Perubahan besar sering kali berawal dari langkah sederhana. Prinsip inilah yang diwujudkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Cirebon saat menjalankan pengabdian masyarakat di Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu.
Melalui program penanaman lubang resapan biopori, para mahasiswa menghadirkan solusi praktis untuk menjawab persoalan genangan air yang kerap dirasakan warga, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan di tingkat lokal.
Program penanaman biopori ini dilaksanakan pada 9 Agustus 2025 dan menjadi salah satu kegiatan unggulan mahasiswa KKN di wilayah tersebut. Karangampel dipilih bukan tanpa alasan. Kawasan ini merupakan daerah permukiman yang cukup padat dengan aktivitas warga yang tinggi. Seiring bertambahnya jumlah bangunan dan semakin terbatasnya lahan terbuka, kemampuan tanah untuk menyerap air hujan di sejumlah titik mulai menurun.
Kondisi tersebut semakin terasa ketika musim hujan tiba. Air hujan yang tidak terserap dengan baik kerap menggenang di sekitar rumah warga dan di jalur-jalur tertentu. Meski sering dianggap sebagai persoalan kecil dan musiman, genangan air yang terjadi berulang kali dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mempercepat kerusakan lingkungan sekitar, bahkan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan jika dibiarkan dalam jangka panjang.
Melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Cirebon berupaya mencari solusi yang tidak hanya efektif, tetapi juga mudah diterapkan oleh masyarakat. Pilihan mereka jatuh pada biopori, sebuah metode sederhana yang dinilai sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakter masyarakat Karangampel. Selain tidak memerlukan biaya besar, biopori juga dapat dibuat dengan peralatan sederhana dan dikerjakan secara gotong royong.
Biopori merupakan lubang resapan berbentuk silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah. Fungsinya adalah mempercepat penyerapan air hujan ke dalam tanah sehingga limpasan air di permukaan dapat dikurangi. Dengan meningkatnya daya resap tanah, risiko terjadinya genangan air pun dapat diminimalkan. Lebih dari itu, biopori juga berperan dalam menjaga keseimbangan air tanah, yang penting bagi keberlanjutan lingkungan.
“Biopori ini sederhana, tapi manfaatnya bisa langsung dirasakan. Kalau satu rumah punya beberapa lubang biopori, dampaknya akan jauh lebih besar,” ungkap salah satu mahasiswa KKN saat kegiatan berlangsung.
Tak hanya berkaitan dengan pengelolaan air, biopori juga menawarkan manfaat tambahan yang tak kalah penting. Lubang ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat penguraian sampah organik rumah tangga, seperti sisa sayuran, daun kering, dan limbah dapur lainnya.
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan terurai secara alami di dalam tanah dan menghasilkan kompos. Hasil penguraian tersebut membantu menyuburkan tanah di sekitarnya dan mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Dengan konsep ini, biopori menjadi solusi dua arah: membantu mengatasi genangan air sekaligus mendorong pengelolaan sampah organik yang lebih ramah lingkungan. Pendekatan ini sejalan dengan upaya membangun kebiasaan hidup yang lebih berkelanjutan di tengah masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan penanaman biopori dilakukan secara gotong royong. Mahasiswa KKN bersama warga setempat terlebih dahulu melakukan diskusi ringan untuk menentukan titik-titik yang dianggap strategis. Area sekitar rumah warga dan jalur aliran air yang sering tergenang menjadi prioritas utama. Setelah titik ditentukan, proses pembuatan biopori dimulai dengan penggalian tanah menggunakan alat sederhana, dilanjutkan dengan pemasangan pipa biopori dan penyesuaian lubang agar aman serta siap digunakan.
Suasana kebersamaan terasa kuat sepanjang kegiatan berlangsung. Warga tidak hanya menyaksikan, tetapi ikut terlibat langsung dalam proses pembuatan biopori. Beberapa warga tampak antusias mencoba menggali lubang dan memasang pipa dengan pendampingan mahasiswa. Interaksi yang terjalin menciptakan suasana belajar bersama yang hangat dan cair.
“Saya baru tahu kalau sampah dapur bisa dimasukkan ke biopori. Jadi tidak langsung dibuang, tapi bisa bermanfaat,” ujar salah satu warga yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Selain melakukan pemasangan, mahasiswa KKN juga memberikan edukasi singkat kepada warga mengenai fungsi dan perawatan biopori. Warga diajak memahami pentingnya mengisi lubang biopori secara berkala dengan sampah organik serta menjaga agar lubang tidak tertutup oleh sampah anorganik atau material lain. Edukasi ini menjadi bagian penting agar biopori dapat berfungsi secara optimal dalam jangka panjang.
Antusiasme warga terlihat dari berbagai pertanyaan yang muncul selama kegiatan berlangsung. Mulai dari kedalaman lubang yang ideal, jenis sampah organik yang paling cocok, hingga kemungkinan memperluas penerapan biopori di titik-titik lain di lingkungan mereka. Respons positif ini menunjukkan bahwa solusi lingkungan yang sederhana justru lebih mudah diterima dan dipraktikkan oleh masyarakat.
Bagi mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Cirebon, program penanaman biopori ini menjadi pengalaman belajar yang berharga. Mereka tidak hanya menerapkan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga belajar memahami kondisi sosial dan lingkungan secara langsung. Interaksi dengan warga membantu mahasiswa melihat persoalan lingkungan dari sudut pandang masyarakat, sekaligus merancang solusi yang realistis dan aplikatif.
“Kami berharap biopori ini tidak berhenti saat KKN selesai. Justru kami ingin warga bisa melanjutkannya sendiri,” tutur salah satu mahasiswa.
Langkah kecil ini memang tidak serta-merta mengubah segalanya. Namun, jika diterapkan secara konsisten dan meluas, biopori memiliki potensi memberikan dampak yang besar. Dari mengurangi genangan air, membantu pengelolaan sampah organik, hingga menumbuhkan kebiasaan peduli lingkungan, manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang dilakukan mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Cirebon di Karangampel menjadi contoh bahwa perubahan positif dapat dimulai dari tingkat lokal. Dengan pendekatan yang sederhana, partisipatif, dan berkelanjutan, upaya menjaga lingkungan tidak harus menunggu kebijakan besar atau teknologi canggih.
Ke depan, diharapkan penanaman biopori dapat berkembang menjadi kebiasaan baru di tengah masyarakat Karangampel. Jika kesadaran ini terus tumbuh, lingkungan yang lebih sehat, nyaman, dan lestari bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan berawal dari satu lubang kecil di tanah, dan niat baik untuk menjaga alam bersama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


