tak mau sebelahan dengan koruptor wasiat hatta dan hoegeng menolak dimakamkan di taman makam - News | Good News From Indonesia 2025

Tak Mau Sebelahan dengan Koruptor: Wasiat Hatta dan Hoegeng Menolak Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Tak Mau Sebelahan dengan Koruptor: Wasiat Hatta dan Hoegeng Menolak Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
images info

Tak Mau Sebelahan dengan Koruptor: Wasiat Hatta dan Hoegeng Menolak Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan


10 November selalu diperingati sebagai hari Pahlawan. Banyak tokoh yang memberikan jasanya kepada bangsa hingga mendapatkan gelar atau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP).

Tetapi ada dua tokoh yang menolak jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan yaitu Mohammad Hatta dan juga Hoegeng Imam Santoso. Dua tokoh yang terkenal dengan kejujuran dan kesederhanaannya ini punya alasan masing-masing mengapa menolak kesempatan tersebut.

Bung Hatta, panggilan akrab dari Mohammad Hatta wafat pada 15 Maret 1980. Sebelum wafat, mantan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia menyampaikan sebuah wasiat yang meminta agar jenazahnya dimakamkan di pekuburan biasa.

"Apabila saya meninggal dunia, saya ingin dikuburkan di Jakarta, tempat diproklamasikan Indonesia Merdeka. Saya tidak ingin dikubur di Makam Pahlawan (Kalibata). Saya ingin dikuburkan di tempat kuburan rakyat biasa yang nasibnya saya perjuangkan seumur hidup saya," tulis Hatta dalam surat wasiat yang ditulis pada 10 Februari 1975, seperti dikutip dari Historia.id.

Kapolri, Hoegeng juga sama seperti Bung Hatta yang menolak di makamkan di Taman Makam Pahlawan. Hal ini disampaikan kepada keluarganya sebelum Hoegeng meninggal dunia pada pada 15 Juli 2004.

pemerintah sebenarnya telah menyediakan makam untuk Hoegeng di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Tetapi istri dan anak-anaknya menolak karena wasiat Hoegeng untuk dimakamkan bersama keluarganya.

“Kalau di Taman Makam Pahlawan tidak mungkin dimakamkan bersama keluarga,” kata Aditya menirukan ucapan ayahnya yang dinukil dari Tempo.

Tidak mau bersebelahan dengan koruptor

Tetapi ada alasan lain mengapa Hatta dan Hoegeng menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Ternyata mereka menolak jenazahnya bersebelahan dengan seorang koruptor.

Putri Bung Hatta, Meutia menyampaikan ayahnya protes dengan gelar pahlawan dan keputusan tentang siapa yang berhak dimakamkan di TMP Kalibata disisipi kepentingan politik.

“Kenapa saya tidak mau di sana, karena ada orang bersalah tapi dimakamkan di sana (TMP Kalibata)," ungkap Meutia Hatta menirukan kata ayahnya.

Ternyata hal yang sama dirasakan oleh Hoegeng. Mantan Kapolri ini tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, lantaran merasa tempat tersebut tidak lagi sakral.

Pasalnya yang dikubur di sana tak hanya pahlawan, pemerintah turut mengubur para koruptor. Hal serupa pernah dijelaskan langsung oleh Hoegeng pada Majalah Forum Keadilan edisi 19 Agustus 1993. 

“ Ah, nanti para koruptor menegur saya. Padahal saya mau istirahat,” tutur Hoegeng.

Koruptor di Taman Makam Pahlawan

Sejarawan, Anhar Gonggong membenarkan alasan Bung Hatta menolak di makamkan di TMP Kalibata karena adanya sosok koruptor. Sosok ini adalah Muhammad Thahir (mantan asisten Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo)

"Hatta menolak karena dia pernah mengaudit korupsi Muhammad Thahir (mantan asisten Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo) yang kabur ke Singapura. Namun, ketika Thahir meninggal dia dimakamkan di taman makam pahlawan," kata sejarawan Anhar Gonggong.

Dimuat dari Merdeka, Ahmad Thahir diduga menerima suap dari dua perusahaan Jerman Siemens dan Klocknet, sebagai pemulus untuk proyek pembangunan PLTU dan sarana pelabuhan bongkar muat PT Krakatau Steel. Disebut Siemens memberi DM 15 juta dan dari Klocknet DM 35 juta.

Kasus ini terbongkar saat Thahir meninggal tahun 1976, anak dari istri pertama berebut uang warisan dengan istri kedua Thahir, Kartika. Kasus ini memakan waktu hingga 15 tahun.

Soeharto menunjuk Jenderal Benny Moerdani sebagai Ketua Tim Penelusuran Harta Pertamina sejak tahun 1977. Uang haram dalam deposito Thahir terus berbunga.

Tahun 1992, jumlahnya mencapai lebih dari USD 81 juta. Akhirnya Pengadilan Tinggi Singapura memutuskan uang itu didapat Thahir dengan cara tidak halal. Dengan gaji Thahir sebesar USD 9.000 per tahun, dinilai tak masuk akal dia punya uang sebesar ini.

Tapi rupanya entah karena alasan apa, Thahir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan saat meninggal dunia tahun 1976 lalu. Saat itu kasusnya memang belum mencuat. Tentu saja kemudian hal ini jadi polemik.

Karena keberadaan sosok ini, Mantan Kapolri Jenderal Hoegeng dan Bung Hatta menyatakan tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata saat meninggal. Jenderal dan politisi yang terkenal jujur ini tak mau satu kuburan dengan Thahir yang dimakamkan di sana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.