Bagi mahasiswa farmasi, peneliti muda, maupun staf baru yang pertama kali menjejakkan kaki di laboratorium, pemahaman mengenai alat-alat laboratorium farmasi merupakan bekal yang sangat penting untuk dimiliki.
Setiap alat-alat laboratorium sendiri memiliki fungsi dan prinsip kerja yang berbeda namun saling melengkapi. Dari proses penimbangan, pencampuran, hingga uji mutu, semuanya berperan penting untuk memastikan hasil penelitian memenuhi standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan GLP (Good Laboratory Practice).
Oleh karena itu, artikel ini disusun sebagai sumber rujukan primer tentang peralatan wajib lab farmasi yang sering digunakan dalam kegiatan praktikum, riset, maupun pengujian di industri. Di dalamnya, Kawan akan menemukan penjelasan tentang fungsi alat laboratorium farmasi dan prinsip kerjanya yang menjadi bagian penting dari rutinitas setiap laboran farmasi. Simak hingga tuntas untuk mendapatkan keseluruhan informasinya.
Alat Preparasi dan Penimbangan
Sebelum bahan aktif diolah menjadi obat, tahap awal yang dilakukan adalah penimbangan dan pencampuran bahan. Dalam tahap ini alat yang digunakan di antaranya:
1. Timbangan Analitik
Fungsi utama timbangan analitik adalah menimbang bahan kimia atau zat aktif dengan ketelitian hingga 0,0001 gram. Prinsip kerjanya menggunakan load cell yang mendeteksi perubahan massa menjadi sinyal digital. Akurasi timbangan analitik yang sangat tinggi menjadi kunci agar setiap formula sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
2. Mortar dan Pestle

mortar dan pestle - gambar alat laboratorium farmasi | Image by Steve Buissinne from Pixabay
Mortar (wadah atau mangkuk) dan Pestle (tongkat penumbuk), merupakan sepasang alat yang saling melengkapi dan wajib ada di laboratorium farmasi. Sederhana namun begitu fungsional, kedua alat ini digunakan untuk menghaluskan atau mencampur bahan padat menjadi bubuk atau pasta halus seperti pada tahap pembuatan salep atau serbuk obat (puyer).
Alat Pengujian Mutu (Quality Control)
Pengujian mutu merupakan tahapan yang paling krusial karena pada tahapan ini dipastikan bahwa obat memenuhi standar kualitas, baik dari segi kestabilan maupun kandungan zat aktif. Jenis-jenis alat pengujian farmasi yang digunakan pada tahap QC di lab farmasi meliputi:
3. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis memiliki fungsi untuk menganalisis kadar zat aktif dengan prinsip kerja spektrofotometer yang menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Hasilnya menunjukkan seberapa besar konsentrasi zat dalam sampel. Saat ini, prinsip kerja ini menjadi dasar uji potensi banyak obat modern.
4. pH Meter
Pada laboratorium farmasi, pH Meter digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan sediaan obat. Prinsipnya didasarkan pada perbedaan potensial listrik antara elektroda referensi dan elektroda kaca. Nilai pH sendiri penting untuk memastikan kestabilan dan kenyamanan penggunaan obat, terutama pada sediaan topikal dan cair.
5. Dissolution Tester
Dissolution Tester atau penguji disolusi digunakan untuk menguji seberapa cepat tablet dapat larut di dalam cairan, merujuk pada kondisi tubuh manusia. Prinsip kerjanya tergolong mekanis yakni tablet ditempatkan dalam media pelarut dengan pengadukan konstan.
6. Mikroskop
Menjadi alat wajib di semua jenis laboratorium, mikroskop berfungsi untuk memperbesar objek mikroskopis yang tak terlihat oleh mata telanjang, seperti kristal obat atau mikroba. Prinsip kerja mikroskop berdasarkan pembiasan cahaya melalui lensa objektif dan okuler.
7. Hot Plate & Magnetic Stirrer
Hot plate digunakan untuk memanaskan larutan, sementara magneticstirrer digunakan untuk mengaduk larutan dengan batang magnetik yang berputar. Prinsip kerjanya adalah memastikan larutan homogen sebelum diuji.
Alat Sterilisasi dan Kebersihan
Sterilitas adalah prinsip penting dalam dunia farmasi. Tanpa prinsip ini, risiko kontaminasi bisa mengubah obat yang bermanfaat menjadi zat yang membahayakan. Alat sterilisasi di lab farmasi yang masuk kategori ini di antaranya:
8. Autoklaf
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang keberadaannya sangat dibutuhkan. Fungsi alat laboratorium farmasi ini adalah mensterilkan alat, sampel, dan bahan menggunakan uap panas bertekanan tinggi yakni pada suhu 121°C dengan tekanan 15 psi. Prinsip kerja autoklaf yakni memanfaatkan suhu tinggi untuk melenyapkan mikroorganisme, sehingga alat benar-benar bebas kontaminasi.
9. Laminar Air Flow (LAF)
Laminar Air Flow atau clean bench adalah salah satu peralatan yang hampir selalu ditemukan di laboratorium biologi, farmasi, kimia, dan kesehatan. Secara umum, alat ini berfungsi untuk menyediakan area kerja yang steril dan terlindung dari berbagai bentuk kontaminasi. Mekanisme kerjanya adalah mengalirkan aliran udara bertekanan satu arah yang dilengkapi dengan HEPA Filter.
10. Oven Laboratorium
Oven Laboratorium berfungsi untuk mengeringkan alat atau bahan setelah sterilisasi. Prinsip kerjanya didasarkan pada prinsip konduksi panas, di mana udara panas disirkulasikan secara merata dalam ruang oven untuk memastikan pengeringan yang optimal.
Tips dan Praktik Terbaik
Agar seluruh peralatan laboratorium dapat berfungsi optimal dan hasil penelitian tetap akurat, terdapat beberapa praktik yang sebaiknya diterapkan di setiap laboratorium farmasi:
- Kalibrasi rutin: Setiap alat laboratorium perlu dikalibrasi secara berkala untuk memastikan keakuratan hasil pengukuran. Kalibrasi membantu mendeteksi penurunan kinerja alat sejak dini, sehingga hasil uji yang dihasilkan tetap akurat secara ilmiah.
- Perawatan alat: Setelah digunakan, semua alat harus segera dibersihkan dengan prosedur yang sesuai. Hindari meninggalkan residu bahan kimia pada permukaan logam atau kaca karena dapat menyebabkan korosi, kontaminasi, atau gangguan fungsi pada penggunaan berikutnya.
- Keselamatan kerja: Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, dan jas laboratorium menjadi salah satu hal yang tak boleh dilewatkan karena dapat melindungi diri dari risiko paparan bahan kimia, panas, maupun mikroorganisme.
Dengan mengenali fungsi dan prinsip kerja alat laboratorium farmasi, serta menerapkan tata praktik yang baik, mahasiswa, peneliti, maupun staf lab dapat bekerja secara lebih efisien sekaligus menjaga integritas data dalam setiap kegiatan penelitian. Semoga bermanfaat!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News