Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko seismik tertinggi di dunia karena posisinya di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Kondisi geologis ini menyebabkan terbentuknya beberapa zona megathrustyang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami.
Megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi di mana satu lempeng tektonik terdorong ke bawah lempeng lainnya. Berikut ini adalah beberapa zona megathrust utama di Indonesia dan potensi bahayanya.
Lempeng tektonik dunia | Sumber: BMKG
1. Zona Megathrust Selatan Jawa
Zona megathrust di selatan Pulau Jawa merupakan salah satu yang paling berbahaya di Indonesia. Penelitian oleh Rike Nainitania dan Denny Darmawan (2020)menunjukkan bahwa zona subduksi ini terbagi menjadi beberapa segmentasi dengan potensi gempa besar hingga magnitudo 9 Mw.
Wilayah yang berisiko tinggi meliputi pesisir selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Studi ini menggunakan metode numerik dengan perangkat lunak Delft Dashboard untuk memodelkan gelombang tsunami yang dihasilkan oleh gempa megathrust di selatan Jawa, yang menunjukkan waktu tempuh tsunami tercepat sekitar 28-29 menit di Kabupaten Sukabumi dan Garut untuk gempa dengan magnitudo 7-9 Mw.
Potensi Dampak:
- Kabupaten Tasikmalaya: Memiliki risiko tinggi dengan run-up gelombang tsunami terbesar mencapai 279,1 meter pada skenario gempa 9 Mw.
- Kabupaten Tulungagung: Rentan terhadap tsunami dengan ketinggian gelombang hingga 2,95 meter pada skenario gempa 8 Mw.
- Kabupaten Garut: Memiliki waktu tempuh gelombang tsunami tercepat, yang mengindikasikan bahwa wilayah ini memerlukan perhatian khusus untuk mitigasi bencana.
2. Zona Megathrust Mentawai-Pagai
Segmentasi Mentawai-Pagai di pantai barat Sumatra adalah salah satu zona megathrust yang paling aktif dan berpotensi tinggi di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Cahya Damayanti et al. (2020), zona ini memiliki sejarah gempa besar pada tahun 1797 dan 1833 dengan magnitudo di atas 8,5 Mw yang menyebabkan tsunami besar.
Pada tanggal 25 Oktober 2010, gempa megathrust berkekuatan 7,8 Mw terjadi di zona ini, mengakibatkan tsunami yang menghantam Mentawai dan menyebabkan ratusan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Spesifikasi Segmen dan Dampak:
- Panjang Sesar: Sesar utama di segmen ini memiliki panjang sekitar 180 km dan lebar 110 km dengan slip hingga 7 meter.
- Rupture dan Aftershock: Studi teleseismik menunjukkan distribusi rupture yang luas, namun energi yang dilepaskan hanya sepertiga dari total energi yang tersedia, menunjukkan potensi gempa yang lebih besar di masa depan.
- Risiko Tsunami: Gempa di Mentawai-Pagai seringkali menghasilkan tsunami dengan karakteristik "tsunami earthquake," di mana tsunami yang dihasilkan lebih besar dari perkiraan berdasarkan magnitudo gempa.
3. Zona Megathrust Sunda-Banten dan Selat Sunda
Zona megathrust Sunda-Banten dan Selat Sunda merupakan salah satu zona subduksi yang paling berisiko di Indonesia. Zona ini mencakup area pertemuan antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia, sehingga memicu aktivitas seismik tinggi.
Menurut Tim Pusat Studi Gempa Nasional (2017), zona megathrust ini memiliki potensi gempa besar dengan magnitudo hingga 8,7 Mw, yang berpotensi memicu tsunami di sepanjang wilayah pesisir Sumatra dan Jawa Barat, termasuk wilayah padat penduduk seperti Jakarta dan Banten. Gempa bumi besar di zona ini, seperti yang terjadi pada 2 Agustus 2019, membuktikan bahwa wilayah ini sangat aktif secara seismik.
Mitigasi dan Tantangan:
- Kepastian Data: Meski sudah ada peta segmentasi subduksi, Belum ada peta skenario gempa bumi yang menggambarkan dampak sesar lokal secara detail di wilayah padat penduduk. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi risiko spesifik di area tersebut.
- Regulasi dan Infrastruktur: Mitigasi risiko memerlukan regulasi yang lebih ketat dalam pembangunan infrastruktur tahan gempa, serta penguatan rencana evakuasi untuk masyarakat di pesisir. Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), yang diresmikan pada 2008, merupakan bagian penting dalam mitigasi ini, di mana sistem tersebut terbukti mampu merespons cepat gempa, seperti pada kejadian tsunami 2019 di Banten, dengan mengirimkan peringatan dini kurang dari 4 menit setelah gempa bumi terjadi.
4. Zona Megathrust di Wilayah Timur Indonesia
Wilayah timur Indonesia, termasuk Sulawesi, Laut Banda, dan Papua, memiliki beberapa zona megathrust aktif yang berisiko tinggi terhadap gempa bumi besar dan tsunami. Di Laut Banda, misalnya, terdapat zona subduksi di mana beberapa lempeng tektonik kecil bertemu, seperti Lempeng Laut Banda, Lempeng Laut Maluku, dan Lempeng Laut Timor. Kompleksitas pertemuan lempeng ini menjadikan wilayah tersebut sangat rentan terhadap gempa megathrust yang dapat memicu tsunami.
Zona subduksi di sekitar Sulawesi dan Maluku Utara juga sangat aktif secara seismik, dengan interaksi antara Lempeng Pasifik dan lempeng-lempeng mikro di sekitarnya. Gempa megathrust di kawasan ini dapat menyebabkan tsunami yang dapat memengaruhi wilayah pesisir di sekitarnya, termasuk Sulawesi Utara dan Maluku.
Demikian pula, di Papua, khususnya di bagian utara dan selatan, potensi gempa megathrust terjadi akibat pertemuan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Laut Filipina di utara, serta subduksi Lempeng Indo-Australia di selatan.
Meskipun wilayah-wilayah ini belum sepenuhnya dipetakan secara detail, potensi gempa megathrust yang besar tetap ada. Studi lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami secara menyeluruh risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan.
Mengingat potensi bahaya di wilayah timur Indonesia, peningkatan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana, serta kesiapsiagaan masyarakat, menjadi prioritas penting dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh gempa megathrust di masa depan.
Menghadapi ancaman megathrust, Indonesia harus meningkatkan upaya mitigasi bencana melalui edukasi masyarakat, peningkatan sistem peringatan dini, dan pengembangan infrastruktur tahan gempa.
Investasi dalam penelitian dan pemetaan zona rawan serta penyusunan peta skenario gempa yang detail sangat diperlukan untuk mengurangi risiko dan meminimalkan dampak bencana di masa depan. Mari kita tingkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi bencana alam yang mungkin terjadi di negeri ini.
Sumber:
- https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/info_singkat/Info%20Singkat-XVI-16-II-P3DI-Agustus-2024-194.pdf
- https://uir.ac.id/gempa-megathrust-studi-kasus-dan-insight-dari-dosen-geologi-uir.html
- Nainitania, R., & Darmawan, D. (2020). Analisis Zona Genangan Tsunami Akibat Gempa Bumi Megathrust di Selatan Pulau Jawa. Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS), 1(2), 20-26.
- Damayanti, C., Yamko, A. K., Souisa, C. J., Barends, W., & Naroly, I. L. P. T. (2020). Pemodelan Segmentasi Mentawai-Pagai: Studi Kasus Gempa Megathrust di Indonesia. Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS), 1(2), 105-110.
- Kurniawan, W., Daryono, & Kerta, I. D. K., & Triwinugroho. (2022). Analisis sistem peringatan dini tsunami di zona megathrust Selat Sunda guna mewujudkan ketahanan nasional. PENDIPA Journal of Science Education, 6(2), 457–464.
- https://www.msig.co.id/id/lifestyle-library/enam-kawasan-rawan-megathrust-di-indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News