sore pesan sehat dari masa depan - News | Good News From Indonesia 2025

Sore: Pesan Sehat dari Masa Depan

Sore: Pesan Sehat dari Masa Depan
images info

Sore: Pesan Sehat dari Masa Depan


Bayangkan jika seseorang dari masa depan datang hari ini bukan untuk mengungkap kejayaan atau kehancuran dunia, tetapi sekadar mengingatkan agar tidur cukup, berhenti merokok, dan jangan terlalu sering minum alkohol.

Halo, aku Sore. Istri kamu dari masa depan.

Sebaris kalimat itu meluncur di awal film Sore: Istri dari Masa Depan, menggebrak layar dengan premis yang langsung bikin dahi mengernyit bagaimana bisa ada istri dari masa depan?

Sepintas, kita mungkin mengira ini bakal jadi drama romantis fantasi yang klise, tentang sepasang kekasih yang berjibaku dengan takdir. Namun, di balik narasi romansa lintas waktu, film ini menyisipkan pesan-pesan kesehatan yang dikemas sebagai Medium Kampanye Kesehatan Tidak Langsung.

Sebuah bisikan halus yang pelan-pelan meresap ke alam bawah sadar kita, jauh lebih mujarab daripada seribu poster himbauan kesehatan.

Film ini, dibintangi Dion Wiyoko dan Sheila Dara Aisha, memang dibungkus dalam genre romantis dengan sentuhan fiksi ilmiah. Namun, lebih dari sekadar kisah cinta, SORE menyimpan pesan kesehatan yang begitu dalam, sekaligus menyentuh.

Dan inilah yang membuat film ini layak dibaca bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai bentuk soft campaign untuk hidup lebih sehat baik secara fisik maupun emosional.

Jonathan dengan Gaya Hidup yang Melelahkan

 Jonathan Films/SORE:Istri dari Masa Depan. (Credit: instagram.com/cerita_films)
info gambar

Jonathan Films/SORE:Istri dari Masa Depan. (Credit: instagram.com/cerita_films)


Jonathan adalah potret umum banyak anak muda urban masa kini mereka terasa sibuk, kreatif, berprestasi tapi secara fisik dan mental, rapuh. Terdampar hidup dalam pola yang kacau seperti begadang, makan sembarangan, dan pelarian melalui rokok serta alkohol.

Dan yang paling mencolok, yang menjadi visual paling kuat dari kehancuran ini adalah rokok yang setia mengepul di sela jari-jarinya, seolah itu adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan persona-nya. Asap yang menyesakkan, tumpukan asbak yang penuh, adalah saksi bisu dari pilihan-pilihan yang membahayakan.

Semua itu tidak disorot secara dramatis, justru ditampilkan sebagai kebiasaan harian yang dianggap biasa. itulah keunggulan narasi SORE di filmnya tidak menghakimi, tapi memperlihatkan bahwa kebiasaan-kebiasaan kecil bisa menjadi pintu masuk menuju kehancuran yang lebih besar.

Kita mengenali fragmen diri kita atau orang-orang terdekat dalam diri Jonathan, dan secara tidak langsung, kita mulai merefleksikan kebiasaan kita sendiri.

Pendekatan naratif seperti inilah yang digunakan untuk menekankan pada visualisasi situasi tanpa penjelasan yang rumit.

Sore, Wujud Nyata Konsekuensi yang Tak Terlihat

 Peran Sore diemban Sheila Dara Ais. (Credit: Instagram.com/cerita_films)
info gambar

Peran Sore diemban Sheila Dara Ais. (Credit: Instagram.com/cerita_films)


Kemunculan Sore sebagai “istri dari masa depan” adalah simbol. Ia bukan hanya pasangan, tetapi semacam alarm yang lembut seorang pengingat bahwa hidup tidak bisa terus berjalan seperti ini.

Lewat cara sederhana, seperti memasakkan makanan sehat, menyuruh Jonathan tidur tepat waktu, Sore memperkenalkan bentuk self-care yang sangat manusiawi.

Yang menarik, pesan-pesan ini disampaikan bukan sebagai ajaran, tetapi sebagai bagian dari hubungan. Kita diajak masuk ke dalam relasi yang sehat, penuh perhatian, yang menjadikan perawatan diri sebagai bentuk cinta, bukan tuntutan.

Ini bukan tentang jadi istri ideal. Namun, jadi pengingat yang lembut ternyata tubuh kita juga butuh cinta. Secara simbolik, Sore adalah self-care yang kita lupakan. Dia hadir di tengah kekacauan Jonathan dan dengan tenang bilang, "Ayo, kita rapikan hidup ini bersama!"

Karakter ‘Sore’ dapat dimaknai sebagai simbol ajakan reflektif terhadap gaya hidup, termasuk kebiasaan yang merugikan kesehatan.

Rokok, Alkohol, dan Trauma yang Menyusup Pelan

Salah satu adegan paling sederhana nan menghantam adalah saat Jonathan merokok. Untuk sebagian penonton, itu mungkin biasa. Namun bagi Yandy Laurens, sutradaranya, adegan itu justru membuat dia berhenti dan menangis.

Dalam wawancaranya, Yandy cerita bahwa ayahnya meninggal karena rokok. Adegan Jonathan merokok, tanpa sadar, menjadi katarsis kemarahan, kehilangan, dan trauma masa lalu tumpah di sana.

"Ternyata di dalam marah, ada rasa kayak, 'Pa, kamu lebih pilih rokok daripada saya, ya?'" katanya. Kalimat ini bukan dialog film, tetapi dialog batin yang bisa saja kita alami juga.

Dan SORE nggak menggambarkan rokok sebagai dosa besar. Ia hanya memperlihatkan dampaknya, bukan di tubuh dulu, tetapi di relasi. Rokok bukan hanya membakar paru-paru. Namun, juga jarak antara orang yang kita sayang.

Alkohol pun begitu. Tidak dijadikan simbol keren atau perayaan. Ia muncul sebagai pelarian. Sebuah refleksi bahwa ketika tubuh dan jiwa sudah terlalu penat, kita sering memilih jalan cepat, padahal itu jalan pintas menuju kehancuran.

SORE tidak memasang label “film kesehatan”. Film ini berhasil menyampaikan nilai hidup sehat sebagai bagian dari narasi, bukan pesan sponsor.

Kampanye Kesehatan Gratis yang Kita Nggak Sadari

Saya merasa SORE brilian. Diam-diam, ini adalah kampanye kesehatan yang paling manusiawi. Tidak adalogo kementerian, tidak ada voice over yang mengatakan, "Ayo hidup sehat." Namun, yang kita lihat adalah perubahan gaya hidup lewat cinta, trauma yang disembuhkan dengan kehadiran, dan kebiasaan baik yang dibangun pelan-pelan.

Kita dibuat peduli pada Jonathan, pada hubungannya yang unik dengan Sore, dan pada masa depan yang mereka perjuangkan bersama. Secara tak sadar, keinginan kita agar Jonathan sukses mengubah diri juga berarti kita mengharapkan ia menjadi lebih sehat.

Kita bersorak dalam hati saat Jonathan mulai mengurangi rokok, atau saat ia mencoba hidup lebih teratur. Ini adalah teknik kampanye yang brilian

Membuat kita peduli pada isu kesehatan lewat jalur empati dan emosi, bukan sekadar logika dan data.

Film ini menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi medium yang sangat kuat untuk menanamkan kesadaran, bahkan untuk hal sepenting kesehatan, tanpa harus kehilangan esensinya sebagai hiburan.

Sore berhasil membuktikan bahwa film fiksi bisa jadi medium untuk menanamkan kesadaran, bahkan untuk hal sepenting kesehatan.

Siapa sangka, sebuah film romantis bisa jadi pengingat paling efektif untuk membuang asbak dan mulai tidur lebih awal, bukan karena takut sakit, tetapi karena ada "Sore" di masa depan yang menanti.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.