Indonesia menunjukkan komitmen untuk mempercepat Perjanjian Perdagangan Preferensial Indonesia–Turki (IT-PTA) serta memperluas cakupannya. Langkah ini merupakan strategi awal menuju kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Turki (IT-CEPA).
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menyampaikan hal ini dalam Pertemuan Bilateral dengan Wakil Menteri Perdagangan Turki, Mustafa Tuzc, di sela-sela Pertemuan Dewan Menteri Perdagangan D-8 di Kairo, Mesir, pada 2 Desember 2025.
Indonesia mendorong agar sektor-sektor kunci, seperti tekstil, alas kaki, serta besi dan baja, tetap menjadi pembahasan. Tujuannya supaya manfaat perjanjian ini dapat dirasakan secara lebih merata oleh kedua pihak.
Total perdagangan Indonesia–Turki per November 2025 tercatat mencapai $2,4 miliar pada tahun 2024, dengan tren pertumbuhan lima tahun sebesar 13,50%. Indonesia sendiri mencatat surplus perdagangan sebesar $1,5 miliar.
"Tentu saja ada lebih banyak potensi yang dapat lebih dikembangkan untuk mewujudkan capaian target perdagangan kita sebesar $10 miliar, kita perlu segera mencapai perdagangan yang lebih berarti melalui IT-PTA," ujarnya.
Ekspor utama Indonesia pada tahun 2024, yang mencapai $1,9 miliar, didominasi oleh produk setengah jadi dari besi atau baja, baja tahan karat canai pipih, serat stapel buatan, kokas batubara, dan minyak kelapa sawit. Turki saat ini merupakan tujuan ekspor terbesar ke-23 dan sumber impor terbesar ke-36 bagi Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan usulan Turki untuk menjajaki kerja sama di bidang konstruksi, mengingat adanya proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
