Di tengah era globalisasi dan industri 4.0 yang terus berkembang, muncul berbagai bahasan hangat tentang gebrakan, inovasi, dan penemuan baru yang digadang-gadang sebagai bentuk kemajuan.
Saat ini generasi muda dihadapkan pada dua pilihan: menjadi kritis terhadap berbagai isu atau terjebak dalam ketidakpedulian. Tidak hanya itu, abad ke-21 juga membawa kecenderungan individualisme dan apatisme terhadap lingkungan sosial karena tiap-tiap individu seperti berlaga dengan teman di sampingnya.
Lantas, apa rencana kita ke depan untuk Indonesia?
Perubahan Pola Komunikasi dan Implikasinya terhadap Kelestarian Budaya Daerah
Perlu disadari bahwa fenomena kepunahan bahasa daerah di Indonesia tampaknya menjadi persoalan yang cukup menarik untuk dibahas. Pasalnya punahnya bahasa sama dengan hilangnya satu peradaban secara keseluruhan.
Dalam Ethnologue: Language of The World (2021) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 742 bahasa dan beberapa di antaranya terancam punah.
Pada tahun 2023, Ethnologuemelaporkan bahwa setidaknya sebanyak 24 bahasa daerah di Indonesia punah atau dengan kata lain tidak memiliki jumlah penutur.
Kawan GNFI, tahukan kamu salah satu pulau terluar Indonesia, yakni Pulau Enggano? Pulau ini terletak di Samudra Hindia yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Kondisi masyarakat Enggano saat ini semakin beragam dengan banyaknya pendatang atau warga transmigrasi yang menetap. Hal ini tentu memaksa masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan berbagai transformasi yang terjadi, salah satunya interaksi antar individu atau kelompok.
Sedangkan, pulau ini memiliki bahasa daerah yang terbilang cukup unik. Mengapa begitu? Sebab, bahasa Enggano merupakan bahasa isolat dari rumpun bahasa Austronesia yang jauh berbeda dibandingkan bahasa daerah sekitarnya seperti Melayu Bengkulu ataupun Rejang.
Ironisnya, bahasa Enggano menjadi bahasa yang rentan punah karena hanya sekitar 30% penutur suku Enggano yang masih menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini diduga terjadi karena kondisi masyarakat yang multietnik dan diikuti oleh kontak antaretnik sehingga menyebabkan terjadinya bilingualism.
Kontak ini mengakibatkan terjadinya peralihan bahasa yang berlangsung secara bertahap dan sulit ditentukan titik waktunya yang jelas.
Strategi Inovasi Digital dalam Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
Mengantisipasi isu kepunahan tersebut, kita sebagai generasi muda bangsa memiliki peran penting dalam mempertahankan aset kultural yang ada. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah memanfaatkan teknologi sebagai upaya pelestarian dan arsip digital yang dapat diakses secara luas.
Beberapa solusi yang dapat kita eksplorasi untuk menjaga kekayaan budaya kita di antaranya:
- Membuat Dokumenter
Melihat generasi muda saat ini, video menjadi salah satu media visual yang cukup efektif untuk menyampaikan informasi dimana pengamat dapat memahami dan mencerna konten yang disajikan.
Dalam video ini dapat memuat insight mengenai perspektif dan upaya revitalisasi terhadap bahasa yang berada dalam kondisi kritis.
- Korpus Digital
Membuat teks, audio, dan video dalam bahasa etnik untuk menciptakan arsip yang dapat diakses dan dijadikan bahan ajar untuk masyarakat. Hal ini dapat menjadi strategi untuk menghadapi situasi dimana bahasa daerah harus diajarkan secara sistematis dan komprehensif.
- Platform Online dan Media Sosial
Pemanfaatan digitalisasi kini menjadi alternatif yang dapat dijadikan sebagai upaya untuk menjaga dan mengembangkan ke dunia yang lebih interaktif.
Selain itu, platform ini juga menjadi sarana promosi budaya secara global, di antaranya melalui podcast, audiobook, website, modul digital, ataupun media sosial.
Kemajuan teknologi yang dikhawatirkan kini dapat dijadikan sebagai titik balik perubahan untuk generasi bangsa. Bahwasannya digitalisasi ini dapat menyadarkan masyarakat untuk menjaga loyalitasnya terhadap bahasa daerahnya.
Jauh lebih baik jika bahasa daerah dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan agar tetap tinggi jumlah penuturnya. Dengan demikian, tidak terjadi pergeseran bahasa yang dapat menjurus ke arah kepunahan.
Diharapkan dari situ, masyarakat dapat sadar akan multilingual di mana bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bahasa Inggris sebagai interaksi secara universal, dan bahasa etnik sendiri dalam rangka melestarikan bahasa dan budaya daerahnya.
Dengan begitu, tidak ada lagi berita duka tentang punahnya bahasa di negara kita, Indonesia.
Referensi:
https://www.ethnologue.com/country/ID/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News