Sejarah perjuangan perempuan di Indonesia memiliki jalur lika-liku yang tak lurus. Salah satu yang mewarnai hal tersebut adalah organisasi bernama Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Gerwani, organisasi perempuan yang didirikan pada 1950, tumbuh pesat dan sempat menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Pada awalnya, Gerwani fokus memperjuangkan hak-hak perempuan, mendorong kesetaraan gender, serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Khususnya bagi perempuan dari kalangan buruh dan petani. Isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, dan hak politik menjadi perhatian utama dalam gerakan mereka.
Melihat pentingnya perjuangan mereka, mari Kawan kita kenali lebih dalam!
Mengenal Gerwani
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) didirikan pada 4 Juni 1950 di Semarang sebagai hasil penyatuan enam organisasi perempuan yang terhimpun dalam Gerakan Wanita Istri Sedar (Gerwis). Organisasi ini berkembang pesat, dengan jumlah anggota mencapai lebih dari 650.000 pada 1957, meningkat menjadi 1,5 juta pada 1963, dan sekitar 3 juta pada 1965.
Gerwani lahir dari semangat kolektif berbagai kelompok perempuan dari berbagai daerah, yang bersatu dalam kongres di Semarang untuk memperkuat perjuangan perempuan di Indonesia. Kongres penyatuan enam organisasi perempuan tersebut dihadiri:
- Rukun Putri Indonesia (Rupindo) dari Semarang
- Persatuan Wanita Sadar dari Surabaya
- Isteri Sedar dari Bandung
- Gerakan Wanita Indonesia (Gerwindo) dari Kediri
- Wanita Madura dari Madura
- Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan.
Sejarah Berdirinya Gerwani
Gerakan Wanita Istri Sedar (Gerwis) awalnya dibentuk untuk membangun kesadaran perempuan dalam bidang politik, keamanan, dan hak-hak perempuan.
Namun, penggunaan kata “Sedar” membuat citra organisasi ini lebih eksklusif. Sebagian besar anggotanya berasal dari kalangan perempuan terdidik atau kelas menengah ke atas, dan belum menjangkau perempuan dari kalangan bawah secara luas.
Perubahan besar terjadi pada Kongres Gerwis ke-2 tahun 1954, di mana diputuskan untuk mengganti nama menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Dengan perubahan ini, Gerwani membuka diri bagi seluruh perempuan Indonesia tanpa memandang usia, suku, agama, maupun afiliasi politik.
Organisasi ini pun memperluas jangkauan kegiatannya dengan mengedepankan nilai-nilai feminisme, sosialisme, dan nasionalisme dalam perjuangannya untuk hak perempuan dan anak, serta pendidikan tentang kesetaraan dalam perkawinan.
Menjelang Pemilu 1955, Gerwani mulai menjalin kedekatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang membawa mereka pada kekuatan politik baru dengan berhasil menempatkan enam wakil di DPR.
Kedekatan ini semakin terlihat saat Kongres ke-IV tahun 1961, ketika Gerwani secara terbuka mendukung agenda-agenda nasional seperti pembebasan Irian Barat, reforma agraria, dan stabilitas harga. Pada periode 1960-an, fokus Gerwani pun semakin bergeser ke arah perjuangan politik dalam skala nasional.
Gerwani dalam kancah internasional @ German Federal Archives/wikimedia commons
Beberapa Gerakan dan Pemikiran Gerwani
1. Mendorong Kesetaraan Gender
Gerwani berupaya menciptakan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.
2. Meningkatkan Literasi Perempuan
Dengan keanggotaan terbuka untuk semua kalangan, Gerwani menyelenggarakan kursus membaca, menulis, menjahit, hingga memasak—upaya yang secara langsung mendorong literasi dan keterampilan perempuan Indonesia.
3. Meningkatkan Kesejahteraan Perempuan
Fokus utama Gerwani adalah memperbaiki kualitas hidup perempuan, terutama dari kalangan buruh dan petani, melalui akses kesehatan, pendidikan, dan kondisi kerja yang layak.
4. Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan Sosial
Gerwani aktif mengedukasi perempuan tentang hak-haknya, pentingnya pendidikan, dan partisipasi dalam kehidupan politik.
5. Membela Hak-Hak Perempuan
Organisasi ini turut memperjuangkan berbagai hak perempuan, seperti hak politik, upah layak, serta perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.
6. Aktif dalam Gerakan Nasional
Tak hanya berfokus pada isu perempuan, Gerwani juga terlibat dalam perjuangan nasional seperti kampanye Pemilu 1955, dukungan terhadap pembebasan Irian Barat, hingga partisipasi dalam konfrontasi Malaysia melalui pengiriman sukarelawati.
7. Berpartisipasi pada Gerakan Perempuan Internasional
Gerwani pernah mengirimkan perwakilannya dalam Kongres Federasi Wanita Demokratis Jerman, sebuah forum internasional penting yang dihadiri oleh delegasi dari 17 negara.
Kongres ini berlangsung selama tiga hari dan membahas peran perempuan, khususnya para ibu, dalam mewujudkan perdamaian serta membangun masyarakat yang lebih adil secara sosial. Dalam kesempatan tersebut, Marwani Pardede dari Gerwani turut menyampaikan sambutan kepada para peserta.
Akhir dari Gerwani
Seiring waktu, Gerwani menjalin hubungan yang semakin erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan akhirnya dianggap sebagai salah satu sayap organisasi perempuan PKI. Puncak ketegangan terjadi setelah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965, ketika Gerwani dituduh terlibat dalam kudeta tersebut.
Tuduhan ini menjadikan Gerwani sebagai sasaran utama dalam kampanye anti-komunis yang dilancarkan pasca peristiwa tersebut. Akibatnya, organisasi ini dibubarkan, dan ribuan anggotanya ditangkap, dipenjara, bahkan ada yang dieksekusi tanpa proses hukum yang adil.
Pada saat itu, Gerwani telah memiliki sekitar 3 juta anggota dan menjadi salah satu organisasi perempuan terbesar di Indonesia. Namun, setelah pembubaran PKI, Gerwani juga ikut dibubarkan secara resmi pada 12 Maret 1966 melalui Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Nomor 1/3/1966.
Presiden Soeharto kemudian melarang keberadaan Gerwani secara total, menyusul tuduhan keterlibatan mereka dalam aksi kekerasan terhadap para Jenderal yang menjadi korban G30S. Tuduhan tersebut menciptakan stigma negatif yang melekat kuat hingga sekarang.
Pasca pembubarannya, sejarah Gerwani banyak dihapus atau disalahartikan, dan menjadikannya topik yang masih kontroversial hingga kini. Padahal, pada awal berdirinya, Gerwani hadir sebagai gerakan perempuan yang inklusif dan netral, tanpa memihak partai politik, agama, atau etnis tertentu.
Dukungan terhadap visi awal Gerwani yang ingin memperjuangkan hak-hak perempuan dari berbagai latar belakang pun terus menguat. Tentu dengan memperlihatkan semangat awal organisasi ini sebagai gerakan murni dari dan untuk perempuan Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News