Dunia fashion kini tidak lagi dikendalikan oleh majalah mode atau desainer papan atas. Di era digital, Gen Z menemukan inspirasi gaya mereka melalui platform yang jauh lebih dekat dan dinamis: TikTok.
TikTok telah berevolusi dari aplikasi hiburan menjadi ruang ekspresi visual yang sangat kuat. Di platform ini, fashion bukan hanya tentang tren, melainkan bentuk identitas diri.
Video singkat yang menampilkan outfit of the day (OOTD), tutorial mix and match, hingga tips belanja di thrift shop menjadi konten yang digemari dan cepat menyebar.
Menariknya, tidak ada standar baku dalam dunia fashion TikTok. Gaya Y2K yang retro, clean girl aesthetic yang minimalis, hingga gaya “pengganggu TikTok” yang tampil nyentrik dan berani, semua tumbuh bersama tanpa batas. Justru keberagaman gaya inilah yang menjadi kekuatannya.
Salah satu kreator TikTok yang berpengaruh dalam dunia fashion adalah @kevinmichael08. Dengan konten haul, review fashion item, dan perpaduan gaya sehari-hari, Kevin membuktikan bahwa fashion bisa inklusif dan menyenangkan.
Dalam salah satu unggahannya, ia menyampaikan, “Yang penting pede dulu. Kalau cocok di badan dan kita nyaman, itu udah cukup. Gaya itu personal.”
Platform ini juga menciptakan viralitas instan. Tak sedikit brand lokal atau UMKM yang tiba-tiba meroket setelah disebutkan dalam satu video TikTok. Gaya berpakaian tak lagi dibentuk oleh iklan televisi atau selebritas saja, tetapi oleh algoritma FYP (For You Page) dan konten kreator yang relatable.
Sebuah survei dari International Council of Shopping Centers (ICSC) mencatat bahwa 85% Gen Z terpengaruh oleh media sosial saat membuat keputusan pembelian, dan TikTok menempati posisi teratas sebagai sumber inspirasi.
Dampak Positif
TikTok membuka peluang luas dalam industri kreatif digital. Tanpa kamera mahal atau koneksi industri, siapa pun kini bisa menjadi influencer fashion. Kreativitas, kepercayaan diri, dan narasi personal jadi kunci utama.
Tren fashion TikTok juga mendorong kesadaran terhadap lingkungan. Banyak kreator mempromosikan thrifting, daur ulang pakaian lama, hingga kampanye #repeatoutfit.
Ini membentuk kebiasaan berpakaian yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Lebih dari itu, TikTok menciptakan komunitas yang inklusif. Bagi Gen Z yang merasa berbeda secara fisik atau selera, platform ini menjadi ruang aman untuk mengekspresikan diri dan menemukan koneksi emosional.
Dampak Negatif
Namun, popularitas TikTok juga memunculkan tantangan baru. Tren yang cepat berubah memicu dorongan konsumtif. Banyak pengguna merasa harus terus membeli pakaian baru demi tampil “up to date” di FYP, yang berdampak pada peningkatan limbah tekstil dan memperparah budaya fast fashion.
Selain itu, tekanan sosial digital sering kali menciptakan standar gaya hidup tak realistis. Perbandingan diri, rasa tidak cukup keren, hingga FOMO (fear of missing out) menjadi isu psikologis yang nyata bagi sebagian remaja.
Sebagai respon, gerakan seperti #sadarbelanja dan #thrifttok semakin berkembang. Mereka mengajak pengguna untuk bijak dalam mengikuti tren, fokus pada kenyamanan pribadi, bukan validasi semata.
TikTok telah merevolusi cara Gen Z memandang fashion. Dari kamar tidur hingga ke dunia digital, siapa pun kini bisa menciptakan tren sendiri. Dunia mode tidak lagi hanya tentang panggung catwalk, melainkan tentang keberanian untuk tampil otentik di layar ponsel.
Dan dari sanalah, generasi ini membuktikan: fashion bukan sekadar pakaian, tapi bahasa yang membentuk identitas mereka di dunia modern yang serba cepat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News