Ngawimadang.com - Kemajuan teknologi memengaruhi pola komunikasi siswa sehingga penggunaan bahasa Jawa krama semakin menurun. Tulisan opini ini membahas pentingnya pendidikan di era modern, di mana seharusnya selain mentransfer informasi tetapi juga mempertahankan adat dan budaya lokal. Perubahan sosial, peran keluarga yang lebih lemah, dan pembelajaran muatan lokal yang kurang efektif digunakan untuk menganalisis fenomena hilangnya unggah-ungguh berbahasa Jawa pada siswa SD. Untuk memperkuat karakter kesantunan berbahasa, tulisan ini menawarkan ide baru tentang pembelajaran kontekstual, media digital berbasis budaya, dan evaluasi autentik.
Perkembangan teknologi digital saat ini membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, termasuk cara anak dalam berkomunikasi. Siswa sekolah dasar tumbuh dalam lingkungan yang serba instan, cepat, dan tidak banyak hierarki sosial. Bahasa digital dan gaul mulai menggantikan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. Salah satu efek yang paling terasa adalah pengurangan penggunaan unggah-ungguh berbahasa Jawa, terutama ragam krama, dalam interaksi siswa. Namun, bahasa Jawa krama menunjukkan nilai kesantunan, penghormatan, dan tata krama yang menjadi identitas budaya masyarakat Jawa. Ini lebih dari sekadar sistem linguistik, Sutopo (2021). Fenomena ini menunjukkan bahwa ada masalah besar di dunia pendidikan, terutama dalam mempertahankan identitas dan budaya lokal di tengah modernisasi yang cepat.
Baca Selengkapnya