Hari Pahlawan, diperingati setiap tahunnya pada 10 November, menjadi momen penting untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara terbaik untuk mengenalkan semangat kepahlawanan kepada anak-anak adalah melalui puisi.
Puisi yang singkat, tetapi menyentuh hati, dapat menjadi sarana bagi anak-anak SD untuk memahami arti perjuangan dengan bahasa yang sederhana, tetapi sarat makna.
Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan melihat kumpulan puisi Hari Pahlawan Nasional yang bisa dibacakan sewaktu peringatannya pada 10 November. Yuk, simak artikel ini sampai selesai.
Kumpulan Puisi tentang Hari Pahlawan 10 November
Hari Pahlawan Nasional 2024 I Sumber: Canva.com
Dikutip dari berbagai sumber, berikut merupakan kumpulan puisi Hari Pahlawan yang dapat kamu bacakan pada 10 November:
a. Kumpulan Puisi Hari Pahlawan Singkat
- Puisi 1: Jejak Pahlawan Bangsa
Karya: Almas Noor Huda
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Semerbak harum dalam untaian syair pujangga
Bercerita haru akan kisah perjuangan
Bertaruh nyawa di medan peperangan
Kapten Pattimura dengan pedangnya
Jenderal Soedirman dengan tandunya
Pangeran Diponegoro dengan gerilyanya
Memperjuangkan Indonesia merdeka
Tujuh belas Agustus 1945
Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
Riuh tangis haru dikumandangkan
Jatuhnya Jepang dan merdekanya negara Indonesia
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Menapak jelas menembus zaman
Kini beliau pun menyaksikan dari surga
Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela
(Sumber: Buku Puisi Sejarah [130 Puisi Terbaik Lomba Tingkat Nasional])
- Puisi 2: Ki Hajar Dewantara
Karya: Mutasaroh
Engkau pendiri Taman Siswa
Sebagai pengabdian bagi Negara
Engkau bapak pendidikan nasional
Pemberi inspirasi pada bangsa Indonesia
Wahai pahlawan pendidikan
Engkau kerahkan tenagamu
Engkau curahkan pikiranmu
Engkau korbankan waktumu
Untuk mendidik putra-putri bangsa
Wahai pahlawan pendidikan
Kini kau telah tiada...
Kini tinggal kenangan...
Semangatmu tak pernah ku lupakan
Jasamu sangat besar pada Negara
Wahai pahlawan pendidikan
Namamu 'kan harum semerbak wangi
Di setiap langkah generasi Indonesia
Semoga Allah membalas semua kebaikanmu
Terima kasih pahlawanku…
(Sumber: Buku Sang Teladan: Kumpulan Puisi)
- Puisi 3: Denyut Nadi Kemerdekaan
Karya: Siti Nurhasanah
Keuangan yang di-Tuhankan
Telah menggores denyut nadi kemerdekaan
Hal-hal yang mengenai perebutan kekuasaan
Nyaris mewafatkan denyut nadi kemerdekaan
Lantas berkejar demokrasi konfrontatif
Mengaburkan demokrasi substantif
Namun ruh-ruh pahlawan dalam sejarah itu
Kembali hidupkan lagi denyut nadi kemerdekaan
Dan visi hakiki berdiri melaju gesit enyahkan
Kepalsuan dalam IKHLAS PERJUANGAN
(Sumber: Buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)
- Puisi 4: Sosokmu Tak Dilupakan
Karya: Akbal Marfianda
Padamu pahlawan bangsa
Yang dikenal di seluruh dunia
Yang mampu menciptakan teknologi canggih
Yang mampu mensejahterakan rakyat walau hanya sekejap
Tapi jasamu tak pernah dilupakan
Kami rindu pahlawan bangsa seperti mu
Pahlawan yang rendah hati dan tidak sombong
Pahlawan yang pantang menyerah
Pahlawan yang mengerti masyarakat
Pahlawan yang setia
Semoga engkau tenang di sana
Doa kami selalu menyertaimu
(Sumber: Buku Seuntai Ungkapan Hati: Kumpulan Puisi)
- Puisi 5: Kepergian Pahlawanku
Karya: Siti Isnatun M.
Senja yang pilu,
membuat hari kian membiru
Langit tampak keruh,
mengantar kepergianmu…pahlawanku
Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi,
melagukan nada-nada lara hati
Saat doa-doa ikut tertanam,
bersama bayangmu yang kian tenggelam
Kaulah, pahlawan hidupku
meninggalkan berjuta jejak
dalam rentang waktuku
mengukir berjuta cinta
dalam lembar hidupku
Kepergianmu ini,
membuatku bagai kota mati
Namun, aku mengerti
bahwa engkau...Ibu
takkan pernah layu dalam kalbuku
dalam setiap kenangan, kulantunkan doaku
tenang dan bahagiamu
kembali kepada-Nya
(Sumber: Dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 6: Merdeka, Kini dan Nanti
Karya: Ahmad Suryadi
Merdeka ini adalah upaya yang tak kenal lelah
Usaha yang tak pernah menyerah
Merdeka ini adalah cucuran keringat dan darah
Yang setia mencucur hingga melimpah ruah
Merdeka ini adalah lelah
Lelah yang dirasakan oleh setiap jiwa
Merdeka ini tak mudah digapai
Karena berjuta ton darah raib serta tergadai
Merdeka didapat dengan taruhan nyawa
Demi merdeka jutaan nyawa dan jiwa melayang
Demi merdeka untuk senyum esok yang lebih
Demi merdeka untuk senyum bangsa Indonesia
Demi merdeka ibu pertiwi, kini dan nanti.
(Sumber: Buku Antologi Puisi Kemerdekaan oleh Alfin Nirhayatul Islamiyah, dkk)
- Puisi 7: Pengorbanan
Karya: Setia Restiani
Segala tlah dipersembahkan
Untuk sesuatu bernama bangsa
Harum mewangi ke seluruh penjuru
Generasi penerus mengukir prestasi
Menoleh ke belakang
Mengambil pelajaran
Jatuh bangun para pejuang
Bersenjata bambu runcing
Tak gentar menerabas barisan
Lawan arus menerjang haluan
Tanah air jangan sampai menangis
Berguguran pertanda semakin tumbuh
Semangat pada jiwa baru
Berjuang menegakkan kebenaran
Di bumi ini teriakan bergemuruh
Merdeka harga mati
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
b. Kumpulan Puisi Hari Pahlawan Menyentuh Hati
- Puisi 1: Gugur Pejuang
Karya: Ayla Andhura Hamba Al-Ghafur
Indonesia tanah airku
Yang sedang kupijak di atasnya
Semuanya tanpa mengetahui cara meraihnya
Yang tanpa mengetahui cara meraihnya
Wahai pahlawanku...
Pejuang NKRI tanah airku
Kau relakan tubuhmu tertusuk demi
Ku menangis tersedu-sedu
Tetesan air mengalir di seluruh wajahku
Tapi aku hanya dapat berpikir bagaimana
Tetesan darah mengalir di seluruh tubuhmu
Kini telah gugur engkau wahai pejuangku
Aku hanya dapat mengirim doa kepadamu
Semoga cahaya selalu menerangi dan rakyat NKRI
- Puisi 2: Aku Ingin Menjadi
Karya Siti Isnatun M.
Aku ingin menjadi,
Kerlip bintang di langit negeriku
Aku ingin menjadi,
Kepak sayap di tubuh bangsaku
Aku ingin menjadi,
Pohon padi untuk pangan rakyat negeriku
Aku ingin menjadi,
Tanaman tebu untuk pemanis dahaga bangsaku
Ini ungkapan hatiku
akan makna kepahlawanan
sebagai anak bangsa, generasi muda yang bangga menjadi Indonesia
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 3: Gugur Pahlawan
Karya: Ilham Aziz
Bersimbah cipratan darah
Teriakan berkumandang di mana-mana
"Merdeka atau Mati!"
Begitulah teriakan dari bibir mereka
Kepulan asap beradu dengan tombak runcing
Para srikandi yang berdoa di sepertiga malam
Menunggu sang kekasih pulang membawa kemenangan
Sudah,
Sudah berjuta nama tertinggal di medan perang
- Puisi 4: Kartini
Karya: Siti Isnatun M.
Saat wanita ditabukan untuk belajar,
suaramu lembut menentang
batinmu lantang menerjang
Sekuat tenaga kaunyalakan harap,
bagai gemerisik angin dalam senyap
rebut hak untuk kaum wanita
perjuangkan masa depan untuk kaum wanita
Kartini...
Saat kini jasamu tlah membahana...
namamu tak lagi lantang disebutkan
usahamu tak lagi ramai dibicarakan
Kau kian terlupakan...
bagai kota yang tlah lama ditinggalkan
(Sumber: Dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 5: Dongeng Pahlawan
Karya: W.S Rendra
Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri.
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kau perempuan.
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba.
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
kerna pahlawan telah berkunjung di tiap hari.
- Puisi 6: Pahlawanku
Karya: Cicik Rahayu Any Siswoyo
Demi sebuah kebebasan negeri ini
Kau relakan segala ego diri tersembunyi
Maju bersama di antara kobaran api
Menghanguskan setiap rasa dalam gejolak nurani
Cinta dan kebebasan yang kau damba
Semangat membakar dada dalam jeritan jiwa
Serahkan nyawa demi bumi tercinta
Indonesia lepas dari angkara murka durjana
Tiada yang dapat menandingi pengorbanan jiwa dan raga
Bambu runcing tergenggam erat di tangan berlaga
Bagai harimau lapar menerkam mangsa
Siap menancap dada penghalang Indonesia merdeka
Berlari di antara suara bising mesiu
Luka berdarah membawamu tetap maju
Suara lantang kau teriakkan tanpa ragu
Allahu Akbar
Gema membahana negeri bersatu
Merdeka!
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
- Puisi 7: Untukmu Pejuang
Karya: Illah Nafilah
Tak kenal waktu
Tak juga cuaca
Engkau selalu berjibaku
Dengan segenap daya
Saat siang kau berjuang
Kala malam munajat selalu kau dawamkan
Ketika pagi pertiwi memanggil
Saat petang senjata disandang
Tiada kata lelah
Apatah lagi keluh kesah
Karena yang tergores di benak
Hanyalah satu kata “Merdeka!”
Dalam hening kubersyukur
Setiap saat kupanjatkan doa
Untukmu pejuang mulia
Moga Allah berimu surga.
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
- Puisi 8: Pekik Merdeka
Karya: Ali Harsojo
Di antara belulang kubur-kubur perjuang yang gugur
Di antara ceceran darah yang berserakan
Di antara leburnya pelataran yang tandus
Di antara hidup dan matimu berjuang
Kau pekikkan sejuta harapan
Merajut hidup bersahaja
Di antara tangis dan perih,
Kau pekikkan merdeka
Cengkeraman maut yang membandang sembilu
Telah menggores luka di bumi kita
Kau pekikkan merdeka
Bersama derai keringat juangmu
Kau pekikkan merdeka
Bersama kehendak Tuhan kita
Kaulah pejuangku
Jiwa ragamu berkalang tanah
Merebut air dan bumimu dari penjajah
Pahlawanku, kujejaki semangatmu
Kurengkuhi cecintamu pada negeri ini
Kulanjutkan juangmu sekuat patriotku
Kupekikkan merdekamu, dalam pengabdianku
Kepada negeri kita yang digdaya
Tuhan, indahkanlah tempat pemekik merdeka bangsaku
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
- Puisi 9: Gelora Juangmu Abadi
Karya: Ali Harsojo
Lebih seabad lalu
Berlalu menyisakan sendu
Darah patriotmu deras bak banjir mendesir
Memerahkan senja yang jingga
Mengepal tangan yang membaja
Merdeka, satu katamu dalam harga mati
Indonesia, satu katamu dalam jiwa
Rebut, satu katamu disambut sang bayu yang ribut
Gelora juangmu abadi hingga kini, bersemi
Darah juangmu mengalir
di sungai-sungai Indonesia yang kaya
Jiwa patriotmu berdiri kokoh
di gunung-gunung Indonesia yang disegani
Keberanianmu membekas lekat
di laut-laut Indonesia yang membentang
Gelora juangmu menyatukan pulau-pulau Indonesia
yang berpendar indah
Namamu akan abadi
melintasi jagat mayapada
Kobaran api juangmu
Menanak semangatku meneladanimu
Suara lantangmu merasuk membeku dalam jiwaku
Melanjutkan perjuanganmu
Sebilah tombak juangku
Menjaga negaramu, jibaku penerusmu
Tenanglah bersama-Nya
Kupanjatkan segala doa
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
- Puisi 10: Merdeka atau Mati
Karya: Moh. Yasin
Merdeka atau mati
Dua kata jimat yang terpatri
di dada para pejuang
Merdeka atau mati
Pembakar semangat para pejuang
Merdeka atau mati adalah sebuah pilihan
Merdeka atau mati adalah pekik para pejuang
Untuk membebaskan negeri ini
dari belenggu penderitaan
Akibat kejamnya penindasan
Penindasan dari tangan-tangan penjajah
Yang setiap hari selalu menjarah
Menjarah hasil bumi…
Menindas rakyat jelata…
Kini semangat perjuanganmu
terpatri di dada kami para penerus bangsa
Semangat juangmu
kutorehkan lewat karya
Semangat juangmu
kuabadikan dalam bingkai ilmu pengetahuan
Demi kemajuan ibu pertiwi di masa depan
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
c. Kumpulan Puisi Hari Pahlawan untuk Anak SD
- Puisi 1: Pahlawankah?
Karya: Siti Isnatun M
Pahlawankah?
Bila kekuasaan adalah tujuan
kedudukan adalah pamrih
dan kekayaan adalah cita-cita
Pahlawankah?
Bila kepentingan sendiri adalah hal utama
kepentingan rakyat adalah selingan
dan kepentingan keluarga sibuk diperhatikan
Pahlawankah?
Bila keikhlasan bukanlah landasan
tergantikan oleh ketamakan serta kesombongan
dan ambisi yang menuntut pemenuhan
Bertanyalah pada nurani...
Pahlawankah?
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 2: Pahlawanku
Karya: Yamin
Darah mengalir terus dikenang
Sengsara kehausan serta kelaparan
Langkah sedikit lengah
Terpeleset jurang yang mendalam
Karena jasamu Indonesia mampu bernapas lega
Menghirup udara kebebasan
Aman dari sergapan senjata
Jauh dari serangan penjajah tak terduga
Tanpamu kami tidak tau keadaan sekarang
Keberanianmu larut dalam darah juang
Kekuatanmu sekeras baja
Keyakinanmu kuat dalam hati sanubari
Pahlawanku-
Kau berikan kebahagiaan anak cucu bangsa
Kau tinggalkan kenangan sejarah tuk pijakannya
(Sumber: Buku Antologi Puisi Kemerdekaan)
- Puisi 3: Untukmu Pahlawan
Karya: Asfis Suminarsih
Terlahir aku di bumi nusantara
Negeri yang kaya dan indah alamnya
Beragam budaya berjuta makna
Kemolekan negeriku melenakan banyak negara
Rempah-rempah melimpah menarik perhatian mereka
Hingga berebut mereka karenanya
Tirani tak lagi hampiri negeri
Semua berkat perjuangan jiwa raga pahlawan seluruh negeri
Tak semua dari mereka tercatat sejarah tertulis rapi
Tak mampu menghitung mereka dengan jari
Kau korbankan jiwa ragamu demi kami
Hanya do'a yang selalu kami pinta dari Sang Ilahi
Berikan tempat terindah untuk pahlawan negeri
(Sumber: Dalam buku Antologi Puisi Kemerdekaan)
- Puisi 4: Keteguhan Sang Garuda
Karya: Edi Waluyo DP, S.Pd.
Kau terlahir dari sebuah gagasan
Prinsip yang telah menjadikanmu sebagai tambang
Bersumber dari perjuangan seluruh rakyat
Berembuskan napas kemerdekaan
Di tubuhmu terukir simbol yang penuh makna
Terdiri atas banyaknya harapan
Tersisip akan impian
Hingga menjadikanmu gagah dan mulia
Sorot pandangmu yang tajam
Tubuh yang tegap dan tegar
Mencerminkan rakyat negerimu
Serta kuatnya semangat yang menopangnya
- Puisi 5: Sang Pejuang
Karya: Shavna Agitsni
Dengan tegap kau beranikan diri
Melangkah tuk mempertaruhkan diri
Bahkan kau siap mati
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
Geram
Sepertinya itu yang kau rasakan
Negeri ini telah lama tertikam
Dan kini kau akan menikam
Tak tahan untuk bungkam
Telah banyak darah yang mengalir
Seolah bagaikan sihir
Telah banyak goresan luka yang telah mereka ukir
Walau sudah tiada
Tapi namamu akan tetap ada
Walau kau sudah tidak ada di dunia
Jiwamu masih dalam sejarah bangsa
- Puisi 6: Pahlawan
Karya: Fadil
Oh, Pahlawan
sesungguhnya tanpa pahlawan
hidup ini tidak berrati
karena pahalwan sudah berjasa
Pahlawan kau telah berperang
demi tanah air dan bangsa
aku bangga dengan pahlawan
karena kau mengorbankan jiwa dan raga
Kau telah mengusir penjajah
yang ingin mengambil rempah-rempah
untuk dirinya sendiri
terima kasih, Pahlawan
- Puisi 7: Bung Tomo
Karya: Muhajir Syam
Empat bulan Proklamasi Kemerdekaan
Dibacakan, disakralkan
Disambut dengan berjuta ekspresi kebanggaan
Dalam bingkai kemenangan
Wajah heroik anak negeri
Tetiba muram tersakiti
Penjajah datang kembali
Tak rela ada senyum terurai
Dari bangsa suci
Lukai hak asasi
Bangkitkan semangat merdeka atau mati
Bung Tomo
Pahlawan bangsa yang tak pernah rela
Sejengkal tanah Surabaya tuk dijajah
Membakar dada Sakera
Didihkan darah arek-arek Surabaya
Tancapkan kalimat berjuta mantera
Lebih baik mati berkalang tanah
Daripada tidak merdeka
Pekik takbir menggelegar
Sambutan para pemuda
Menggelora memijar
Hantar Merah Putih tetap berkibar
Allahu Akbar…
Allahu Akbar…
Allahu Akbar.
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
d. Kumpulan Puisi Hari Pahlawan Panjang
Puisi Hari Pahlawan I Sumber: Canva.com
- Puisi 1: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Karya: Siti Isnatun M.
Di sebuah makam
jauh dari kehidupan
yang tersimpan hanyalah kenangan
akan keabadian yang temaram
Sepotong sunyi menepi
di antara nisan-nisan berjejer rapi
seolah jadi teman yang peduli
menyanyikan sepi tanpa henti
Berkalang tanah engkau para kebanggaan
tenggelam bersama keteladanan
betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
seakan duniamu telah ikut mati
Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan mengunggah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah
Nisanmu yang dulu megah
kini tampak mulai layu dan jengah
bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
tak terusik oleh deretan kisah
Sepotong sunyi terus menggelayuti
taman makammu...wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
akankah kami bisa berbagi
meski hanya kisah yang tak selesai
dari perjalananmu yang telah usai
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 2: Elegi 10 November
Karya: Siti Isnatun M.
Hari ini kami memandang
wajah-wajah pada bingkai yang terpajang
Menunduk membisikkan doa dalam semat kenangan akan jasa
Separuh asa kami melayang
dalam bayang-bayang
akan masa yang telah silam
Darah yang telah mengalir
Keringat yang telah bergulir
bagai sebutir safir
dalam ruang yang temaram
Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan Bukan!
Meski air mata membayangi kenangan akan pengorbanan yang telah dipersembahkan
10 November ini
Bersama duka ini
Kami sematkan setangkup doa Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 3: Hargai Para Pahlawan
Karya: Deni Tri Risawati
Mengenang 76 tahun silam atas jasa para pahlawan
Kemerdekaan bisa diproklamasikan,
Indonesia bisa dipersatukan
Banyak darah yang ditumpahkan
Banyak nyawa yang dikorbankan
Semua demi mencari keadilan dan menghapus penjajahan
Kini, telah tiba bulan yang istimewa bagi rakyat Indonesia
Merah putih berkibar di sepanjang jalan
Sebagai tanda peringatan kemerdekaan
Mari kawan kita jaga persatuan jangan ada perpecahan
Hargai pengorbanan para pahlawan.
Kebebasan jangan disalahgunakan
Boleh berdebat adu pendapat tapi untuk meraih mufakat
Bukan untuk tipu muslihat karena kita adalah generasi hebat
Demi Indonesia yang kuat
(Sumber: Buku Antologi Puisi Kemerdekaan karya Alfin Nirhayatul Islamiyah, dkk)
- Puisi 4: Teruskan Perjuangan Pahlawan
Karya: Akbal Marfianda
Sosok pahlawan sudah berkurang
Yang rela bertumpah darah
Yang rela berluka-luka pada dirinya
Bahkan rela nyawanya melayang
Tulang-tulangnya berserakan
Semua itu tidak bisa dibayar dengan apa-apa
Tetapi
Pemuda sekarang harus terus berkobar kan semangat
Demi melanjutkan perjuangan pahlawan yang telah tiada
Kita harus lakukan apa yang para pahlawan telah lakukan
Berkorban demi apa pun demi kemaslahatan bangsa
Demi terwujudnya negara yang aman damai dan tentram
Terima kasih para pahlawan
Kamilah para pemuda yang akan meneruskan perjuanganmu
Semoga engkau tenang di sisi Allah SWT
(Sumber: Buku Seuntai Ungkapan Hati: Kumpulan Puisi)
- Puisi 5: Pak Tua
Karya: Siti Isnatun M.
Pak Tua...
mendorong gerobaknya menuju jalanan kota
membersihkan kota dengan ayunan sapunya
menghias kota dengan senyum ramahnya
Pak Tua
saat lelah, hanya semilir angin yang menemaninya
saat lemah, hanya pemandangan kota sebagai penghiburnya
Pak Tua...
bersih kotaku karna tekunmu
segar kotaku karna sabarmu
dan indah kotaku karna ikhlasmu
Sejatinya,
kaulah pahlawan kotaku
meski tak disebut
meski tak dikenal dan tak dicatat
betapa tanpamu....
kotaku, sungguh kehilangan maknanya
(Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan)
- Puisi 6: Kupertahankan Kemerdekaan
Karya: Gusnidawati
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
Bangsa asing datang kembali ingin menguasai
Tentara sekutu membonceng NICA
Perjuangan berlanjut mempertahankan kemerdekaan
Banyak pertempuran yang terjadi
Pertempuran Medan area di Sumatra Utara
Pertempuran Ambarawa di Semarang
Sepuluh November jadi Hari Pahlawan
Tetes darah dan air mata di berbagai daerah
Perjuangan mempertahan tanah air tercinta
Kota Bandung pun menjadi lautan api
Agar sekutu tak menjadikannya sebagai markas
Wahai putra-putri bangsa Indonesia
Mari tetap pertahankan kemerdekaan
Isi kemerdekaan dengan membangun
Wujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
- Puisi 7: Darah Para Pejuang
Karya: Moh. Yasin
Untukmu para pahlawanku…
Kau telah berkorban dengan segenap jiwa dan raga
Kau berkorban untuk negeri ini tanpa pamrih dan tanda jasa
Kau berkorban untuk ibu pertiwi dengan cinta dan rasa
Indonesia merdeka adalah tujuan muliamu
Indonesia berdaulat adalah cita-citamu
Merdeka terbebas dari belenggu penjajah
Yang menindas dan menyengsarakan rakyat
Tetesan darah perjuanganmu tidak akan sia-sia
Basah keringat di tubuhmu tidaklah percuma begitu saja
Kegigihan perjuanganmu menghasilkan hasil yang nyata
Kau hantarkan negeri ini ke sebuah gerbang kemerdekaan
Tetesan darah perjuanganmu
akan selalu kuingat
Pekikan kata merdekamu
menjadi sebuah penyemangat
Dalam membangun bangsa Indonesia
yang bermartabat
Untuk hari esok yang lebih baik
(Sumber: Buku Pekik Merdeka Kumpulan Puisi)
Itulah berbagai puisi Hari Pahlawan yang bisa Kawan GNFI bacakan saat 10 November 2024. Semoga puisi-puisi ini dapat menginspirasimu untuk selalu menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News