fenomena fatherless dan dampaknya pada hubungan romantis perempuan - News | Good News From Indonesia 2025

Fenomena Fatherless dan Dampaknya pada Hubungan Romantis Perempuan

Fenomena Fatherless dan Dampaknya pada Hubungan Romantis Perempuan
images info

Fenomena Fatherless dan Dampaknya pada Hubungan Romantis Perempuan


Fatherless dapat memengaruhi pola hubungan romantis perempuan di masa dewasa, terutama dalam hal rasa aman, kelekatan emosional, dan kepercayaan terhadap pasangan. Pernahkah Kawan GNFI merasa hubungan yang dijalani cenderung memiliki pola yang sama? Misalnya, mudah cemas ketika pasangan menghilang tanpa kabar selama beberapa jam, atau cepat merasa terikat pada laki-laki yang terlihat perhatian sejak awal.

Pengalaman seperti ini ternyata tidak dialami oleh sedikit orang. Banyak perempuan memiliki cerita serupa, dan salah satu faktor yang kerap luput disadari adalah pengalaman tumbuh tanpa kehadiran ayah atau fatherless.

Ketidakhadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional, dapat membentuk cara seseorang memahami cinta dan rasa aman dalam hubungan. Dampaknya tidak selalu disadari, tetapi sering kali terbawa hingga masa dewasa dan memengaruhi relasi romantis.

Fatherless dan Dampaknya pada Pembentukan Emosi

Fatherless adalah kondisi ketika anak tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik, emosional, maupun keduanya. Dalam beberapa situasi, ayah mungkin tinggal serumah, tetapi tidak terlibat secara emosional, jarang memberi perhatian, atau tidak menjadi figur yang menghadirkan rasa aman.

Fenomena ini cukup banyak terjadi di Indonesia. Ada anak yang kehilangan ayah karena perceraian, ada pula yang tumbuh dengan ayah yang sangat sibuk bekerja, hingga hubungan emosional tidak terbangun dengan baik. Akibatnya, anak terutama perempuan tumbuh tanpa contoh figur laki-laki yang hangat, suportif, dan konsisten.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat memengaruhi perkembangan emosi anak. Perempuan yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung lebih mudah merasa kesepian, bingung menentukan batasan dalam hubungan, serta tidak memiliki gambaran yang jelas tentang sosok pasangan yang aman secara emosional.

Pola Hubungan Romantis yang Terbentuk

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti, Dimala, dan Mustika (2025) menunjukkan bahwa pengalaman fatherless berkaitan dengan pola keterikatan dalam hubungan romantis pada perempuan remaja. Semakin kuat pengalaman fatherless, semakin besar kecenderungan perempuan untuk melekat secara emosional pada pasangannya.

Dalam banyak kasus, pasangan secara tidak sadar diposisikan sebagai sumber rasa aman utama. Hubungan menjadi tempat untuk mengisi kekosongan emosional yang terbentuk sejak kecil. Kehadiran pasangan memberikan rasa tenang, diterima, dan diperhatikan.

Jika tidak disadari, kondisi ini berisiko menimbulkan ketergantungan emosional. Rasa aman dan harga diri lebih banyak bersumber dari pasangan dibandingkan dari diri sendiri. Dalam jangka panjang, pola ini justru dapat mengganggu keseimbangan emosional dan kualitas hubungan.

Dua Ciri Umum Perempuan dengan Pengalaman Fatherless

1. Kelekatan Emosional yang Terbentuk Sejak Dini

Penelitian Nurbani dan Mardiyah (2020) menunjukkan bahwa hubungan romantis sering menjadi ruang untuk mengisi kekosongan emosional masa kecil. Perhatian dan kehadiran pasangan membuat perempuan dengan pengalaman fatherless merasa lebih stabil, dihargai, dan diperhatikan. Hal ini sering kali menjadi sesuatu yang sebelumnya tidak mereka peroleh dari sosok ayah.

2. Tantangan Membangun Rasa Aman dan Kepercayaan

Di sisi lain, perempuan dengan pengalaman fatherless juga cenderung mengalami kesulitan mempercayai pasangan sepenuhnya atau kerap disebut dengan trust issue. Kecemasan akan ditinggalkan dan rasa takut disakiti membuat mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa aman dalam hubungan.

Dari kondisi ini, biasanya muncul dua pola yang berbeda. Ada yang menjadi sangat melekat karena takut kehilangan, ada pula yang justru menjaga jarak karena takut kembali terluka. Keduanya merupakan respons dari pengalaman pengasuhan yang tidak menghadirkan rasa aman secara konsisten sejak dini.

Kabar Baik: Pola Ini Bisa Diputus

Meski pengalaman masa kecil memiliki pengaruh besar, bukan berarti pola ini tidak dapat diubah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang tumbuh tanpa ayah justru memiliki kepekaan emosional yang tinggi. Jika dikelola dengan baik, kepekaan ini dapat menjadi modal penting untuk membangun hubungan yang lebih sehat.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain mengenali pola keterikatan yang terbentuk sejak kecil, membangun rasa aman dari dalam diri, serta memilih pasangan yang stabil secara emosional dan konsisten dalam memberi dukungan.

Apabila pola lama terasa semakin berat dan mengganggu kualitas hubungan, mencari bantuan profesional seperti psikolog dapat menjadi langkah yang bijak. Dengan kesadaran dan proses yang tepat, setiap orang memiliki peluang untuk membangun hubungan yang lebih dewasa, sehat, dan penuh kesadaran.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.