Sektor pertanian Sumatra Barat (Sumbar) menunjukkan kinerja yang mengesankan, dengan ekspor gambir Sumatra Barat yang terus mencatat tren positif dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumbar, volume ekspor gambir naik dari 11.865 ton pada tahun 2023 menjadi 13.482 ton pada tahun 2024. Peningkatan ini menghasilkan nilai devisa yang mencapai Rp574,7 miliar.
Sumbar sendiri merupakan pemasok dominan, menyumbang sekitar 80% dari total kebutuhan gambir dunia. Gubernur Mahyeldi menilai pemulihan permintaan global menjadi sinyal baik bagi komoditas ini. Mengingat sektor pertanian—termasuk gambir—berkontribusi lebih dari 21% terhadap PDRB daerah dan menafkahi hampir 700 ribu rumah tangga petani, pemerintah daerah didorong untuk melakukan diversifikasi tujuan ekspor agar tidak hanya bergantung pada India.
Dorongan Hilirisasi untuk Nilai Tambah
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, turut memberikan perhatian khusus pada komoditas ini dengan mendorong penguatan hilirisasi gambir. Menurutnya, nilai ekonomi gambir hanya dapat dimaksimalkan jika diolah menjadi produk turunan, seperti bahan baku farmasi, tinta, kosmetik, atau makanan.
Jika pabrik hilirisasi berhasil didirikan di Sumbar, diperkirakan harga gambir di tingkat petani dapat melonjak dari sekitar Rp60.000 menjadi Rp70.000 per kilogram. Kenaikan harga ini berpotensi meningkatkan pendapatan petani lokal hingga Rp980 miliar per tahun. Kehadiran pabrik hilirisasi juga diyakini akan memperluas perkebunan, meningkatkan serapan tenaga kerja, dan menjadikan Sumbar sebagai pusat industri gambir global. Pemerintah pusat siap mendukung upaya ini melalui penyediaan pupuk dan bibit, sambil mendorong pemerintah daerah untuk mencari investor, termasuk dari Tiongkok.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News