sejarah dan kiprah darul arqam garut pesantren muhammadiyah peraih pesantren award 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah dan Kiprah Darul Arqam Garut, Pesantren Muhammadiyah Peraih Pesantren Award 2025

Sejarah dan Kiprah Darul Arqam Garut, Pesantren Muhammadiyah Peraih Pesantren Award 2025
images info

Sejarah dan Kiprah Darul Arqam Garut, Pesantren Muhammadiyah Peraih Pesantren Award 2025


“Menjadi model lembaga pendidikan tingkat nasional yang berwatak Kemuhammadiyahan, berwawasan keilmuan, berdaya saing, sehingga menghasilkan kader ulama dan intelektual,” demikian tertulis dalam visi lembaga di laman resminya.

Terletak di Jl. Raya Garut-Tasikmalaya No. 36, Kp. Sawahlega, Desa Ngamplangsari, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat, Darul Arqam Garut berdiri sebagai salah satu pesantren besar di bawah naungan Muhammadiyah.

Sejarah berdirinya berawal dari kegelisahan bahwa keberadaan para ulama Muhammadiyah makin langka. Kegelisahan ini muncul dalam Muktamar ke-39 Muhammadiyah di Padang pada 17-22 Januari 1975. Kekhawatiran itu diperkuat oleh pernyataan Menteri Agama RI saat itu, H. Mukti Ali, yang menyoroti kondisi tersebut dalam sambutannya.

“Muhammadiyah jangan suka berbicara dan membicarakan tajdid apabila Muhammadiyah tidak pandai berbahasa Arab,” kritik Mukti Ali, sebagaimana dikutip dalam catatan sejarah Muhammadiyah.

baca juga

Gerak Cepat Muhammadiyah Garut

Seruan Mukti Ali disambut antusias di Garut. Dalam Musyawarah Daerah Muhammadiyah Garut pada 23–25 Mei 1975, para tokoh Muhammadiyah sepakat merealisasikan gagasan mencetak ulama dengan mendirikan pesantren. Tidak lama berselang, pada 1 dan 15 Juni 1975, Rapat Pimpinan Muhammadiyah Daerah Garut menunjuk I. Sukandiwirya sebagai ketua dan Mamak Mohammad Zein sebagai sekretaris.

Melalui Surat Keputusan No. A-1/128/75 tertanggal 16 Juni 1975, dibentuk Panitia Pembangunan Pesantren Muhammadiyah Garut, dengan O. Djudju sebagai ketuanya. Setahun kemudian, tepatnya 20 April 1976, pembangunan pesantren resmi dimulai bertepatan dengan pembukaan Muktamar Tarjih XXI.

baca juga

Dari sinilah Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut lahir.

Nama Darul Arqam merupakan hasil dari keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta. Nama itu berasal dari Arqam bin Abil Arqam, sahabat Rasulullah SAW yang rumahnya dahulu menjadi tempat pertama Nabi berdakwah dan mengajarkan Islam kepada para sahabat. Harapannya, pesantren ini juga menjadi pusat kegiatan pendidikan di bidang tauhid dan keagamaan lainnya.

baca juga

Kurikulum di Pesantren Darul Arqam

Di Darul Arqam, para santri tidak hanya belajar pendidikan agama, tetapi juga memperoleh pendidikan formal setara sekolah umum. Oleh karena itu, sistem pembelajarannya menggabungkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Dalam proses pembelajarannya, Darul Arqam menerapkan kurikulum terpadu yang menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Komposisinya bahkan sangat jelas, yakni 51,3% pendidikan agama dan 48,7% pendidikan umum.

Pelajaran agama disampaikan melalui kajian kitab klasik atau kitab kuning, sementara pendidikan umum mengikuti standar SMP/SMA nasional. Hanya saja pelajaran agama formal diganti dengan Kurikulum Pondok Pesantren dan Kemuhammadiyahan.

baca juga

Para Tokoh Lulusan Pesantren Darul Arqam

Pesantren Darul Arqam didirikan untuk membentuk karakter santri yang berakhlak mulia, mandiri, bertanggung jawab, dan berwawasan luas. Maka tidak heran jika perkembangannya begitu pesat dari tahun ke tahun. Dari segi prestasi akademik, keagamaan, hingga seni dan olahraga, pesantren ini tak pernah absen menorehkan pencapaian.

Sejak berdiri, Darul Arqam telah melahirkan banyak kader Muhammadiyah yang berpengaruh di berbagai bidang. Di antara alumninya adalah Ustadz Adi Hidayat, dikenal luas sebagai pendakwah dengan pemahaman tafsir mendalam; Irfan Amalee, aktivis perdamaian dan pendiri Peace Generation; serta Prof. Hilman Latief, intelektual Muslim dan akademisi UMY.

Ketiganya menjadi contoh nyata bagaimana pesantren ini berhasil mencetak santri yang berilmu, berjiwa dakwah, dan mampu berperan di masyarakat modern.

baca juga

Program Anti-Bullying: Inovasi yang Jarang Ditemukan di Pesantren

Salah satu hal paling menarik dari Darul Arqam adalah langkah progresifnya dalam menghapus kekerasan verbal dan fisik di lingkungan pesantren. Bersama Peace Generation (PeaceGen), lembaga ini menjalankan program “Training Happy Tanpa Bully”, sebuah pelatihan yang mengajarkan empati dan komunikasi damai bagi guru serta santri.

“Kalau kita sebagai generasi tua ... model pengajaran yang lebih mengedepankan pendisiplinan yang keras itu perlu kita perbaiki,” ujar Ahmad Sauqi, Mudir Pondok Pesantren Darul Arqam, dikutip dari peacegen.id.

Langkah seperti ini jarang terlihat di dunia pesantren. Biasanya, pendekatan disiplin keras masih dianggap wajar. Akan tetapi, Darul Arqam memilih pendekatan dengan jalan berbeda yang lebih humanis; mendidik melalui dialog, bukan ketakutan.

baca juga

Tahun ini, Pesantren Darul Arqam mendapat penghargaan Pesantren Award 2025 dengan Kategori Pesantren Transformatif. Penghargaan ini diberikan kepada pesantren yang berhasil melakukan inovasi dan transformasi dalam bidang pendidikan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat.

Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut memperoleh penghargaan itu bersama dua pondok pesantren lainnya, yakni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman dan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo – Situbondo​​​​​​​​​​​​.

baca juga

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.