membaca ulang akar krisis kesehatan mental dari kasus perundungan - News | Good News From Indonesia 2025

Membaca Ulang Akar Krisis Kesehatan Mental dari Kasus Perundungan

Membaca Ulang Akar Krisis Kesehatan Mental dari Kasus Perundungan
images info

Membaca Ulang Akar Krisis Kesehatan Mental dari Kasus Perundungan


“Remaja merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa. Pada fase ini, seseorang mengalami perubahan besar pada aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Masa ini dikenal sebagai periode pencarian jati diri. Remaja mulai memahami siapa dirinya dan perannya dalam masyarakat,” jelas Psikiater dr. Riati Sri Hartini, SpKJ, MSc, dosen Fakultas Kedokteran IPB University.

Deretan kasus perundungan dalam beberapa bulan terakhir mengisyaratkan tanda bahaya dalam sistem pendidikan. Setiap berita perundungan muncul, seolah memberi sinyal bahwa ada yang goyah terkait kesehatan mental remaja Indonesia.

baca juga

Beberapa kejadian memperlihatkan beratnya tekanan psikis anak muda saat ini. Misalnya, Di Sukabumi dan Sawahlunto, seorang remaja mengakhiri hidup karena tekanan teman sebaya. Di Aceh, seorang santri membakar pesantrennya setelah tak tahan di-bully. Sementara itu, di Jakarta, korban perundungan meledakkan bom rakitan di sekolahnya.

Dalam banyak kasus, tidak semua remaja mampu meminta pertolongan ketika situasi semakin menyakitkan. Banyak yang memilih untuk menahan sendiri rasa takut, marah, dan rasa tidak berharga.

baca juga

Tantangan Menciptakan Kesehatan Mental

Konsep sehat adalah sesuatu yang kompleks. Bagi sebagian orang, sehat mental berarti tidak gila. Padahal, konsep itu keliru.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan adalah kondisi sejahtera fisik, mental, dan sosial, bukan sekadar bebas gangguan kejiwaan.

“Dalam konteks remaja, sehat mental berarti mampu mengenali dan mengelola emosi, menjalin hubungan positif, serta beradaptasi terhadap tekanan hidup,” kata dr. Riati.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa juga menegaskan bahwa individu sehat mental mampu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial.

Bagi remaja, konsep ini sering menjadi tantangan karena mereka sedang berada di fase perubahan. Mereka baru belajar mengenali perubahan pada tubuh, emosi, dan tekanan lingkungan yang makin kompleks.

baca juga

Tanda-Tanda Kecil yang Butuh Perhatian

WHO mencatat beberapa kategori masalah yang umum muncul pada remaja adalah gangguan emosional, gangguan perilaku, gangguan makan, psikosis, hingga perilaku menyakiti diri.

Masalah kesehatan mental remaja dapat dilihat dari perubahan perilaku. Biasanya, orang yang sedang mengalami gangguan pada mental, lebih sering bersembunyi dalam perilaku sehari-hari. 

Sebagian remaja mencari pelarian melalui rokok, alkohol, atau obat-obatan. Banyak yang tidak menyadari bahwa itu adalah bentuk coping dari stres, bukan hanya menjadi bagian dari kenakalan.

baca juga

Faktornya berlapis-lapis, mulai dari tekanan teman sebaya (peer pressure), tuntutan untuk tampil sempurna di media sosial, pola komunikasi keluarga yang kaku, hingga kekerasan di sekitar.

Peer pressure adalah kondisi ketika remaja merasa harus mengikuti standar atau perilaku kelompok agar diterima. Pada fase pencarian jati diri, dorongan ini bisa sangat kuat. Tekanan yang negatif bisa mendorong remaja melakukan hal berbahaya, atau membuat mereka sulit menolak perlakuan buruk.

Oleh karena itu, dr. Riati memberikan tanda-tanda yang perlu diperhatikan agar dapat mengidentifikasi perubahan pada seseorang:

  • menarik diri dari lingkungan
  • pikiran negatif yang berlangsung lama
  • mudah marah
  • sering melanggar aturan
  • keluhan fisik tanpa sebab jelas
baca juga

Remaja Sehat Mental: Bukan Tanpa Masalah, Tapi Mampu Mengolah Masalah

dr. Riati menekankan bahwa remaja sehat mental bukan berarti tidak punya problem.

Mereka tetap mengalami konflik, tetap merasa sedih atau kecewa. Namun, mereka mampu mengolahnya dengan cara yang lebih bijak. Ciri-cirinya dari remaja yang sehat mental antara lain:

  • dapat menyelesaikan konflik dengan sehat
  • memiliki empati
  • berpikir lebih positif
  • merasakan kebahagiaan
  • mampu menerima diri sendiri
  • menjalankan perannya sebagai makhluk Tuhan

Kesehatan mental adalah perjalanan panjang. Dan bagi remaja, perjalanan itu baru dimulai.

“Kesehatan mental remaja adalah fondasi penting bagi terbentuknya generasi yang tangguh di masa depan. Bila sejak dini mereka belajar mencintai diri sendiri dan berani meminta bantuan ketika membutuhkan, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang lebih sehat dan produktif,” tutupnya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.