mengenal orang bati legenda manusia bersayap dari jantung pulau seram - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Orang Bati: Legenda Manusia Bersayap dari Jantung Pulau Seram

Mengenal Orang Bati: Legenda Manusia Bersayap dari Jantung Pulau Seram
images info

Mengenal Orang Bati: Legenda Manusia Bersayap dari Jantung Pulau Seram


Halo Kawan GNFI, kalau kita bicara soal kekayaan cerita mistik di Indonesia, pikiran kita mungkin langsung melayang ke sosok Orang Bunian di Sumatra atau berbagai lelembut di tanah Jawa.

Namun, pernahkah kalian mendengar tentang Orang Bati? Sosok ini datang dari Pulau Seram, Maluku, dan dikenal sebagai salah satu kriptid (makhluk misterius) paling ikonik di Nusantara yang sayangnya masih jarang dibahas secara nasional. Padahal, ceritanya sudah mendunia dan membuat banyak peneliti luar negeri penasaran.

Siapa Sebenarnya Orang Bati?

Bagi masyarakat Pulau Seram, Orang Bati bukan hanya sekedar cerita belaka. Sosoknya memang membuat merinding. Bayangkan saja, seekor makhluk bertubuh kecil mirip monyet dengan tinggi sekitar 1,5 meter, kulit kemerahan, ekor panjang, dan sepasang sayap hitam lebar yang tumbuh di punggungnya.

Dinukil dari laman Cryptid Archive, sebutan Orang Bati ini punya arti harfiah sebagai "manusia bersayap" atau "men with wings". Menariknya, ini bukan cerita musiman.

Jika kita menengok catatan sejarah kolonial, para misionaris yang datang ke Pulau Seram pada abad ke-15 dan 16 pun sudah mencatat kegelisahan warga lokal tentang adanya "sosok terbang" yang selalu bersembunyi di kegelapan hutan.

Teror di Balik Gelap Malam

Dalam cerita turun-temurun warga Seram, Orang Bati dikenal sebagai makhluk malam yang ditakuti. Siang hari mereka habiskan untuk bersembunyi di dalam gua-gua sunyi di puncak gunung, dan baru mengepakkan sayap saat senja mulai hilang.

Sayangnya, legenda ini punya sisi yang cukup kelam yaitu warga sering bercerita bagaimana Orang Bati turun ke desa untuk menculik anak-anak kecil dan membawanya pergi ke sarang mereka di ketinggian.

Ketakutan warga makin menjadi karena suara makhluk ini yang kabarnya sangat menyayat hati. Dikutip dari berbagai literatur kriptozoologi, lengkingan Orang Bati digambarkan sangat melengking dan aneh.

Bahkan, saking asingnya suara itu, banyak yang membandingkannya dengan teriakan satwa purba seperti Pterosaurus yang sebenarnya sudah lama punah dari muka Bumi.

Mencari Logika di Tengah Kabut Misteri

Bukan hanya warga lokal, teka-teki Orang Bati ini ternyata sukses membuat para peneliti internasional "gatal" untuk ikut mengulik. Mengutip ulasan dari National Geographic Indonesia, para ahli sempat membandingkan kemiripan ciri fisik Orang Bati dengan legenda Ahool di Jawa atau Ropen di Papua Nugini.

Namun, tentu saja, kita perlu tetap berpijak pada logika. Secara sains, sampai detik ini belum ada bukti fisik, baik itu foto yang jelas, sisa tulang, maupun jejak biologis lainnya yang bisa memastikan kalau makhluk ini benar-benar ada sebagai spesies nyata.

Para ahli punya teori yang lebih membumi. Seperti yang dipaparkan dalam berbagai jurnal biologi, sangat mungkin wujud Orang Bati yang dilihat warga dari kejauhan adalah Pteropus, alias kelelawar buah raksasa yang memang banyak hidup di Maluku.

Bentang sayapnya yang lebar ditambah suasana malam yang gelap bisa saja memicu imajinasi kolektif masyarakat tentang sosok "manusia terbang".

Lebih dari Sekadar Kisah Seram

Di luar perdebatan soal keberadaannya, legenda Orang Bati punya posisi penting dalam budaya masyarakat Seram. Cerita ini menjadi bagian dari tradisi lisan yang berfungsi menjaga anak-anak agar tidak keluyuran malam-malam atau masuk ke hutan yang berbahaya.

Bahkan, saking dihormatinya, beberapa warga menganggap menyebut nama makhluk ini secara sembarangan sebagai hal yang kurang elok dilakukan.

Jadi Kawan GNFI, Orang Bati adalah bukti betapa luasnya khazanah legenda Indonesia. Ia menjadi pengingat bahwa di balik rimbunnya hutan timur Nusantara, masih banyak misteri yang membuat kita tetap harus rendah hati di hadapan alam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.