serta Sosiologi Pedesaan dan Lingkungan.
Jejak Pendidikan dan Karier Siti Kusujiarti
Siti Kusujiarti mengawali pendidikan tingginya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Di sana, ia berhasil menamatkan studi dan meraih gelar sarjana Sosiologi. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan M.A. dan Ph.D. di University of Kentucky, Amerika Serikat.
Menariknya, selama menempuh pendidikan M.A dan Ph.D., Siti Kusujiarti masih berstatus sebagai dosen di Universitas Bengkulu. Ia menjadi dosen di sana selama hampir tujuh tahun (1988–1995).
Usai menyelesaikan pendidikan Ph.D., pada tahun 1995, ia bergabung dengan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai pengajar tamu (lecturer). Di kampus besar inilah Siti memperdalam minatnya pada kajian Gender and Development, sebuah bidang yang saat itu mulai berkembang di dunia akademik Indonesia.
Tahun 1999 hingga 2000, ia menjadi Visiting Assistant Professor di Western Carolina University, North Carolina. Di sana, ia mengajar mata kuliah seperti Human Society, Women and Development, dan Gender Roles in Society. Pengalaman ini menjadi pintu gerbang menuju kiprah internasionalnya di bidang sosiologi dan antropologi.
Setelahnya, Siti Kusujiarti kembali meneruskan kariernya dengan mengajar di Warren Wilson College di Asheville, North Carolina. Perjalanan karier Siti Kusujiarti di Amerika Serikat bukanlah sesuatu yang mudah. Sebelumnya, ia bahkan telah mencoba melamar ke 50 lembaga.
“Sebenarnya dulu saya tidak berencana untuk bekerja dan tinggal di sini, tetapi karena waktu itu hanya coba-coba melamar pekerjaan di sini kebetulan diterima. Tapi, waktu itu kalau kita mau cari pekerjaan di sini kan harus mencoba di berbagai macam lembaga, mungkin waktu itu saya sempat apply ke sekitar 50 tempat,” katanya, dikutip dari VOA.
Selain itu, ia mengatakan bahwa sistem di Amerika Serikat berbeda dengan di Indonesia. Penerimaan posisi berstatus pegawai tetap harus transparan dan dibuka secara publik.
“Yang namanya tenure track position (posisi berstatus pegawai tetap) itu harus dibuka secara terbuka, jadi secara publik, baik domestik, maupun global, dan untuk posisi dosen biasanya di Chronicle of Higher Education dan sebagainya,” katanya.
Kiprah Siti Kusujiarti dalam Dunia Akademik
Salah satu kiprah penting Siti Kusujiarti dalam dunia akademik internasional ialah upayanya dalam mengangkat dan memperkuat gagasan peneliti Indonesia dalam studi gender dan isu sosial.
Misalnya, dalam edisi khusus Journal of International Women’s Studies berjudul “Gender Equality and Social Inclusion in Local and Global Societies” (2019), Siti Kusujiarti sebagai editor membuka ruang perspektif bagi orang dalam (insiders’ perspectives) untuk hadir dalam wacana global. Edisi tersebut menghimpun artikel dari konferensi internasional di Surabaya yang diikuti berbagai akademisi Indonesia dan mancanegara.
Dalam pengantarnya di jurnal itu, Siti Kusujiarti menulis bahwa selama ini banyak penelitian tentang gender di Indonesia yang diterbitkan di jurnal internasional tetapi ditulis oleh akademisi luar negeri. Penelitian tersebut memang memberi kontribusi penting. Namun ia menilai bahwa pandangan dari peneliti lokal memiliki nilai yang berbeda dan beragam karena lahir dari pengalaman langsung dan pemahaman kultural yang lebih mendalam.
Bagi Siti Kusujiarti, perspektif orang dalam adalah tentang cara memaknai dan menafsirkan realitas sosial berdasarkan pengalaman hidup. Ia menekankan bahwa posisi, identitas, dan pengalaman peneliti akan memengaruhi cara mereka melihat topik-topik seperti gender, kekuasaan, dan ketimpangan.
Oleh karena itu, dengan menghadirkan beragam penulis Indonesia dari latar belakang, etnis, dan daerah yang berbeda, edisi tersebut memperkaya pemahaman tentang keragaman pengalaman perempuan dan relasi gender di Indonesia.
Dalam hal ini, Siti Kusujiarti berusaha mendekolonisasi wacana akademik, yakni menantang dominasi sudut pandang Barat dalam studi sosial. Ia mendorong agar pengetahuan lokal dan pengalaman masyarakat Indonesia menjadi bagian sah dari diskursus global.
Di Warren Wilson College, Siti Kusujiarti masih aktif sebagai penari tarian Jawa klasik. Ia bahkan menggunakan tari sebagai medium pengajaran dan pertukaran budaya. Ia memimpin kursus “Art and Social Change in Bali and Java” dan study abroad ke Indonesia untuk mahasiswa AS, guna memperdalam pemahaman mereka tentang budaya dan struktur sosial Indonesia.
Dengan begitu, Siti Kusujiarti merepresentasikan sosok yang berperan sebagai fasilitator pertukaran dua arah antara Indonesia dan Amerika.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News