fenomena oversharing masyarakat desa di media sosial tantangan ataukah ancaman - News | Good News From Indonesia 2025

Fenomena Oversharing Masyarakat Desa di Media Sosial, Tantangan ataukah Ancaman?

Fenomena Oversharing Masyarakat Desa di Media Sosial, Tantangan ataukah Ancaman?
images info

Fenomena Oversharing Masyarakat Desa di Media Sosial, Tantangan ataukah Ancaman?


Seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, media sosial menjadi salah satu platform interaksi masyarakat yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan masyarakat pedesaan hari ini. Media sosial semakin hari semakin populer dan dipergunakan tanpa ada kendali yang tepat dari masing-masing pengguna.

Media sosial kini menjelma menjadi ruang dimana semua orang bebas membagikan apapun yang mereka mau, tanpa memperdulikan hal-hal yang bersifat privasi. Oversharing atau salah satu tindakan membagikan informasi pribadi secara berlebihan menjadi salah satu fenomena psikolgis yang kemudian sering kita lihat, dan menjadi salah satu isu psikologis yang dikatakan sebagai isu yang memliki dampak yang berbahaya. 

Potret Bahaya Oversharing di Media Sosial

Perilaku oversharing banyak kita temukan di media sosial, khususnya di lingkungan masyarakat pedesaan yang hari ini aktif menggunakan media sosial. Jenis-jenis perilaku oversharing yang kita temukan cukup beragam dan masing-masing memiliki dampak yang cukup serius. Lima diantarnya berhubungan dengan masalah percintaan, masalah hubungan pertemanan, masalah hubungan keluarga, pekerjan, hingga masalah finansial, dan masalah-masalah pribadi yang bersifat privasi lainnya.

Istilah oversharing sendiri umumnya dimaknai sebagai perilaku membagikan informasi pribadi yang terlalu sering, atau dalam makna yang lain dikatakan sebagai tindakan membagikan informasi peribadi secara berlebihan kepada halayak banyak. Tiara Diah Sosialita, meyebutnya sebagai kondisi di mana individu tidak bisa membatasi dirinya dalam membagikan informasi peribadinya kepada publik secara online maupun offline.

Sekar Pawestri, menyebut perilaku ini didasari oleh beberapa faktor, diantarnya keinginan untuk mendapat perhatian atau attention seeking, perasaan kesepian, kurangnya kesadaran atas batasan terhadap diri sendiri atau personal boundaries, haus akan pujian atau validasi, dan kecanduan atas media sosial.

Selain itu, perilaku oversharing juga didasari oleh keinginan untuk menjadi pusat perhatian orang lain, ketidak-mampuan menentukan batasan, trauma masa lalu, dan keinginan untuk memuaskan orang lain. 

Kehidupan pribadi yang bersifat privasi adalah aspek yang sangat penting dan harus dijaga. Tidak semua orang harus mengetahui, dan jika hal-hal pribadi yang bersifat privasi harus diketahui oleh masyarakat luas, maka hal tersebut akan dapat menjadi boomerang untuk kita sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat kita.

Oleh karennya, kebiasaan oversharing tentu harus senantiasa dikurangi oleh masing-masing kita, baik di media sosial yang bersifat online ataupun di kehidupan sosial sehari-hari yang bersifat offline. Karna kebiasaan ini dapat mendatangkan dampak negatif yang bisa dibilang cukup serius.

Sebut saja di antaranya dapat memicu stress dan depresi sehingga berpotensi menjadi gangguan kesehatan mental, dapat memicu terlahirnya cyberbullying dan perundungan di media sosial, memicu dampak negatif terhadap karir, dapat mengakibatkan hilangnya privasi dan dapat mengancam keamanan diri akan kejahatan orang lain, dan dapat menjadi pemicu hilangnya marwah diri dan citra diri sendiri, hingga dapat menjadi salah satu pemicu putusnya hubungan antar sesama.

Mencegah Bahaya Oversharing di Media Sosial

Oversharing sebagai kebiasaan yang hari ini bayak kita temukan, harus senantiasa kita kurangi agar kita tidak menjadi sosok yang ketergantungan atas kebiasaan tersebut. Mencegah lahirnya kebiasaan ini adalah bagian dari cara yang bisa kita lakukan, dan cara-cara dalam mencegah kebiasaan ini diantarnya dapat kita lakukan dengan menerapakan beberapa hal.

Thingking Before Sharing

Berbagi cerita adalah hal yang baik untuk membangun hubungan antarmanusia. Akan tetapi perlu kiranya kita memikirkan terlebih dahulu tentang informasi apa yang akan kita ceritakan. Apakah informasi yang akan kita ceritakan pantas untuk dibagikan kepada orang lain atau tidak, dan sejauhmana dampak yang akan ditimbulkan, dan dalam hal berbagi cerita di media sosial, sebaiknya kita juga menghindari untuk membagikan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Seperti halnya masalah perihal keluarga, hubungan, keuangan, ataupun konten-konten yang berbau kebencian dan diskriminasi.

Membiasakan Diri Membagikan Hal-Hal yang Positif dan Bermanfaat

Media sosial sebagai platform intraksi sosial yang hari ini kita gunakan sebaiknya digunakan untuk membagikan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Seperti halnya pengalaman tentang berolahraga, berkebun, dan membaca buku, dan hal-hal lain yang bernilai positif dan memiliki kemanfaatan.

Dikarenakan bahwa menceritakan hal-hal yang bernilai positif dan memiliki kemanfaatan akan dapat membangun diskusi, peluang, dan koneksi yang sehat di media sosial dibandingkan degan menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah pribadi.

Mengurangi Kebiasaan Membagikan Emosi Negatif di Media Sosial

Mengeluh hingga marah-marah dengan bahasa yang tidak baik merupakan bagian emosi negatif yang dapat dimunculkan oleh setiap individu, dan sebagian besar orang tidak menyukai emosi negatif, terlebih-lebih hal ini dibagikan di platform media sosial. Emosi ini banyak tidak disukai, sebagaimana penjelasan Forest dan Wood yang dikutip Fakhrul Firdaus yang mengatakan bahwa sebagian besar orang memang tidak meyukai emosi negatif yang terus menurus dibagikan di media sosial.

Oleh karenanya, mengurangi kebiasaan mengeluh di media sosial ataupun mengurangi bentuk-bentuk emosi negatif yang lainnya merupakan bagian dari salah satu cara dalam mencegah lahirnya dampak negatif dari oversharing.

Tidak Membiasakan Diri Curhat di Media Sosial

Setiap orang tentu memiliki masalah, dan curhat atau bercerita pada orang lain adalah salah satu cara kita meredakan diri dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Akan tetapi, kebiasaan curhat ke halayak ramai melalui platform media sosial bukanlah solusi yang tepat dalam mengatasi setiap permasalahan yang kita hadapi.

Terdapat cara lain yang dapat kita pilih, seperti halnya bercerita kepada ibu, bercerita kepada bapak, atau kepada anggota keluarga, sahabat, hingga pasangan dan bisa juga dengan cara menulis jurnal harian, dan berkonsultasi kepada ahlinya.

Perilaku oversharing sebagai sebuah fenomena yang hari ini banyak kita temukan di media sosial pada dasarnya memiliki potensi untuk melahirkan dampak negatif. Dampak negatif ini akan hadir apabila kita senantiasa membiasakan perilaku ini.

Oleh karenanya kita butuh untuk menerapkan cara-cara tertentu dalam mencegahnya, dan keempat cara yang diuraikan diatas merupakan bagian dari cara-cara yang dapat kita gunakan dalam mencegah dampak negatif yang dapat dilahirkan dari perilaku oversharing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.