mengenal internalized misogyny jangan jangan kamu pernah mengalaminya - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal Internalized Misogyny, Ada di Sekitar Kita?

Mengenal Internalized Misogyny, Ada di Sekitar Kita?
images info

Mengenal Internalized Misogyny, Ada di Sekitar Kita?


Pernahkah kamu menjumpai perempuan yang menjatuhkan, memojokkan, atau merendahkan perempuan lain guna menunjukan seberapa hebatnya dirinya? Atau mungkin kawan GNFI pernah menjadi korban ejekan hanya karena penampilanmu yang tidak sesuai dengan mereka? Fenomena inilah yang dikenal dengan istilah internalized misogyny.

Internalized misogyny sendiri merujuk pada fenomena yang berhubungan dengan seksisme dan gangguan psikologis wanita. Kawan GNFI mungkin mengenal misoginis sebagai fenomena yang dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Ternyata ada istilah internalized misogyny, suatu bentuk ketidaksukaan dan kebencian ekstrem yang tak berdasar terhadap sesama perempuan. Mirisnya, fenomena ini secara tidak sadar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Media Sosial Justru Memperburuk Internalized Misogyny?

Meski dunia semakin modern dengan berkembangnya kampanye kesetaraan gender, tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat kasus yang justru menjadi penghambat upaya kesetaraan gender.

Kini, media sosial berperan penting sebagai alat penyaluran kampanye kesetaraan gender, sekaligus menjadi wadah di mana fenomena internalized misogyny berkembang subur. Bagaimana bisa?

baca juga

Pasti kawan GNFI pernah menemukan konten viral di media sosial mengenai perempuan yang dihujat karena menjadi mahasiswi berprestasi. Atau kejadian di mana laki-laki melakukan kesalahan kecil masih dapat dimaafkan, sementara prempuan yang melakukan kesalahan akan dihujat habis-habisan.

Konten yang muncul di beranda berdampak pada munculnya standar baru yang diciptakan oleh pengguna media sosial. Standar baru tersebut dapat meliputi bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap, berpenampilan, memiliki kesukaan atau hobi.

Hentikan Sebelum Dinormalisasikan

"Ngapain nempuh pendidikan sampai kuliah? Toh nanti berakhir di dapur."
"Kok si A mau sama dia? Padahal jelek. Pasti uangnya banyak!"
"Ngapain sih si A deket sama B, gatel banget jadi orang!"

Perempuan mana yang tidak sakit jika mereka mendapatkan ujaran kebencian seperti itu? Terlebih jika hal tersebut dilakukan oleh sesama perempuan. Padahal, perempuan yang mengalami internalized misogyny biasanya merasa rendah diri dan tidak jarang cenderung merendahkan perempuan lain karena meragukan nilai-nilai feminin (Arsawati dan Bunga:2022).

Pastinya Kawan GNFI tidak ingin berada di lingkungan yang mendukung adanya penyimpangan seperti internalized misogyny kan? Pasalnya, perempuan akan takut untuk mengekspresikan diri karena takut dihujat dan diremehkan oleh sesama perempuan. Penyimpangan seperti ini perlu dicegah dan dihentikan sebelum masyarakat lain menganggap bahwa dengan merendahkan orang lain, terutama sesama perempuan dianggap normal.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menghentikan rantai fenomena internalized misogyny, di antaranya:

1. Fokus Pada Diri Sendiri dan Terbuka

Perasaan takut akan hujatan dan dicemooh merupakan hal yang wajar. Di sisi lain memikirkan opini orang lain justru membuat kita tidak berkembang. Selain fokus dengan diri sendiri, kita dapat membuka diri kepada perempuan lainnya melalui karya positif.

baca juga

Apabila Kawan GNFI suka menggambar, maka ikutlah kursus menggambar dan aktif dalam mengikuti perlombaan. Di sisi lain, apabila memiliki ketertarikan di dunia make up, bisa menjadi peluang untuk membuka kursus atau sekadar bertukar pikiran tentang produk yang disuka.

2. Melihat dari Sudut Pandang Lain

Tuhan menciptakan manusia unik adanya dengan kelebihannya dan kekurangannya. Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, kawan GNFI perlu melihat dari sudut pandang lain.

Jangan asal berpikiran dangkal dan langsung memberikan "label" pada sesama perempuan. Saat melihat perempuan berdandan bisa jadi mereka ingin meningkatkan kepercayaan diri.

3. Intropeksi Diri dan Jadikan Pelajaran

Apabila kawan GNFI merasa pernah menjadi pelaku internalized misogyny, segera intropeksi diri. Renungkan kejadian apa yang telah membuat kalian menunjukan sikap ketidaksukaan itu kepada sesama perempuan. Pasalnya, kita perlu mengakui bahwa kita memiliki kekurangan dan kelebihan, dengan menunjukan bahwa kita ingin terlihat sempurna dengan merendakan orang lain merupakan hal yang salah.

Kejadian di masa lalu dapat menjadi pelajaran berharga bahwa tidak ada gunanya merendahkan sesama perempuan hanya untuk mendapatkan validasi.

baca juga

Dengan mengenal fenomena internalized misogyny beserta perkembangan dan cara menghentikannya, diharapkan kita dapat membangun lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua orang, tanpa memandang gender. Upaya mengurangi fenomena internalized misogyny menjadi satu langkah maju menuju kesetaraan gender di Indonesia.

Sumber:

Azizah, M., Fitri, N. K., Maura, N., & Salsabila, J. (2023). Internalized Misogyny, Psychological Distress, Cyber Bullying pada Trend Pick Me Girl/Boy di TikTok. Parade Riset Mahasiswa, 1(1).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AO
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.