mengapa kita boros ketika stress psikologi dibalik fenomena doom spending - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Kita Boros ketika Stress? Psikologi di Balik Fenomena Doom Spending

Mengapa Kita Boros ketika Stress? Psikologi di Balik Fenomena Doom Spending
images info

Mengapa Kita Boros ketika Stress? Psikologi di Balik Fenomena Doom Spending


Ketika seseorang sedang dalam tekanan, secara naluriah ia akan melakukan kegiatan yang membuatnya terlepas dari rasa tertekan atau stress tersebut. Hal itu disebut sebagai “coping stress”.

Banyak cara yang bisa dilakukan oleh seseorang sebagai coping stress mulai dari kegiatan positif ataupun negatif. Namun, kesalahan dimulai ketika coping stress seseorang mulai membuat ketergantungan hingga akhirnya dilakukan tanpa sadar.

Hal ini bisa berdampak pada aspek-aspek hidup Kawan, terutama pada orang yang mengandalkan finansial sebagai coping stress miliknya. Fenomena ini dinamakan “Doom Spending”. Kegiatan yang merupakan hubungan antara mental individu dengan kebiasaannya dalam menghabiskan uang atau berbelanja secara impulsif ketika stress. Mari, kita bahas lebih lanjut!

baca juga

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending adalah suatu perilaku yang muncul karena adanya ikatan emosional terhadap kebiasaan menggunakan uang secara impulsif untuk pelepasan stress. Umumnya perilaku ini hadir karena eksposur berlebih yang berasal dari media digital ataupun marketing produk yang mendorong munculnya perilaku konsumtif.

Perilaku ini tidak terbatas pada rentang usia tertentu dan semua orang bisa mengalaminya, mulai dari remaja hingga orang dewasa.

Dilansir dari Sky News, data menunjukan 43% dari generasi milenial dan 35% dari generasi Z mempunyai kebiasaan "berbelanja" sebagai coping stress mereka agar dapat merasa lebih baik.

Orang-orang yang memiliki kebiasaan belanja berlebihan atau doom spending sering kali terjebak dalam kesenangan instan dari aktivitas berbelanja.

Sistem otak mereka menganggap perilaku ini sebagai suatu bentuk reward: di mana dopamin secara otomatis dilepaskan saat seseorang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Perilaku ini memberikan sensasi kepuasan dan kenikmatan sementara sehingga memberikan alasan untuk seseorang melakukannya secara berulang.

baca juga

Alasan di Balik Perilaku Doom Spending

Perilaku ini berasal dari tekanan intens pada aspek sosial dan ekonomi di masa kini, sehingga pola konsumtif yang berasal dari iklan pada platform digital ataupun pemengaruh (influencer) sosial media menghasilkan kebiasaan “doom spending”.

Menurut Barokah (2021) pengeluaran impulsif yang dilakukan merupakan jalan keluar yang praktis untuk meredakan emosi, khususnya pada individu yang mengalami tekanan psikologis.

Tekanan ini bisa berupa tuntutan citra diri atau sekadar mengikuti gengsi pada individu zaman sekarang.

Orang-orang dengan stress emosional rentan mencari kepuasan melalui perilaku konsumtif, meskipun hal tersebut tidak menyelesaikan masalah utamanya dan hanya berlaku sementara.

Didorong oleh emosi yang kuat seperti keputusasaan, kecemasan, stress, dan lainnya menjadi alasan mengapa doom spending semakin marak dilakukan.

Individu yang memiliki habit ini menggunakan dalih self-treat atau self-reward sebagai pembenarannya.

Pengeluaran yang dilakukan ketika melakukan doom spending mampu mempengaruhi individu dalam segi kesehatan mental dan keuangan. Meski tindakan ini menjamin adanya kepuasaan setelah melakukannya, efek kesenangan itu hanya berlangsung sesaat.

Seringkali hal ini justru berdampak pada penyesalan, rasa bersalah, dan masalah finansial yang berkepanjangan. Sehingga, siklus konsumtif ini menjadi sebuah hal yang sulit dihentikan.

Gambar 1 yang dilansir dari Anditasari, P. (2025). An analysis of doom spending in the context of mental … Philanthropy: Journal of Psychology, 9(1).

Faktor internal lainnya yang dapat memengaruhi kebiasaan ini adalah karena tidak adanya kontrol diri terhadap keinginan untuk membeli suatu produk yang disiarkan secara masif. Sehingga individu seringkali terbuai dalam tawaran harga yang menarik.

Strategi belanja tersebut akan secara signifikan mendorong individu dalam pola pengeluaran yang tidak terencana dan pengeluaran yang didorong hanya dengan emosi.

baca juga

Cara Menghentikan Perilaku Doom Spending

Kebiasaan yang menimbulkan efek negatif pada individu harus segera dihentikan, termasuk kebiasaan pembelian impulsif atau doom spending.

Menurut sudut pandang psikologi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan pikiran dan mengubah kebiasaan doom spending, antara lain:

  1. Memulai kebiasaan untuk bersikap kritis terhadap konten-konten digital yang berpotensi mengajak untuk melakukan pembelian suatu produk. Dengan mengkritisi hal tersebut, seseorang akan lebih mampu untuk mendahulukan prioritasnya.
  2. Bersikap mindful dan aware dalam berbelanja untuk menghindari pembelian secara impulsif, baik dalam belanja online ataupun langsung. Tindakan ini memberi individu memiliki waktu untuk berpikir dalam berbelanja, sehingga barang-barang yang dibeli sesuai dengan kebutuhan. Sebelum merasa butuh, pastikan barang tersebut memiliki urgensi untuk dibeli dan bukan untuk memenuhi keinginan belaka.

Kedua saran tersebut merupakan langkah awal bagi mereka yang ingin keluar dari lingkaran impulsivitas ini. Meski tidak mudah, individu bisa melakukan pembiasaan secara perlahan untuk menghilangkan perilaku doom spending secara menyeluruh.

Lakukan juga kegiatan di luar ruangan seperti berolahraga, melakukan kegiatan bersama teman, atau berjalan-jalan ke alam agar pikiran tidak terpaku pada hal-hal yang memicu adanya pengeluaran berlebih secara impulsif. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NY
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.