Liburan sebentar lagi tiba. Pastinya berbagai rencana perjalanan sudah dipersiapkan untuk memeriahkan waktu libur bersama keluarga maupun kerabat. Jalanan akan dipenuhi oleh banyaknya kendaraan dan kemacetan pun tak bisa dihindari.
Kemacetan yang terjadi dapat memicu stres, emosi negatif seperti mudah marah dan cemas, serta menurunkan konsentrasi. Emosi negatif ini bisa mengakibatkan agresivitas dalam berkendara seperti membunyikan klakson terus-menerus, memaki, memotong jalan, dan lainnya.
Hal ini pastinya akan membuat pengendara lain terganggu. Karena itu, sangat penting untuk dapat menjaga sikap ketika sedang di perjalanan.
Untuk dapat tenang di situasi seperti ini, dibutuhkan strategi untuk dapat mengendalikan diri, dan salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip stoicism.
Melalui stoicism, individu diajak untuk fokus pada hal yang ada dalam kendali diri. Bagaimana cara mengendalikan emosi, memahami makna, dan bersikap bijaksana. Sehingga perjalanan dapat dijalani dengan lebih tenang, sadar, dan bertanggung jawab.
Dengan ini, perjalanan tidak hanya soal sampai tujuan, tetapi juga tentang menjaga sikap dan ketenangan diri. Berikut penjelasan dan strategi yang bisa Kawan praktikkan!
Apa Itu Stoicism?
Stoicism adalah aliran filosofis yang berfokus pada kebajikan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup melalui penerimaan dan pengendalian diri.
Stoicism percaya bahwa manusia bisa bahagia karena hal internal bukan eksternal. Artinya, Kawan harus menyadari apa saja yang merupakan hal internal (berasal dari dalam diri) dan hal eksternal (berasal dari luar) untuk dapat mencapai kebahagiaan yang pasti.
Prinsip Esential Stoicism
Stoicism mengajarkan untuk menerapkan kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri sebagai landasan hidup, dengan berfokus pada dikotomi kendali atau berfokus pada hal yang bisa Kawan kendalikan (pikiran, sikap, tindakan, dan respon).
Serta merelakan hal-hal yang tidak berjalan sesuai ekspektasi atau hal yang ada di luar kendali, termasuk kemacetan yang sering dialami.
Dengan demikian, energi Kawan tidak terbuang secara sia-sia dan secara penuh digunakan pada hal yang penting. Logos (akal) juga berperan penting untuk menemukan keseimbangan dalam hidup.
Mengendalikan Emosi Negatif saat Kondisi Macet
Saat macet, mungkin secara tidak sadar Kawan sudah terlanjur emosi dan sulit untuk tetap tenang. Namun, bukan hal yang tidak mungkin untuk bisa mengendalikan perasaan tersebut. Terdapat dua cara yang bisa Kawan lakukan untuk mengatasi emosi negatif yang muncul:
- Kenali emosi negatif: Sadari dahulu apakah emosi seperti kemaharan, frustrasi, dan cemas yang dirasakan dapat memperbaiki keadaan atau justru memperburuk keadaan? Dengan pemikiran objektif ini, artinya kawan memberi jeda untuk tidak langsung tersulut emosi dan hal ini membantu untuk dapat memutuskan sikap yang tepat.
- Menerima Keadaan: Konsep 'amor fati' atau mencintai takdir, mengajarkan untuk dapat menerima keadaan sebagaimana mestinya sebagai bagian dari hidup dengan maksud percaya bahwa akan ada hal baik yang bisa diambil nantinya. Konsep ini akan memberikan ketenangan karena tidak melawan realitas yang ada.
Praktik Stoicism saat Kondisi Macet
Ketika macet, stoicism bisa dipraktikkan dengan menerapkan prinsip dikotomi kendali, yaitu menyadarkan diri bahwa macet itu bukan hal yang bisa dikendalikan. Namun, Kawan bisa mengendalikan pikiran dan tindakan dalam merespon situasi macet tersebut.
Jadi alih-alih marah karena situasi dan menyalahkan orang sekitar, Kawan bisa mengendalikan diri untuk tetap tenang, dan gunakan waktu untuk hal yang produktif. Contohnya adalah dengan mendengarkan podcast, baca buku, atau bisa membuat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan nanti.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


