i made andi arsana anggap saling sapa perlu di lingkungan kampus - News | Good News From Indonesia 2025

I Made Andi Arsana Anggap Saling Sapa Perlu di Lingkungan Kampus

I Made Andi Arsana Anggap Saling Sapa Perlu di Lingkungan Kampus
images info

I Made Andi Arsana Anggap Saling Sapa Perlu di Lingkungan Kampus


I Made Andi Arsana ialah akademisi, pakar hukum laut internasional, dan tokoh pendidikan asal Indonesia yang semakin dikenal terutama melalui platform media sosial. Sosoknya kerap muncul dalam sejumlah konten yang membahas isu pendidikan sampai politik luar negeri.

Pria bergelar doktor ini telah menempuh pendidikan tinggi prestisiusnya. Dimulai dari mengambil gelar sarjana Teknik Geodisi di Universitas Gadjah Mada (UGM), lalu dilanjutkannya di University of New South Wales dan University of Wollongong, Australia.

Sosok yang kerap disapa Bli Andi ini kini dikenal pula sebagai dosen di jurusan Teknik Geodisi UGM. Di tempat kerja inilah ia mendapat pengalaman berinteraksi dengan mahasiswa yang kini akrab dengan teknologi. Menurut Bli Andi, kehati-hatian perlu ada dalam diri muda-mudi akademisi masa kini, mengapa?

Hati-hati di Era Teknologi

Alangkah beruntungnya mahasiswa zaman sekarang. Kemudahan mencari informasi ilmu pengetahuan sebegitu mudahnya didapat dari jarak jauh melalui teknologi gawai yang semakin canggih. Dengan bantuan internet, ketik kata kunci, maka munculah referensi untuk belajar dan menyelesaikan tugas dari kampus.

Bli Andi sendiri mengakui hal tersebut, walaupun menurutnya tidak selamanya keberuntungan dari kemudahan itu berimplikasi ke kebaikan. Karena ada kalanya manusia menjadi lepas kendali dan akan menyalahgunakan teknologi yang mungkin akan merugikan dirinya sendiri.

“Teknologi juga menyebabkan banyak hal yang tidak sebaik yang kita bayangkan. Misalnya dengan adanya kemudahan bagi kita untuk mengatakan sesuatu untuk mengekspresikan sesuatu di media dan media sosial membuat orang bisa ngomong apa aja. Sekarang orang memaki dengan bahasa yang sama didengar ratusan ribu orang. Jadi saya kira ini selain beruntung juga sangat rawan,” ucap Bli Andi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Platform media sosial memang menjadi wadah ekspresi keluh kesah bagi setiap orang dalam dua dekade lebih terakhir ini. Konten-konten yang biasanya relevan dengan isu kekinian pun bisa dengan mudah memancing perhatian jika dipublikasikan langsung melalui media sosial. Bli Andi pun berharap anak-anak muda bisa lebih berhati-hati memanfaatkan “keberuntungan” ini, karena kalau tidak itu akan menjadi bumerang yang suatu saat akan melukai sendiri.

“Jadi yang saya pikirkan tentang anak muda sekarang berarti selain beruntung tadi mereka semestinya harus sangat berhati-hati karena mereka sedang hidup di dunia mereka seperti live show setiap hari. Berarti harus berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu dan segala macam,” ucapnya.

Saling Sapa

Semakin pesatnya teknologi berimbas kepada kemudahan. Dari situ, muncullah kredo, “teknologi mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.”

Bli Andi pun selaku dosen berusaha tetap dekat dengan mahasiswa-mahasiswanya melalui teknologi tanpa memikirkan jarak. Menurutnya memanfaatkan teknologi plus dengan mengedepankan budaya saling sapa membuat pendidik sepertinya bisa lebih akrab dengan mahasiswa zaman sekarang yang lebih melek teknologi.

“Saya jarang sekali ke kampus karena saya ada tugas lain di Gedung Pusat UGM. Tapi saya terpilih menjadi dosen paling inspiratif di Geodesi. Ada teman saya guyon bilang, ‘Lah, kamu datang ke kampus aja jarang, kok bisa jadi dosen paling inspiratif?’. Jadi, yang penting sekarang ini bukan kehadiran fisik, saya hadir di dunia mereka. Saling sapa saya dengan mahasiswa saya itu terjadi tidak di dunia fisik. Tapi di dunia maya dan itu membuat saya lebih hadir,” kata Bli Andi.

Adapun Bli Andi menegaskan tidak saling sapa di lingkungan kampus menjadi mimpi buruk bagi pengajar sepertinya. Sikap tertutup dari mahasiswa yang enggan berinteraksi dilihatnya akan berdampak ke situasi pembelajaran yang kurang aktif di dalam kelas.

“Maksud saya gini, kalau saya nanya di kelas enggak dijawab hanya gara-gara mereka khawatir dan takut dan hormat. Itu menurut saya lebih buruk dibandingkan mereka agak ngawur ketika berbahasa agak ceplas-ceplos. Kelas yang diam itu lebih menyiksa menurut saya,” katanya lagi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.