ARTJOG dikenal sebagai salah satu pameran karya seni terbesar di Indonesia, yang setiap tahunnya digelar di Yogyakarta. Sejak pertama kali diadakan pada 2008, festival ini bukan hanya menjadi ruang pamer bagi seniman, tetapi juga wadah pertemuan ide, eksperimen, dan kolaborasi seni di Yogyakarta.
ARTJOG selalu mengusung tema berbeda tiap tahunnya. Pada 2025 ini ARTJOG hadir dengan tajuk Motif: Amalan. Tidak hanya menghadirkan karya para seniman dewasa, ARTJOG juga memberi ruang khusus bagi generasi muda melalui program ARTJOG Kids.
Program yang mulai dirintis sejak 2022 ini digagas untuk mendukung imajinasi dan kreativitas anak. Bukan semata mencetak seniman cilik, melainkan menjadi ruang belajar yang menyenangkan, sekaligus pendampingan dalam mengasah tumbuh kembang anak melalui seni.
Heri Pemad: Daripada Terlalu Banyak di Depan Handphone
Pada penyelenggaraan ARTJOG Kids Awards 2025 di Jogja National Museum (JNM), Minggu (24/8), CEO & Founder ARTJOG Heri Pemad memberikan sambutan bagi seluruh peserta. Ia menekankan bahwa seni bisa menjadi jalan positif untuk menyalurkan energi anak-anak.
“Bagi teman-teman atau adik-adik yang belum berhasil ikut, saya yakin ini bukan karena keadaan, tapi ada peluang di lain waktu. Ini salah satu cara untuk melatih teman-teman semuanya agar tetap kreatif,” ujarnya.
Heri juga menambahkan bahwa karya seni tidak terbatas pada menggambar atau melukis semata.
“Tidak hanya menggambar saja, tetapi juga membentuk, membuat sesuatu, bereksperimen dengan barang-barang yang mungkin tidak berguna, kemudian dijadikan karya seni. Itu pasti lebih positif daripada terlalu banyak di depan handphone,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Kurator ARTJOG Bambang ‘Toko’ Witjaksono. Menurutnya, ruang yang diberikan ARTJOG Kids terbuka bagi segala bentuk kreativitas anak-anak.
“Yang kami harapkan bukan hanya karya-karya atau lukisan, tapi apapun yang bisa dikreasikan dan itu semua bisa ditampung di dalam ARTJOG Kids,” tuturnya.
Apresiasi ARTJOG Kids bagi Seniman Cilik
Ketiga pemenang dalam ARTJOG Kids Awards 2025 di Yogyakarta, Minggu (24/8) | GNFI/Emily Zakia
Tahun ini, tiga penghargaan diberikan kepada seniman cilik terbaik dari masing-masing kategori usia:
- Muhammad Ibrahim Al Maghfuri (Pasuruan, Jawa Timur) - kategori usia 6–8 tahun
- Qaddafa Dylan Al Fayyad (Sleman, DIY) - kategori usia 9-11 tahun
- Kale Dhamin (Bantul, DIY) - kategori usia 12–15 tahun
Ketiganya dipilih dari 44 anak dan remaja berusia 6–15 tahun yang karyanya telah dipamerkan sepanjang festival. Para pemenang dinilai berhasil menghadirkan kreativitas yang dinilai segar dan penuh imajinasi.
Penampilan Musisi Cilik Garda Gandara, Sulap Lagu 'Balonku' Menjadi Jazz
Penampilan Garda Gandara di ARTJOG Kids Awards 2025 | GNFI/Emily Zakia
Suasana penghargaan semakin semarak dengan penampilan Garda Gandara, pianis cilik berusia 11 tahun asal Yogyakarta. Garda telah menekuni dunia musik sejak usia 6 tahun, terinspirasi dari kedua orang tuanya yang juga musisi.
“Emang suka dunia musik, soalnya orang tua juga musisi,” kata Garda ketika diwawancarai GNFI.
Dengan piawai, ia membawakan lagu-lagu anak Indonesia seperti Cicak di Dinding, Balonku, dan Naik Kereta Api, serta lagu populer Selalu Ada di Nadimu. Semua dibawakan dengan aransemen jazz yang segar, membuat penonton terpukau dengan suaranya. Garda pun berharap kelak bisa menjadi musisi yang menginspirasi banyak orang.
ARTJOG 2025 sendiri masih berlangsung hingga 31 Agustus 2025 di Jogja National Museum. Tiket masuk ARTJOG bisa didapatkan melalui website dan loket di lokasi dengan harga Rp80.000 untuk dewasa dan Rp50.000 untuk anak-anak.
Informasi lebih lanjut mengenai jadwal dan program dapat diakses melalui media sosial dan website ARTJOG.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News