Tahukah, Kawan, kalau daun dan kulit nanas ternyata memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan? Saat ini, banyak inovasi produk yang telah tercetus dari daun maupun kulit nanas, di antaranya kapas, serat kain, hingga obat luka. Inovasi ini tentu menambah nilai baru terhadap bagian dari nanas yang selama ini dianggap sebagai limbah ataupun sampah. Penasaran dengan fakta-fakta dari kulit nanas? Simak artikel ini!
Indonesia termasuk produsen nanas utama dunia. Data dari Statista menunjukkan, pada tahun 2023, Indonesia, Filipina, dan Kosta Rika menjadi tiga produsen nanas terbesar di dunia. Akan tetapi, di Indonesia, nilai ekonomi yang dinikmati petani masih didominasi oleh buah segarnya. Sedangkan, bagian lain dari buah ini kerapkali tidak dimanfaatkan dengan baik.
Padahal, kandungan serat selulosa, senyawa polifenol, dan enzim bromelain pada kulit nanas dapat dijadikan sebagai bahan baku ideal untuk pemanfaatan sekalihus pengembangan produk bernilai tambah tinggi.
Serat Kain dari Daun Nanas
Pemanfaatan daun nanas sebagai serat tekstil adalah salah satu inovasi yang kentara. Daun nanas mengandung serat alami yang panjang dan kuat. Karakter ini membuatnya cocok dijadikan bahan baku kain.
Di Surabaya, perusahaan Chandra Naya Lestari mengembangkan serat daun nanas sebagai alternatif bahan denim ramah lingkungan. Serat ini diolah dari limbah daun nanas yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomi.
Serat daun nanas memiliki keunggulan karena tidak memerlukan penanaman baru. Artinya, bahan baku tersedia dari sisa panen yang sudah ada. Ini berbeda dengan kapas yang membutuhkan lahan luas dan konsumsi air tinggi.
Produk berbasis serat nanas ini bahkan telah diekspor ke luar negeri, termasuk Taiwan. Hal ini menandakan penerimaan pasar global terhadap bahan tekstil alternatif.
Lebih jauh lagi, pengembangan daun nanas menjadi serat tekstil telah lebih dulu dilakukan oleh Alan Sahroni di Subang. Berasal dari Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Alan mengolah daun nanas menjadi serat benang melalui proses ekstraksi menggunakan mesin dekortikator.
Serat hasil ekstraksi kemudian dicuci, dijemur, dan disisir hingga menjadi serat kering siap olah. Dalam sehari, sekitar 300 kilogram daun nanas bisa menghasilkan sekitar 7 kilogram serat kering.
Produk serat daun nanas ini tidak hanya terserap pasar domestik, tetapi juga menembus pasar mancanegara, seperti Jepang, Singapura, Malaysia, hingga Jerman. Untuk pasar ekspor, produk umumnya dijual dalam bentuk serat atau benang. Sementara di dalam negeri, serat tersebut diolah menjadi produk jadi seperti kain, rompi, tas, hingga lampu hias.
Kulit Nanas dan Kandungan Alaminya
Kulit nanas mengandung senyawa alami seperti enzim bromelain, asam organik, dan senyawa antibakteri. Namun, selama ini kulit nanas lebih sering dibuang sebagai sampah organik. Padahal, kandungan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk non-pangan.
Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) memanfaatkan kulit nanas sebagai bahan baku deterjen ramah lingkungan. Inovasi ini lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan diuji di Kabupaten Barito Kuala. Kulit nanas dinilai potensial untuk menjadi pembersih alami karena kandungan enzimnya yang mampu membantu mengurai kotoran.
Sederhananya, bromelain bekerja dengan cara memecah protein. Cara kerja ini membantu menyamarkan noda organik pada pakaian. Pendekatan ini menjadi alternatif deterjen berbasis bahan kimia sintetis yang berisiko mencemari air dan tanah.
Inovasi dari mahasiswa ULM, Alan Sahroni, dan Chandra Naya Lestari ini membuktikan bahwa limbah organik juga memiliki nilai ekonomi sekaligus mendukung langkah nyata pelestarian ekosistem.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


