saatnya umat islam jago tekonologi - News | Good News From Indonesia 2025

Jangan Hanya Nostalgia, saatnya Umat Islam Jago Tekonologi!

Jangan Hanya Nostalgia, saatnya Umat Islam Jago Tekonologi!
images info

Jangan Hanya Nostalgia, saatnya Umat Islam Jago Tekonologi!


Halo, Kawan semua! Kita sering kali merasa bangga saat mendengar nama Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, atau Al-Ghazali dan ulama berperngaruh lainnya yang sering kali disebut namanya dalam buku-buku sejarah sebagai perintis ilmu pengetahuan dunia.

Namun, kejayaan itu sudah berlalu berabad-abad yang lalu bahkan puluhan ribu tahun yang lalu. Saat ini, dunia Islam menghadapi kenyataan yang cukup pahit, faktanya kita lebih banyak menjadi konsumen teknologi daripada pencipta tekonologi itu sendiri.

Jika kita ingin bangkit dari ketertinggalan tersebut, kita tidak bisa hanya terus-menerus bernostalgia tentang masa lalu tanpa melakukan langkah nyata untuk menguasai teknologi hari ini.

Mengapa Kita Tertinggal?

Salah satu tantangan internal yang paling nyata adalah rendahnya kualitas pendidikan dan literasi di banyak negara Muslim. Banyak kurikulum pendidikan kita yang masih terjebak pada hafalan dan belum sepenuhnya mendukung nalar kritis atau inovasi.

Akibatnya, kontribusi umat Islam terhadap riset global mengalami penurunan drastis dalam beberapa abad terakhir. Selain itu, ada "tembok raksasa" yang seolah memisahkan antara ilmu agama dan ilmu dunia.

Banyak dari kita yang merasa bahwa belajar sains dan teknologi adalah urusan dunia semata. Padahal di masa keemasan Islam, para ilmuwan besar justru lahir karena mereka mampu menyatukan kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual.

baca juga

Apa Modal yang Kita Miliki?

Meski tertinggal, Kawan GNFI harus tahu bahwa ada peluang untuk bangkit itu sebenarnya terbuka lebar. Dunia Islam saat ini sedang menikmati bonus demografi, di mana penduduk usia produktif sangat melimpah, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Generasi muda Muslim saat ini jauh lebih melek digital, kreatif, dan terbuka terhadap ide-ide baru.

Jika energi besar ini diarahkan pada penguasaan teknologi strategis seperti kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, dan digitalisasi, maka wajah peradaban Islam bisa berubah dengan cepat.

Dari sisi ekonomi, kita memiliki potensi yang luar biasa melalui industri halal global dan penguasaan jalur perdagangan strategis.

Namun, potensi ini hanya akan menjadi angka jika kita tidak menguasai teknologi produksinya sendiri. Kita harus mulai bergerak dari sekadar menjadi pasar konsumen produk halal menjadi inovator utama dalam industri tersebut.

Untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks, umat Islam perlu memiliki langkah-langkah strategis yang tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan realitas saat ini. Setidaknya ada 3 agenda penting yang perlu mendapat perhatian serius.

Pendidikan yang Membebaskan

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam upaya kebangkitan umat Islam. Pendidikan yang membebaskan tidak hanya bertujuan mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk manusia secara menyeluruh.

Artinya, pendidikan harus mampu mengembangkan kecerdasan berpikir, memperkuat nilai spiritual, serta melatih kepekaan dalam memahami kondisi sosial di sekitarnya. Lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya rajin beribadah, tetapi juga kreatif, inovatif, dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Oleh karena itu, kurikulum pendidikan Islam perlu dirancang dengan menggabungkan ilmu keagamaan dan pengetahuan modern, seperti sains, teknologi, dan ilmu sosial.

Proses pendidikan harus memberi ruang bagi kebebasan berpikir, mendorong semangat meneliti, serta membiasakan peserta didik untuk berpikir kritis.

Dengan cara inilah, pendidikan Islam dapat menjadi sarana untuk membebaskan cara berpikir umat, sehingga mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan global tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

baca juga

Kemandirian Tekonologi

Di era digital seperti sekarang, penguasaan teknologi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Ketergantungan berlebihan pada teknologi impor membuat umat Islam sulit bersaing dan rentan tertinggal.

Karena itu, sudah saatnya negara-negara Muslim serius berinvestasi pada riset, inovasi, dan pengembangan sumber daya manusia di bidang sains dan teknologi. Kemandirian teknologi tidak berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi membangun kemampuan sendiri agar tidak selalu bergantung pada pihak lain.

Dengan mendorong budaya riset, mendukung para peneliti muda, dan memperkuat kolaborasi antara kampus, industri, dan negara, umat Islam dapat beralih dari sekadar pengguna teknologi menjadi pencipta solusi bagi persoalan zamannya.

Persatuan dan Kolaborasi

Salah satu persoalan besar umat Islam hingga hari ini adalah perpecahan internal yang tak kunjung selesai. Perbedaan mazhab, pandangan politik, dan kepentingan kelompok sering kali menyita energi yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif.

Padahal, sejarah mencatat bahwa kemajuan peradaban Islam lahir dari semangat kebersamaan dan kerja sama. Perbedaan adalah keniscayaan, tetapi konflik bukanlah keharusan.

Yang dibutuhkan saat ini adalah sikap saling menghargai dan kemauan untuk bekerja bersama demi tujuan yang lebih besar.

Dengan memperkuat persatuan dan membangun kolaborasi lintas kelompok, umat Islam memiliki peluang lebih besar untuk bangkit dan berkontribusi nyata bagi peradaban global.

Masa depan peradaban Islam tidak ditentukan oleh seberapa sering kita membanggakan sejarah, melainkan oleh seberapa mampu kita menjawab tantangan zaman. Menguasai teknologi bukan berarti kita menjadi "barat", melainkan menjalankan tugas sebagai manusia yang memberi manfaat bagi alam semesta.

Sudah saatnya kita berhenti melihat ke belakang dan mulai membangun masa depan dengan tangan kita sendiri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.