Kawan GNFI, ada kabar baik dari Sulawesi Barat, Indonesia. Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Sulbar mengambil langkah maju yang signifikan dalam hal literasi.
Gerakan Sulbar Mandarras menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mendorong kebijakan yang bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat, terutama bagi para pelajar melalui penguatan budaya membaca dan pemahaman yang komprehensif.
Ingin tahu bagaimana Gerakan Sulbar Mandarras ini menjadi kegiatan literasi wajib di Sulawesi Barat? Simak selengkapnya, ya, Kawan GNFI untuk #MakinTahuSulbar.
Strategi Kunci Bangun Budaya Literasi di Sulbar Lewat ‘Gerakan Sulbar Mandarras’
Mandarras bukan hanya sekadar akronim, tetapi merupakan adaptasi dari kata Arab ‘darasa’ yang berarti ‘belajar.’ Kata ini disesuaikan dengan nilai budaya Mandar yang intinya adalah ‘membaca ulang untuk memahami’ atau ‘belajar secara mendalam.’
Melalui gerakan ini tidak hanya tentang membaca buku semata, tetapi juga mendorong proses penyesuaian pengetahuan dan pembentukan karakter.
Pemerintah Sulbar meluncurkan gerakan ini sebagai jawaban atas tantangan dari rendahnya indeks literasi di daerah yang berdampak pada rendahnya IPM.
Menurut Gubernur Sulbar, H. Suhardi Duka, budaya literasi menjadi salah satu fondasi kemajuan daerah dan kunci untuk menciptakan "generasi emas 2045" yang berkualitas dan memiliki daya saing.
Salah satu kebijakannya yakni melalui Gerakan Sulbar Mandarras dengan program wajib membaca bagi pelajar. Di mana para pelajar SMA/SMK wajib membaca 20 judul buku sebagai syarat kelulusan, sementara pelajar SD dan SMP di beberapa kabupaten juga diwajibkan membaca 10 judul buku per tahun.
Dari buku yang wajib dibaca, khusus untuk siswa SMA/SMK, dua di antaranya wajib membaca buku tentang biografi tokoh pejuang nasional asal Mandar, yaitu Andi Depu dan Prof. Baharudin Lopa.
Kewajiban ini menjadi salah satu upaya positif dalam menanamkan nilai kebangsaan dan memperkuat jati diri lokal melalui teladan para pahlawan daerah. Dan di akhir masa studi, siswa akan diuji sejauh mana pemahaman mereka terhadap buku-buku yang telah dibacanya.
Dengan adanya Gerakan Sulbar Mandarras, pemerintah juga berupaya meningkatkan angka literasi di wilayah Sulbar sebagai investasi dalam pembangunan karakter dan peradaban generasi muda.
Munculnya kebiasaan membaca dengan pemahaman yang mendalam memberikan harapan bagi Sulawesi Barat dalam menciptakan SDM yang unggul dan tangguh, mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki akar nilai kebangsaan dan kearifan lokal yang kuat.
Komitmen gerakan literasi ini juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi masyarakat untuk membaca, belajar, dan memperkuat rasa percaya diri secara mandiri.
Gerakan literasi ini juga menjadi inisiatif yang muncul sebagai respons lain terhadap rendahnya minat baca siswa yang cenderung terganggu oleh penggunaan alat komunikasi (gadget).
Adanya Gerakan Sulbar Mandarras menjadikan wilayah ini mendukung akan meningkatkan potensi literasi di Indonesia yang menjadi salah satu visi Indonesia Emas 2045, di mana bangsa yang berliterasi adalah bangsa yang mampu berpikir mandiri, menghadapi perubahan zaman, dan mampu berkontribusi aktif di kancah global.
Dengan memperkuat budaya literasi, dapat dipastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk menggali potensi sebagai generasi penerus yang cerdas dan berkarakter.
Buku di sini, menjadi jembatan menuju masa depan mereka sebagai fondasi utama untuk kemajuan bangsa. Literasi yang kuat lahir dari individu yang cerdas dan masyarakat yang kritis, produktif, hingga berdaya saing global.
Inspiratif sekali, ya, Kawan GNFI!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News