sekolah incung lestarikan aksara incung selamatkan budaya dan tradisi suku kerinci jambi - News | Good News From Indonesia 2025

Sekolah Incung: Lestarikan Aksara Incung, Selamatkan Budaya dan Tradisi Suku Kerinci Jambi

Sekolah Incung: Lestarikan Aksara Incung, Selamatkan Budaya dan Tradisi Suku Kerinci Jambi
images info

Sekolah Incung: Lestarikan Aksara Incung, Selamatkan Budaya dan Tradisi Suku Kerinci Jambi


Di balik bukit dan lembah yang indah di Jambi, tersimpan rahasia masa lalu yang ditulis dengan huruf miring, melengkung, dan garis lurus yang menunjukkan adanya jejak peradaban leluhur. Warisan ini nyaris hilang, hening, dan terlupakan dalam dunia digital saat ini.

Aksara Incung dikenalnya, aksara ini menjadi sistem tulisan yang membawa pesan, ditulis dalam media alam, tapi kini Aksara Incung hanya bisa menunggu untuk dipahami akibat jarangnya generasi muda yang tak mengerti bahkan kesulitan untuk menerjemahkannya, padahal, Aksara Incung menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi suku Kerinci.

Di tengah kelesuan ini, muncul ‘Sekolah Incung’ sebagai harapan dengan mengajarkan generasi muda untuk bisa membaca dan menulis Aksara Incung sebagai upayanya agar aksara ini bisa tetap hidup, bukan hanya jadi cerita usang yang tinggal sejarah saja.

Keunikan Aksara Incung

Aksara Incung adalah tulisan asli dari nenek moyang suku Kerinci Kuno yang biasa digunakan oleh masyarakat suku Kerinci di dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi.

Secara bahasa, aksara ini berarti "miring, kemiringan, atau terpotong", mengacu pada bahasa Kerinci lama. Aksara ini terdiri dari garis lurus, garis yang patah dan terpotong, serta garis melengkung.

Mengutip laman Indonesia.go.id, aksara Incung telah berkembang sejak abad ke-4 Masehi, tetapi asal usulnya masih belum jelas. Jejak aksara ini ditemukan dalam berbagai dokumen, seperti naskah hukum adat, sastra, dan dokumen perjanjian tradisional.

Namun, seiring kemajuan zaman, aksara Incung kini hanya diketahui oleh sebagian kecil masyarakat adat, oleh karena itu, diperlukan upaya pelestariannya agar aksara ini tetap hidup dan berkelanjutan.

Aksara Incung dalam media tanduk kerbau dan buluh (bambu) | Foto: Instagram/@sekolah.incung
info gambar

Aksara Incung dalam media tanduk kerbau dan buluh (bambu) | Foto: Instagram/@sekolah.incung


Aksara Incung memiliki keunikan karena tidak hanya terdapat dalam dokumen perjanjian tradisional, tetapi juga terukir di tanduk hewan (kerbau dan kambing), potongan bambu, kulit kayu, kertas, dan tulang, yang berisi informasi penting dari masa lalu, seperti sejarah, silsilah keluarga, dan peristiwa penting lainnya bahkan mantra yang bersifat magis.

Sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda yang dimiliki oleh Provinsi Jambi sejak 17 Oktober 2014 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, aksara Incung kini diambang mengalami kepunahan karena hanya sedikit masyarakat yang mampu membaca dan menulisnya dalam bentuk tulisan.

Baca juga: Teknologi Asistif Delara, Ubah Aksara Jadi Informasi Audible Bagi Tuna Netra

Lestarikan Aksara Incung Melalui Komunitas

Komunitas Sekolah Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung
info gambar

Komunitas Sekolah Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung


Untungnya, hadir komunitas yang dipelopori oleh Tri Firmansyah, yaitu Sekolah Incung, sebagai wadah belajar budaya dan bahasa Kerinci melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berbasis komunitas.

Tujuan Sekolah Incung ini adalah melestarikan aksara Incung, literasi, dan budaya suku Kerinci di Jambi. Bagi Tri Firmansyah, Sekolah Incung menjadi cara efektifnya untuk melestarikan aksara Incung suku Kerinci melalui pendidikan non-formal.

Dengan motto inspiratif "Belajar Bersama, Lestarikan Budaya", sekolah ini sejak tahun 2016 terus aktif menjaga dan menyebarkan aksara Incung sebagai upaya menjaga identitas kolektif masyarakat Kerinci.

Proses belajar di Sekolah Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung
info gambar

Proses belajar di Sekolah Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung


Melestarikan ilmu lokal ini cukup menantang, terlebih dalam pengembangannya mengacu pada literasi berbasis kearifan lokal sebagai sistem tulisan tradisional yang bertujuan menghidupkan kembali aksara ini dalam kehidupan masa kini.

Menurut Tri Firmansyah, Aksara incung bukan hanya bahan kajian sejarah, tetapi juga bagian dari budaya serta kehidupan masyarakat Kerinci. Karena hal inilah, Tri Firmansyah tergerak untuk berbagi pengetahuan tentang aksara incung kepada generasi muda agar warisan budaya leluhur tetap terjaga.

Awalnya, Tri Firmansyah mendirikan Sekolah Incung melalui komunitas kecil, tetapi kini komunitas ini terus berkembang dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Astra.

Karena dedikasinya dalam mendirikan Sekolah Incung dan mengajak generasi muda untuk melestarikan budaya warisan bangsa melalui aksara incung, Tri Firmansyah mendapatkan apresiasi dari SATU Indonesia Award pada tahun 2020 di kategori pendidikan dari PT. Astra International, Tbk.

Apresiasi ini menjadikan Sekolah Incung bukan lagi sekadar upaya melestarikan budaya biasa, tetapi ada generasi muda yang ikut mengajarkan dan diajarkan belajar menulis, membaca, hingga mereka dapat menumbuhkan rasa menghargai terhadap budaya leluhur.

Dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, Tri Firmansyah mengajak mereka untuk bergabung dalam komunitas Sekolah Incung dengan materi ajar yang relevan dan interaktif, sehingga belajar aksara incung terasa menyenangkan dan efektif.

Praktik menulis Aksara Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung
info gambar

Praktik menulis Aksara Incung | Foto: Instagram/@sekolah.incung


Melalui Sekolah incung, aksara incung kini mulai dikenal kembali dan dikembangkan sebagai media pembelajaran. Komunitas ini juga telah membuat kurikulum pembelajaran, menerbitkan buku panduan, serta membuat media pembelajaran yang lengkap sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Dalam memperkenalkan aksara incung lebih luas lagi, komunitas Sekolah Incung juga aktif dalam sosialisasi ke masyarakat luas, baik secara offline di komunitas, sekolah, dan kampus, maupun secara online melalui webinar.

Meski merupakan bentuk aksara kuno masa lalu, aksara incung kaya akan sejarah dan cerita yang bernilai bagi masa kini dan masa depan, sehingga memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Tulisan incung ini memang menarik perhatian hingga dapat menjadi daya tarik wisata di Kerinci dengan memanfaatkan Aksara incung menjadi cinderamata, kerajinan tangan, serta inspirasi untuk karya seni yang mendukung UMKM lokal dari produk kreatif berbasis incung.

Potensi-potensi ini juga menjadikan Tri Firmansyah terus mempertahankan aksara incung karena ada segi manfaat lain bagi ekonomi, pendidikan, dan melestarikan kearifan lokal.

Sekolah incung menjadi harapan untuk kembali mekar dan berkembang di tengah ancaman kepunahannya sebagian jiwa peradaban Kerinci. Sekolah ini mengajarkan bahwa kekayaan bangsa tidak hanya ada pada alam dan potensinya, tetapi juga pada sejarah dan budaya melalui aksara kuno yang menyimpan ribuan kisah dan identitas wilayah.

#kabarbaiksatuindonesia 

Baca juga: Pejuang Aksara dari Timur: Kisah Lamek Dowansiba Membangun Literasi di Papua Barat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.