Tegal, sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah, tak hanya dikenal karena keindahan alam dan keramahan penduduknya. Kota ini juga memiliki kekayaan kuliner yang unik, salah satunya adalah teh poci. Minuman sederhana yang memiliki cita rasa khas ini telah menjadi ikon budaya sekaligus simbol kehangatan masyarakat Tegal.
Teh poci memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan tradisi minum teh masyarakat Jawa. Asal-usul teh ini berakar pada kebiasaan warga Tegal menyeduh teh dalam poci (teko kecil) yang terbuat dari tanah liat. Poci dipercaya mampu menjaga kehangatan teh lebih lama dan memberikan rasa unik yang tidak ditemukan pada wadah berbahan lain.
Tradisi ini terus berlanjut hingga menjadi identitas budaya. Di berbagai sudut kota, mudah ditemukan warung kecil yang menyajikan teh poci dengan gula batu, yang disebut sebagai pasangan sempurna. Keduanya menciptakan rasa manis yang tidak menyengat, tetapi lembut dan khas.
Ada beberapa hal yang membuat teh poci berbeda dari teh lainnya. Pertama, penggunaan poci tanah liat sebagai wadah penyajian. Poci ini bukan sekadar alat, melainkan elemen penting yang memberikan aroma khas pada teh. Kedua, penggunaan gula batu. Tidak seperti gula pasir, gula batu mencair perlahan, memberikan rasa manis yang bertahap dan tidak mendominasi rasa teh.
Yang tak kalah menarik adalah konsep “nasgithel,” singkatan dari “panas, legi, kenthel” (panas, manis, kental). Filosofi ini menggambarkan esensi teh poci: harus dinikmati selagi panas, dengan rasa manis yang seimbang, dan teh yang pekat. Konsep ini juga mencerminkan gaya hidup masyarakat Tegal yang santai, namun penuh rasa.
Teh poci biasanya menggunakan daun teh khas Jawa, seperti teh melati atau teh hijau, yang memiliki aroma harum. Proses pembuatannya sederhana namun penuh makna.
Teh diseduh dengan air mendidih dalam poci tanah liat, kemudian ditambahkan gula batu ke dalam cangkir. Setelah itu, teh dituangkan perlahan-lahan hingga gula batu larut. Proses ini menciptakan harmoni rasa antara pahitnya teh dan manisnya gula batu.
Jika berkunjung ke Tegal, ada beberapa tempat yang wajib disinggahi untuk menikmati teh poci. Salah satunya adalah warung teh tradisional di kawasan Alun-alun Tegal, di mana pengunjung dapat menikmati teh poci sembari merasakan suasana kota yang damai.
Selain itu, banyak warung makan kecil di sekitar terminal bus Tegal yang juga menyajikan teh poci sebagai pelengkap menu sarapan seperti kupat glabed atau tahu aci.
Meskipun tradisional, teh poci tetap relevan di era modern. Banyak kafe kekinian yang mulai mengangkat teh poci sebagai menu utama, bahkan dengan berbagai inovasi seperti tambahan susu atau rempah-rempah. Inovasi ini membuktikan bahwa teh poci tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi juga tetap hidup dalam gaya hidup generasi muda.
Teh poci bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga cerminan filosofi kehidupan. "Nasgithel" mengajarkan kita untuk menikmati hidup dengan tenang, menghargai setiap momen, dan menjaga keseimbangan. Filosofi ini terasa relevan dalam kehidupan modern yang serba cepat.
Teh poci adalah bukti bahwa kesederhanaan dapat menciptakan sesuatu yang istimewa. Dengan aroma khas, rasa unik, dan filosofi mendalam, teh poci telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Tegal.
Jika Kawan GNFI berkunjung ke kota ini, sempatkan untuk menikmati secangkir teh poci. Rasakan kehangatan dan cita rasa khasnya yang akan membawa kamu lebih dekat dengan kekayaan budaya Tegal.
Referensi :
- https://infotegal.com/2011/sejarah-teh-poci-di-tegal/
- https://radartegal.disway.id/read/658416/sejarah-dan-keunikan-teh-poci-slawi-yang-menggoda-di-tengah-serbuan-derasnya-minuman-modern
- https://jateng.inews.id/berita/tradisi-moci-di-negara-poci-ngeteh\-ala-wong-tegal
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
