Yudo Hadianto adalah mantan kiper Timnas Indonesia tempo dulu. Ia telah mengabdikan dirinya menjadi palang pintu terakhir tim nasional sejak akhir 1950-an sampai awal 1970-an.
Berbagai pengalaman dan prestasi telah dirasakan Yudo muda di persepakbolaan era itu. Salah satu yang mentereng ialah ketika membawa Indonesia menjuarai Turnamen Merdeka di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 1962.
Maurits Manuhutu, Henky Timisela, dan Yudo Hadianto saat berfoto bersama seusai membawa Indonesia juara Turnamen Merdeka 1962. (Sumber: Dok. pribadi Henky Timisela)
Setelah Maulwi Saelan mundur dari tim nasional, PSSI mempercayakan kiper utama ke Yudo. Setelah itu Yudo seakan tidak ada saingan sehingga namanya menjadi langganan dipanggil ke skuad utama dan membuatnya semakin dikenal. Jadi, jangan heran ketika mendengar lagu “Mereka Ada di Jalan” milik Iwan Fals terdapat nama Yudo di situ.
Menariknya, Yudo dulunya pemain basket di kota kelahirannya, Solo. Dari olahraga ini tampaknya yang membuat dirinya mendapatkan skill dasar untuk menjadi kiper kawakan.
Dari Basket ke Sepak Bola
Untuk ukuran kiper, postur Yudo terbilang kecil yakni 170 sentimeter saja. Ia bahkan masih kalah dengan rekan setimnya yang juga bertugas mengawal gawang yakni Jus Etek, Harry Tjong, dan Ronny Pasla.
Namun, menjadi kiper bertubuh mini tidak menjadi soal bagi Yudo. Pasalnya ia telah mengasah kemampuan seperti meloncat dan menangkap bola dari bermain basket semasa menginjak bangku SMA.
“Karena saya jadi kiper itu sebelumnya kan pemain basket di Solo. Lincah. Main basket di SMA itu dua tahun,” ujar Yudo saat ditemui Good News From Indonesia di kediamannya pada Kamis (4/12/2025).
Wasit Kuntadi pernah dipercaya oleh AFC untuk memimpin final Piala AFC Junior pada 1960. (Sumber: Pedoman Sport)
Lalu, mengapa Yudo banting setir ke bola? Rupanya ada saran dari pelatih di kampungnya agar Yudo mencoba bermain sepak bola.
“Orang menyarankan. Ada pelatih dari kampung saya. Pak Kuntadi,” jawab Yudo, dengan menyebut nama Kuntadi yang kemudian memegang predikat wasit FIFA dari Indonesia menjelang akhir 1960-an.
Ramang Licik
Yudo telah berhadapan dengan berbagai jenis pemain lawan baik dari luar maupun dalam negeri. Salah satu yang berkesan tentu saja Ramang, pesepak bola bintang Indonesia era 1950-an.
Penyerang asal Makassar itu namanya mencuat setelah sukses membela Timnas Indonesia di agenda Tur Timur Jauh pada 1953. Setelah, Ramang semakin beken karena membawa PSM juara Kejuaraan Nasional PSSI pada 1957 dan 1959.
Ramang "Si Macan Bola". (Sumber: Istimewa)
Ramang cerdik, licin, dan penuh trik. Namun, Yudo punya pendapat lain bahwa “Si Macan Bola” itu licik.
“Dia pinter. Makanya saya bilang (ke rekan setim) hati-hati. Licik,” ucap Yudo. “Dia makan (menerjang) kiper. Ngecek-ngecek kiper. Makannya dia pinter. Bukan perekik, sama bola, jadi 50-50.”
Bikin Iri Lev Yashin
Pengalaman lainnya yang sulit dilupakan Yudo tentu saja saat satu lapangan dengan kiper Uni Soviet yang membela klub Dynamo Moscow, Lev Yashin. Kala itu ia menghadapi Yashin dkk dalam pertandingan persahabatan di Stadion Utama Senayan, Jakarta pada 15 Maret 1970.
Yashin sudah menginjak usia kepala empat saat beraksi di Jakarta. Kendati demikian, Yudo melihat ia masih bermain bagus sepanjang laga. Buktinya Timnas Indonesia gagal mencetak gol ke gawang kiper peraih Ballon d’Or 1963 tersebut.
Pesona Yashin di hadapan sekitar 90 ribu pasang mata penonton Indonesia tetapi terhalang dengan penampilan gemilang Yudo di area pertahanan Indonesia. Berbagai serangan yang dilancarkan pemain Dynamo mampu dimentahkan. Tak ayal dari situ gelar pemain terbaik pertandingan diberikan kepadanya.

Lev Yashin dan Yudo Hadianto saling bertukar bunga sebelum melakoni pertandingan persahabatan di Stadion Utama Senayan. (Foto: Istimewa)
Kebanggaan kian bertambah bagi Yudo. Ia mendengar bahwa Yashin memuji permainannya.
“Dia membanggakan saya. Puji-puji saya,” kenang lelaki kelahiran 19 September 1941 yang terlihat masih kelihatan bugar dan bersemangat itu.
Yashin memang terang-terangan memberikan pujian kepada Yudo saat diwawancara pers. Menurutnya Yudo dengan penampilannya yang cekatan mengingatkan dirinya saat masih muda.
“Kelincahan Yudo, kecermatan timing-nya membuat saya iri hati dan mengingatkan akan masa kegemilangan saya yang sudah lampau,” kata Yashin dikutip dari artikel Kompas berjudul “Judo Berhasil Redakan ‘Putaran’ Dynamo Moskow’ terbitan 16 Maret 1970.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News