Kwitang tidak hanya dikenal lewat deretan toko buku lawasnya saja. Wilayah di Jakarta Pusat ini juga menyimpan identitas bela diri lokal yang kuat, yaitu silat.
Salah satunya diwujudkan melalui keberadaan Perguruan Silat Mustika Kwitang yang telah menjadi bagian dari sejarah panjang kawasan tersebut.
Perguruan ini berdiri pada 27 September 1948 dan menjadi salah satu yang tertua serta berpengaruh di Jakarta. Mustika Kwitang tumbuh sebagai pusat latihan yang merawat tradisi silat Betawi lintas generasi. Jejak sejarahnya mencerminkan pembauran budaya yang mengakar kuat di kawasan itu.
Aliran silat Kwitang dikenal dengan perpaduan silat lokal dengan bela diri Kuntao dari Tiongkok. Hal ini berkaitan erat dengan sosok Kwee Tang Kiam, seorang ahli Kuntao yang diyakini mendirikan kampung Kwitang pada abad ke-17.
Ia disebut-sebut jago bela diri dengan beraliran Shaolin dan sempat dikenal luas sebelum akhirnya kalah oleh pendekar Betawi, Bil Ali.
Meski demikian, para murid Kwee Tang Kiam tetap setia belajar padanya. Salah satu keturunan muridnya, H. Moch Zaelani atau Mad Djaelani, kemudian meneruskan ilmu tersebut.
Ia mendirikan Perguruan Mustika Kwitang dan mewariskan ajaran silatnya kepada generasi berikutnya.
Pada abad ke-19, di masa kolonial, ilmu silat dari Mad Djaelani diwariskan kepada Haji Zakaria. Sosok inilah yang kemudian membuat nama Perguruan Mustika Kwitang harum di kalangan perguruan silat Betawi.
Haji Zakaria juga tercatat sebagai salah satu tokoh yang memprakarsai berdirinya Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Cerita Langsung dari Cucu Haji Zakaria
Ishak Zakaria, atau yang biasa disapa Wa Iis, anak dari Haji Zakaria, mengenang masa-masa ketika ia belajar silat bersama sang ayah. Ia bercerita bahwa dulu murid di Mustika Kwitang sangat banyak, didominasi warga sekitar serta beberapa dari luar Jakarta.
“Engkong itu masih aktif mengajar hingga usia 90 dan sampai usia 95 masih kuat,” kenangnya, saat bersama Kawan GNFI di daerah Menteng.
Menurut Wa Iis, silat Betawi memiliki karakter yang berbeda dibanding daerah lain. Silat Betawi lebih berfokus pada rangkaian jurus, mulai dari jurus satu hingga tujuh belas.
Tak hanya dengan tangan kosong, ada pula empat jurus senjata yang meliputi penggunaan pisau dua hingga golok.
Silat Betawi, sejatinya tidak memiliki incik atau pola langkah tertentu, dan tidak diiringi musik seperti beberapa aliran silat lain. Karakter latihannya menonjolkan pukulan, kecepatan, dan ketangkasan, bukan kelenturan atau keindahan gerak.
Salah satu anggota perguruan juga menambahkan bahwa Mustika Kwitang memiliki ciri khas senjata bernama Koliam. Senjata ini memiliki jurus-jurus tersendiri yang diwariskan turun-temurun. Keberadaan Koliam menegaskan identitas perguruan dalam peta silat Betawi.
Kwitang bukan satu-satunya wilayah Betawi yang terkenal dengan silatnya. Di Rawa Belong, terdapat aliran Cingkrik yang mengandalkan kelincahan kaki dan gerak lincah. Daerah ini juga dikenal lewat kisah jawaranya yang melegenda, yaitu Si Pitung.
Selain itu, ada pula aliran Beksi yang berkembang di kawasan Teluk Gong dan memiliki empat jurus utama. Aliran ini juga berasal dari Tiongkok.
Seluruhnya menunjukkan bahwa perkembangan silat Betawi dibentuk oleh perjumpaan budaya yang panjang dan saling memengaruhi.
Jurus Silat dari Mustika Kwitang
Silat Betawi seperti yang disebutkan tadi memang terkenal dengan jurusnya. Perguruan Mustika Kwitang pun memiliki jurus yang masuk ke dalam pertandingan yang kemudian dipakemkan, yaitu jurus seni tunggal baku.
Selain itu, terdapat jurus lain yaitu “piong” untuk menggedor lawan dan memiliki teknik yang tidak sembarangan.
Tak tanggung-tanggung, Wa Iis pun juga memperagakan jurus-jurus yang berada di Perguruan Mustika Kwitang, mulai dari pukulan angin, timbang kanan dan kiri, hingga jurus menggunakan alat toya.
Silat Membentuk Karakter yang Beradab
Silat tak cuma belajar bagaimana caranya memukul dan menguasai jurus-jurus tertentu, melainkan belajar caranya beretika dan beradab.
Dengan semakin menerima keadaan dan menyikapi suatu permasalahan dengan tenang.
Semakin tinggi ilmu, kadang orang-orang semakin sombong dan terjerumus dalam hal jahat. Namun, dalam silat, itu semua tidak berlaku karena silat sejatinya adalah membentuk karakter yang lebih beradab.
Dengan sejarah, tokoh, dan keunikan tekniknya, Perguruan Silat Mustika Kwitang menjadi salah satu penjaga penting warisan silat Betawi. Ia bukan hanya tempat berlatih bela diri, tetapi juga ruang yang merawat identitas, budaya, dan cerita panjang masyarakat Kwitang. Di tengah modernisasi Jakarta, perguruan ini tetap berdiri sebagai saksi hidup perjalanan silat Betawi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News