Toyota Motor Corporation berencana menanamkan investasi sebesar Rp2,5 triliun untuk membangun ekosistem bioetanol di Indonesia. Investasi ini menjadi langkah strategis Toyota dalam mendukung kebijakan pemerintah yang akan menerapkan mandatori bahan bakar campuran etanol 10% atau E10 pada 2027. Langkah ini juga sejalan dengan target nasional untuk menekan ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM) dan memperkuat kemandirian energi.
Mengacu pada Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis Kementerian Investasi/BKPM, proyek bioetanol Toyota akan dibangun di Lampung, wilayah dengan potensi pertanian dan biomassa yang melimpah. Bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Toyota menargetkan produksi hingga 60.000 kiloliter per tahun dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti tebu, singkong, dan sorgum. Inisiatif ini juga akan memperkuat ekonomi daerah melalui pemberdayaan petani dan koperasi dalam rantai pasok energi hijau nasional.
Melalui investasi ini, Toyota menilai Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat produksi bioetanol di kawasan Asia. Dengan dukungan sumber daya agrikultur dan biomassa yang melimpah, Indonesia dapat berperan penting dalam pasar energi terbarukan regional maupun global. Toyota juga memandang proyek ini sebagai kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Teknologi yang digunakan Toyota dalam proyek bioetanol ini berasal dari riset generasi kedua yang dikembangkan melalui Research Association of Biomass Innovation (RABIT) di Jepang. Inovasi ini memanfaatkan biomassa non-pangan dan limbah pertanian untuk diolah menjadi bahan bakar terbarukan tanpa mengganggu pasokan pangan. Langkah ini mencerminkan komitmen Toyota Global dalam menghadirkan solusi energi bersih yang efisien, ramah lingkungan, dan mengamankan pasokan bahan bakar bagi kendaraan flex-fuel berbasis bioethanol.
Mandatori E10 merupakan kebijakan energi bersih yang mewajibkan pencampuran 10% etanol dalam bensin guna menekan emisi dan mengurangi ketergantungan pada minyak fosil. Pemerintah menargetkan penerapan penuh pada 2027, dengan kebutuhan bioetanol diperkirakan mencapai sekitar 4 juta kiloliter per tahun dari total konsumsi BBM nasional lebih dari 40 juta kiloliter.
Melalui sinergi antara Toyota, Pertamina NRE, dan pemerintah, dengan membentuk perusahaan patungan (Joint Venture/JV) proyek ini diharapkan mempercepat transisi energi bersih di Indonesia. Selain memperkuat ketahanan energi nasional, langkah ini juga membuka peluang ekspor bioetanol dan memperluas kerja sama industri hijau di kawasan Asia Tenggara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News