Sebuah perhelatan duta wisata di Sleman bertajuk Malam Penobatan Dimas Diajeng Sleman 2025 telah digelar di Gedung Pertunjukan (Performance Hall) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat (9/5) malam.
Acara tersebut menjadi momen pengumuman mengenai siapa yang menjadi juara Dimas Diajeng Sleman 2025, yang sebelumnya telah terseleksi menjadi 30 finalis. Finalis-finalis tersebut terdiri atas 15 Dimas (duta wisata laki-laki), serta 15 Diajeng (duta wisata perempuan).
Adapun tema besar dari malam penobatan di tahun ini adalah Luhur Budhining Pramudha Cipta Karaning Sembada, yang memiliki arti pemuda berkepribadian mulia, berbudi pekerti, serta memiliki kebijaksanaan dalam bertindak.
Acara tersebut diawali dengan performance dari seluruh finalis yang menciptakan koreografi tarian bertemakan kisah tanah kelahiran mereka, yaitu di Indonesia. Final kali ini dianggap menjadi cerminan pemuda Sleman yang unggul, berkarakter, serta mampu berdaya saing untuk memberikan kontribusi nyata bagi daerahnya.
Di tengah-tengah perhelatan, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh finalis yang terpilih. Menurutnya, acara seperti ini akan membawa dampak baik bagi perkembangan di Kabupaten Sleman, melalui kontribusi dari pada Dimas dan para Diajeng.
"Kalian bukan hanya simbol anak muda yang berprestasi saja, namun juga wajah representatif Sleman, baik dalam karakter, kecerdasan, maupun mengemban misi budaya ke depan," kata Danang di podium.
Sebelum penobatan juara, para finalis disaring kembali menjadi 10 besar, dengan rincian 5 Dimas dan 5 Diajeng. Pada babak ini, seluruh peserta diberi pertanyaan acak hasil dari dewan juri.
Salah satu pertanyaan yang diberikan adalah tanggapan peserta mengenai fenomena Kabur Aja Dulu. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang diberikan oleh salah satu dewan juri, yaitu I Made Andi Arsana, Ph.D. selaku Kepala Magister Teknik Geomatika UGM. Menurutnya, pertanyaan ini memiliki alasan yang cukup mendasar.
"Jadi kalau kita memilih seseorang yang jadi teladan di sebuah daerah, maka itu artinya kita juga harus memastikan orang ini memahami konteks global. Jadi biarpun dia Diajeng Sleman atau dia Dimas Sleman, dia harus juga paham konteks global," papar Made Andi dalam wawancara bersama GNFI.
Pada akhirnya, yang menjadi Dimas dan Diajeng Sleman di tahun ini adalah Dimas Muhammad Zacky Kusnail serta Diajeng Keisha Farella Mirakel. Mereka berdua adalah mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kemudian, predikat Wakil I diraih oleh Dimas Abdul Malik Lubis serta Diajeng Zita Finnesha Kinayang, sementara predikat Wakil II diberikan kepada Dimas Erwin Rizki Nur Rofiq dan Diajeng Nabila Wigi Parahita.
Para juara selanjutnya akan menjadi Duta Wisata Sleman dalam periode 2 tahun, dan akan menjadi sosok contoh kepada generasi muda Sleman dalam hal pengembangan pariwisata lokal.
"Karena memang Dimas Diajeng Sleman itu adalah Duta Daerah, khususnya dalam hal kepariwisataan yang merupakan sumber pendapatan tertinggi Kabupaten Sleman, jadi pastinya kita akan mempromosikan pariwisata Sleman agar lebih maju dan mendunia," papar Wakil II Diajeng Sleman 2025 Nabila Wigi Parahita kepada GNFI.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News