Kalau bicara soal Bandung, nama Cihapit mungkin takkan terlewatkan oleh Kawan GNFI. Di kalangan wisatawan dan warga lokal, daerah ini terkenal sebagai pasar sekaligus tempat untuk mencicipi aneka macam kuliner baik jadul maupun kekinian.
Namun, tahukah Kawan bahwa Cihapit menjadi saksi bisu dari kejayaan Hindia Belanda sampai kekejaman tentara Jepang? Kalau Kawan belum tahu, yuk, simak artikel ini sampai selesai!
Cihapit pada Masa Hindia Belanda
Pembangunan perumahan di Cihapit, Bandung pada tahun 1920. | Foto: Leiden University Libraries Digital Collections
Pada tahun 1918, pembangunan masif terjadi di Kota Bandung dalam rangka pemindahan ibu kota Hindia Belanda. Pemindahan ini dilakukan atas perintah Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum lantaran masalah kesehatan lingkungan di Batavia yang membuat kota tersebut dinilai tak layak lagi menjadi ibu kota.
Sebagai bagian dari pemindahan ibu kota, perumahan-perumahan baru dibangun bagi para pegawai pemerintah Hindia Belanda. Cihapit menjadi kawasan dibangunnya perumahan bagi kaum pribumi yang bekerja sebagai pegawai kelas menengah ke bawah.
Dibandingkan dengan perumahan-perumahan pribumi lainnya di Bandung, Cihapit terbilang unik karena letaknya yang dekat dengan salah satu taman kota, Oranjeplein. Pada masa itu, taman-taman kota hanya terdapat di kawasan permukiman Eropa yang berada di utara Bandung.
Cihapit pada Masa Pendudukan Jepang
Para tawanan di kamp tawanan Jepang di Hindia Belanda pada bulan Maret 1945. | Foto: Nationaal Archief, Public domain, via Wikimedia Commons
Gempuran tentara Jepang yang berlangsung pada awal tahun 1940-an memaksa Belanda menyerahkan Hindia Belanda kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Akibat peristiwa ini, seluruh warga Eropa—baik militer maupun sipil—ditawan di kamp-kamp yang tersebar di penjuru wilayah Hindia Belanda.
Di masa ini, Cihapit diubah menjadi kamp yang menahan para wanita, anak laki-laki di bawah 12 tahun, dan sebagian kecil pria lansia. Mereka ditahan berdesak-desakan di rumah-rumah yang dipaksa menampung hingga 40 orang. Selama beroperasi, kamp ini disebut telah menampung sekitar 14.000 tawanan.
Warga Eropa yang ditawan di Kamp Cihapit hidup dalam kondisi yang buruk. Mereka dipaksa melakukan berbagai pekerjaan kasar dan hanya boleh berkegiatan di dalam area kamp. Selain itu, mereka mendapat jatah makanan yang kurang dari cukup dan sering menerima siksaan brutal dari tentara Jepang.
Cihapit pada Masa Setelah Kemerdekaan
Pembangunan toko-toko di daerah Cihapit, Bandung pada tahun 1920. | Foto: Leiden University Libraries Digital Collections
Setelah Indonesia merdeka, kawasan Cihapit berubah fungsi menjadi pasar. Sebenarnya, pasar sudah berdiri di kawasan ini pada tahun 1940-an. Saat itu, para pedagang lokal mendirikan kios-kios sederhana di lahan kosong yang berada di balik toko-toko milik para pedagang China.
Pada awal berdiri, Pasar Cihapit hanya berupa tanah lapang dengan segelintir kios sederhana yang didirikan di atasnya. Bangunan permanen baru dibangun Pemerintah Kota Bandung bagi para pedagang di sana pada tahun 1985. Pasar ini kemudian direnovasi pada tahun 2006.
Cihapit Masa Kini
Kios-kios yang menjual makanan di Pasar Cihapit, Bandung. | Foto: Dokumentasi Pribadi
Pada tahun 2014, beberapa komunitas di Kota Bandung mencoba untuk menghidupkan Pasar Cihapit dengan cara membuka kios di pasar ini. Lambat laun, usaha mereka semakin berkembang dan menarik perhatian banyak orang berkat media sosial yang memviralkan mereka.
Dari usaha komunitas-komunitas ini, Cihapit menjadi tempat yang Kawan kenal sekarang. Cihapit bukan hanya pasar yang menjual berbagai kebutuhan dapur dan sehari-hari, melainkan juga tempat yang menjajakan aneka macam kuliner.
Jika Kawan masuk ke dalam pasar ini, Kawan akan melihat pemandangan yang mungkin tak ada di pasar-pasar tradisional lain. Di mana lagi Kawan dapat menemukan kios-kios yang menjual kopi, bakmi, bahkan pastry bersebelahan dengan kios-kios yang menjual aneka daging, sayur, dan bumbu dapur?
Tidak hanya di dalam pasar, Kawan pun dapat menemukan beberapa tempat makan dan kafe di bagian luar pasar. Di waktu-waktu tertentu, Kawan dapat melihat orang-orang mengantri untuk membeli makanan dan minuman yang dijajakan di area ini.
Sekian artikel tentang sejarah Cihapit, salah satu kawasan wisata di Kota Bandung. Siapa sangka tempat wisata kuliner ini telah melewati beragam peristiwa sejarah? Kalau Kawan kebetulan berkunjung ke Bandung, jangan lupa mampir ke Cihapit, ya!
Sumber:
- Budiman, H. G. (2015). Perkembangan Taman Kota di Bandung Masa Hindia Belanda (1918-1942). Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 7(2), 185-200.
- Ekomadyo, A. S., Santri, T., & Riyadi, A. (2018). Reassembling traditionality and creativity: A study of place as assemblage in Pasar Cihapit Bandung. In SHS Web of Conferences (Vol. 41, p. 07006). EDP Sciences.
- Krancher, J. A. (Eds). (2010). The Defining Years of the Dutch East Indies, 1942-1949: Survivors' Accounts of Japanese Invasion and Enslavement of Europeans and the Revolution That Created Free Indonesia. North Carolina: McFarland & Company, Inc., Publishers.
- Suganda, Her. (2007). Jendela Bandung: Pengalaman Bersama Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- https://www.awm.gov.au/articles/encyclopedia/pow/ww2/civilian_internees
- https://bandungbergerak.id/article/detail/273/pasar-cihapit-dari-kamp-tawanan-jepang-ke-pasar-rujukan
- https://www.detik.com/jabar/kuliner/d-7313083/pasar-cihapit-surga-kuliner-tersembunyi-di-tengah-kota-bandung
- https://www.idntimes.com/travel/destination/agithyra-nidiapraja/5-hal-menarik-di-pasar-cihapit-c1c2?page=all
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News