stasiun leles sejarah - News | Good News From Indonesia 2025

Bernama Stasiun Leles, Sejarah yang Membuat Banyak Orang Salah Paham

Bernama Stasiun Leles, Sejarah yang Membuat Banyak Orang Salah Paham
images info

Bernama Stasiun Leles, Sejarah yang Membuat Banyak Orang Salah Paham


Berangkat dari rumah ketika langit masih berwarna biru pucat, sekitar pukul enam pagi saya sudah melaju menuju Stasiun Leles. Udara Kadungora pagi itu terasa sejuk, dengan aktivitas warga yang mulai menggeliat.

Sebelumnya, tiket Kereta Api Lokal Cibatu sudah saya pesan melalui aplikasi KAI, sebuah kebiasaan baru yang kontras dengan suasana stasiun yang masih menyimpan banyak jejak masa lalu.

Kereta Api Lokal Cibatu adalah salah satu moda transportasi penting bagi warga sekitar. Setiap hari, kereta ini mengangkut penumpang dari Leles menuju Bandung, baik untuk bekerja, berdagang, maupun sekadar urusan keluarga.

Tarifnya yang relatif murah membuat kereta lokal ini tetap menjadi pilihan utama, terutama bagi masyarakat yang mengandalkan transportasi publik.

Namun, tulisan ini bukan hendak membahas soal murahnya ongkos atau kenyamanan perjalanan. Ada satu hal yang sejak lama mengusik rasa penasaran saya: mengapa stasiun ini bernama Stasiun Leles, padahal secara administratif ia berada di wilayah Kadungora?

Pertanyaan itu membawa saya menelusuri jejak sejarah yang lebih jauh ke belakang, ke masa Hindia Belanda. Pada periode tersebut, Leles bukan sekadar nama daerah, melainkan sebuah kewadanaan.

baca juga

Dalam struktur pemerintahan kolonial, kewadanaan berada satu tingkat di bawah kabupaten dan membawahi beberapa kecamatan. Kadungora sendiri kala itu merupakan kecamatan yang berada di bawah Kewadanaan Leles. Pimpinan kewadanaan disebut wedana, berbeda dengan camat yang memimpin kecamatan.

Dalam konteks inilah Stasiun Leles dibangun. Nama stasiun mengikuti pusat pemerintahan kewadanaan, bukan semata-mata lokasi geografisnya. Leles pada masa itu memiliki peran strategis dan wilayah kekuasaan yang cukup luas, bahkan mencakup kawasan yang kini dikenal sebagai Garut Kota.

Tak mengherankan jika nama Leles lebih dipilih dan dianggap mewakili wilayah yang lebih besar serta penting.

Keberadaan Stasiun Leles juga menjadi saksi kejayaan perkeretaapian di Garut dan sekitarnya. Secara historis, stasiun ini bukan bagian dari jalur Cibatu–Garut yang kini telah direaktivasi, melainkan termasuk dalam jalur selatan Pulau Jawa.

Jalur ini menghubungkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Stasiun seperti Leuwigoong, Cibatu, Leles, dan Cipeundeuy adalah simpul-simpul penting dalam jaringan tersebut, yang dulu ramai dilalui kereta penumpang maupun kereta barang.

Seiring berjalannya waktu dan perubahan struktur pemerintahan, kewadanaan dihapuskan. Leles dan Kadungora kini berdiri sebagai kecamatan yang terpisah.

Di sinilah muncul pertanyaan baru: mengapa nama Stasiun Leles tidak ikut berubah menjadi Stasiun Kadungora, seperti beberapa stasiun lain yang pernah mengalami penyesuaian nama?

Sejarah mencatat, ada stasiun yang berganti nama karena alasan administratif maupun peristiwa tertentu. Stasiun Gandamirah, misalnya, dahulu bernama Stasiun Gandamirah sebelum akhirnya disesuaikan dengan nama desa induknya menjadi Stasiun Karangsari.

Ada pula Stasiun Malongbong yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Bumi Waluya, menyusul tragedi kecelakaan kereta api yang terjadi di wilayah tersebut.

Namun, Stasiun Leles tampaknya menempuh jalan berbeda. Nama itu tetap dipertahankan, seolah menjadi penanda bahwa sejarah tidak selalu harus disesuaikan dengan peta administrasi terkini.

baca juga

Saat ini, Stasiun Leles berstatus sebagai stasiun kelas 3 atau stasiun kecil. Meski demikian, perannya belum sepenuhnya pudar. Kereta ekonomi masih berhenti di sini, begitu pula kereta barang dan parcel.

Lokasinya yang strategis membuat stasiun ini tetap hidup, menjadi penghubung penting bagi warga yang hendak menuju Bandung, Garut, atau daerah lain di jalur selatan.

Di luar fungsinya sebagai simpul transportasi, Stasiun Leles juga menyimpan daya tarik visual. Di sisi barat stasiun, hamparan perbukitan dan jembatan rel menjadi latar favorit para pecinta fotografi kereta api. Setiap kereta yang melintas seolah menyatukan masa lalu dan masa kini dalam satu bingkai.

Stasiun Leles terkini/Foto : Dok. Pribadi (Agus Kusdinar)
info gambar

Stasiun Leles terkini/Foto : Dok. Pribadi (Agus Kusdinar)


Nama Stasiun Leles yang bertahan hingga kini bukan sekadar soal penamaan. Ia adalah jejak dari struktur pemerintahan kolonial, penanda identitas wilayah, sekaligus pengingat bahwa sejarah sering kali melekat lebih kuat daripada perubahan administratif.

Di tengah modernisasi dan reaktivasi jalur kereta, Stasiun Leles berdiri sebagai saksi bisu perjalanan panjang sebuah daerah, nama lama yang terus hidup di rel yang sama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AK
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.