Bubur lambok merupakan salah satu makanan tradisional khas yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung ke daerah dengan latar belakang budaya Melayu. Apalagi jika Kawan tengah berkunjung ke Pulau Penyengat yang ada di Kepulauan Riau, maka bubur lambok menjadi salah satu makanan tradisional khas yang tidak boleh dilewatkan untuk dicoba.
Pada dasarnya, bubur lambok bisa dijumpai di beberapa daerah yang ada di Kepulauan Riau atau Riau dan sekitarnya. Namun ada satu ciri khas dan keunikan tersendiri dari bubur lambok yang ada di Pulau Penyengat dan membedakannya dengan kuliner yang ada di daerah lainnya.
Meskipun demikian, perlu usaha lebih jika Kawan ingin mencicipi kuliner khas yang satu ini. Sebab bubur lambok tidak disantap setiap saat di tengah masyarakat.
Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut serta keunikan dari bubur lambok yang ada di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini.
Mengenal Bubur Lambok, Makanan Tradisional Khas Kepulauan Riau
Bubur lambok menjadi salah satu kuliner khas yang berasal dari daerah Kepulauan Riau. Makanan ini khususnya familiar di kalangan masyarakat Melayu.
Pulau Penyengat menjadi salah satu wilayah yang menjadi tempat berkembangnya makanan tradisional ini. Keberadaan bubur lombok di Pulau Penyengat diketahui memiliki riwayat panjang dulunya.
Dilansir dari buku Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia (Sumatera), pada zaman dahulu Pulau Penyengat merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Daerah Pulau Penyengat yang berada dengan pusat Kerajaan Melayu Riau-Lingga di masa lalu membuat wilayah tersebut cukup terpapar budaya yang ada di sekitarnya.
Selain itu, Pulau Penyengat dulunya diketahui memiliki banyak persediaan air yang dibutuhkan oleh para pelaut. Hal inilah yang membuat para nelayan mulai berdatangan ke sana dan mulai menetap di Pulau Penyengat, termasuk membawa kebudayaan Melayu yang menjadi latar belakang mereka.
Ciri Khas
Meskipun menjadi salah satu makanan yang familiar bagi masyarakat Melayu, bubur lambok yang ada di Pulau Penyengat memiliki sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Perbedaan ini terletak pada bahan dasar yang digunakan untuk membuat makanan tradisional tersebut.
Bubur lambok yang berasal dari beberapa daerah lain, seperti Bengkalis dan Sedanau menggunakan bahan dasar beras pada proses pembuatannya. Hal ini berbeda dengan bubur lambok di Pulau Penyengat yang menggunakan sagu mutiara sebagai bahan dasarnya.
Sagu mutiara ini nantinya akan dimasak bersama bahan-bahan lainnya, seperti ikan tamban, daun pucuk ubi kayu muda, daun melinjo, dan bumbu rempah lainnya. Nantinya semua bahan ini diolah hingga menjadi bubur lambok.
Tidak Bisa Dijumpai Setiap Saat
Bagi masyarakat Melayu di Pulau Penyengat, bubur lambok biasanya dikonsumsi sebagai makanan tambahan saja. Artinya makanan tradisional ini tidak dikonsumsi setiap saat.
Biasanya bubur lambok disajikan dalam beberapa momen istimewa yang ada di masyarakat. Dikutip dari laman RRI, bubur lambok menjadi salah satu sajian dalam acara yang digelar di bulan Ramadan, helatan pernikahan, maupun kegiatan adat.
Namun ada kalanya masyarakat yang juga menjadikan bubur lambok sebagai makanan berat yang mereka konsumsi pada hari itu. Bahan dasar bubur lambok yang menggunakan sagu membuat makanan tradisional ini cukup mengenyangkan ketika dikonsumsi.
Umumnya masyarakat memakan bubur lambok sebagai menu sarapan di pagi hari. Tidak banyak warung yang menjual makanan tradisional ini, sebab masyarakat biasanya akan membuat sendiri kuliner khas Kepulauan Riau tersebut sebelum dikonsumsi bersama keluarga.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News