Danau Poso merupakan salah satu danau yang berada di daerah Poso, Sulawesi Tengah. Ada sebuah cerita rakyat dari Sulawesi Tengah yang menceritakan tentang legenda asal usul Danau Poso tersebut.
Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat Sulawesi Tengah itu? Simak kisah dari legenda asal usul Danau Poso dalam artikel berikut ini.
Legenda Asal Usul Danau Poso, Cerita Rakyat dari Sulawesi Tengah
Dikutip dari buku Kusrini yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia: Cerita Rakyat Sulawesi, pada zaman dahulu hiduplah seorang kakek yang bernama Ue Bailolo. Sang kakek tinggal berdua dengan istrinya di sebuah gubuk yang jauh dari kota.
Pasangan kakek dan nenek ini belum dikaruniai seorang anak. Meskipun demikian, mereka tetap hidup dengan bahagia.
Sehari-hari, Kakek Ue Bailolo mengolah ladang mereka. Hasil ladang inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari.
Pada suatu malam, Kakek Ue Bailolo mengalami sebuah mimpi yang aneh. Dalam mimpi tersebut, dia bertemu dengan seorang pemuda tampan yang datang ke gubuknya.
Pemuda tersebut memperkenalkan diri dengan nama Manurung. Setelah berkenalan, pemuda tersebut pamit dan berkata bahwa mereka akan berjumpa di lain waktu.
Mimpi ini teringat dengan jelas oleh Kakek Ue Bailolo ketika bangun. Namun dia memilih untuk menyimpan sendiri mimpi itu dan tidak menceritakannya ke istrinya.
Kakek Ue Bailolo melanjutkan hari seperti biasa. Dirinya kemudian pergi ke dalam hutan untuk memotong beberapa bambu.
Bambu-bambu ini nantinya akan dia gunakan sebagai perian atau bumbung tempat air. Namun keanehan kembali terjadi menimpa Kakek Ue Bailolo.
Kakek Ue Bailolo menemukan bambu besar yang cocok untuk dijadikan perian. Akan tetapi ketika hendak memotong bambu itu, Kake Ue Bailolo mendengarkan suara perempuan yang memintanya untuk memotong tidak terlalu ke bawah.
Hal ini tentu mengagetkan Kakek Ue Bailolo. Sebab sang kakek merasa bahwa di bambu tersebut ada arwah yang menjadi penghuninya.
Kakek Ue Bailolo kemudian lari ke rumah dan menceritakan kejadian ini kepada sang istri. Kakek dan nenek ini kemudian bersepakat untuk membuat sesaji terlebih dahulu sebelum membawa bambu itu pulang.
Setelah berhasil memotong bambu itu, Kakek Ue Bailolo menyimpannya di kamar. Bambu ini ditutup dengan kain putih dan ditaburi beras di sekitarnya.
Tidak ada perubahan yang terjadi keesokan harinya. Namun tepat pada hari ketiga, tiba-tiba muncul wangi harum dari dalam kamar tersebut.
Kakek Ue Bailolo dan sang istri langsung memeriksa kamar tersebut. Alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan seorang putri cantik yang ada di dalam kamar tersebut.
Putri cantik ini kemudian berkata bahwa dia turun dari kahyangan. Dia diperintahkan untuk tinggal di gubuk Kakek Ue Bailolo oleh Dewata untuk menunggu calon suaminya menjemput.
Kakek Ue Bailolo merasa senang dan menerima sang putri di rumahnya. Putri tersebut kemudian dia beri nama Lalung yang berarti putri kahyangan.
Putri Lalung sangat disayangi oleh Kakek Ue Bailolo. Semua hal yang dia minta selalu dipenuhi oleh sang kakek.
Pada suatu hari, Putri Lalung ingin memakan daging burung balam putih. Sang kakek kemudian pergi ke dalam hutan untuk memenuhi permintaan putrinya itu.
Setelah seharian berjalan, Kakek Ue Bailolo masih belum menemukan burung balam putih itu. Namun dia tetap berusaha dan tidak menyerah begitu saja.
Di sisi lain ketika Kakek Ue Bailolo masuk ke dalam hutan, sang nenek melihat seekor banteng putih mendekati gubuk mereka. Ternyata benteng tersebut dikendarai oleh seorang pemuda yang tampan.
Sesampainya di gubuk, pemuda tersebut memperkenalkan dirinya. Pemuda itu berkata bahwa dia bernama Manurung, persis seperti yang muncul di mimpi Kakek Ue Bailolo.
Nenek Ue Bailolo yang tidak tahu mimpi tersebut menduga Manurung merupakan prajurit kerajaan. Sang nenek kemudian mempersilahkan Manurung untuk masuk ke gubuknya.
Namun Manurung menolak dan berkata akan kembali di lain waktu. Sebelum pergi, Manurung menancapkan bunga matahari dan berkata jika ada wanita yang memetiknya, maka akan dia jadikan istri.
Tidak lama kemudian, Kakek Ue Bailolo kembali dari hutan setelah berhasil mendapatkan burung balam putih. Sesampainya di gubuk, dia melihat bunga matahari yang sudah terpetik.
Ternyata Putri Lalung lah yang memetik bunga itu. Setelah mendengarkan cerita sang nenek, Kakek Ue Bailolo merasa senang karena mimpinya benar-benar jadi kenyataan.
Beberapa hari kemudian, Manurung kembali ke gubuk dan bertemu Kakek Ue Bailolo. Setelah mengetahui bahwa yang memetik bunga itu adalah Putri Lalung, akhirnya Manurung menikahinya dan menjadi menantu menantu Kakek Ue Bailolo.
Manurung kemudian menetap di sana dan turut memajukan daerah tersebut. Berkat sifat yang dia miliki, Manurung kemudian diangkat menjadi raja di sana.
Setelah menjadi raja, Manurung pergi melakukan perjalanan ke sekeliling negeri yang dia pimpin. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah Raja Manurung di sebuah tanah luas yang kering dan tandus.
Berkat ilham yang dia dapatkan, Raja Manurung kemudian menancapkan tombaknya di sana. Tidak lama kemudian, air dengan derasnya keluar dan menggenangi daerah tersebut.
Konon daerah yang digenangi air inilah yang nantinya menjadi asal usul Danau Poso. Danau ini kemudian membantu kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Begitulah kisah dari legenda asal usul Danau Poso, cerita rakyat dari Sulawesi Tengah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News