Sinergi kebijakan antara otoritas moneter dan fiskal akan diperkuat pada tahun 2026. Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan langkah bersama untuk mendorong penyaluran kredit perbankan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral akan melanjutkan kebijakan makroprudensial longgar, dengan target pertumbuhan kredit pada kisaran 8 sampai 12 persen tahun depan.
Untuk mencapai target itu, BI akan menaikkan insentif likuiditas makroprudensial bagi perbankan menjadi Rp423 triliun, dimulai sejak Desember 2025.
Dari sisi fiskal, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan sinyal bahwa otoritas fiskal akan ikut mendukung penyaluran kredit dengan melanjutkan strategi pengelolaan kas pemerintah. Kebijakan ini termasuk memindahkan dana kas pemerintah yang sebelumnya mengendap di bank sentral.
"Kami akan manage sedemikian rupa sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi optimal, dari pengelolaan cash saya aja. Saya enggak mau cash saya menganggur lagi," ujarnya, Jumat (28/11/2025).
Perry menjelaskan bahwa insentif likuiditas makroprudensial difokuskan untuk mendorong kredit ke sektor-sektor prioritas pemerintah.
Selain itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga akan fokus menangani special rate di perbankan, sehingga permintaan kredit dapat didorong secara optimal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News