rumah tradisional bali harmoni keluarga alam dan filosofi hidup - News | Good News From Indonesia 2025

Rumah Tradisional Bali: Harmoni Keluarga, Alam, dan Filosofi Hidup

Rumah Tradisional Bali: Harmoni Keluarga, Alam, dan Filosofi Hidup
images info

Rumah Tradisional Bali: Harmoni Keluarga, Alam, dan Filosofi Hidup


Di Bali, rumah tradisional tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam satu pekarangan keluarga besar yang disebut family compound. Setiap pekarangan ditandai dengan sebuah pintu masuk khas bernama angkul-angkul. Ukurannya kecil, tapi justru menjadi gerbang menuju filosofi besar kehidupan orang Bali.

Di Desa Penglipuran, misalnya, ada sekitar 71 angkul-angkul berjajar. Uniknya, atap setiap rumah harus sama, meski ukuran bangunannya bisa berbeda-beda. Keseragaman ini bukan sekadar estetika, melainkan simbol kebersamaan dan keharmonisan dalam adat Bali.

Setiap pekarangan dihuni lebih dari satu keluarga. Ada papan khusus yang mencatat jumlah anggota keluarga di dalamnya—mulai dari laki-laki, perempuan, hingga jumlah keluarga inti. Dalam satu pekarangan bisa tinggal empat, lima, bahkan hingga sepuluh keluarga besar. Tradisi pun mengajarkan bahwa setelah menikah, seorang istri akan tinggal bersama keluarga suami.

Selain menjadi penanda fisik, angkul-angkul juga dipercaya sebagai pintu pelindung dari energi negatif. Dengan ukiran dan simbol khas Bali, gerbang kecil ini menjadi representasi doa agar keluarga di dalamnya selalu hidup harmonis, sejahtera, dan terhindar dari mara bahaya.

Bale Dalem, Panggung Sakral Kehidupan

Salah satu bangunan utama dalam pekarangan tradisional Bali adalah Bale Dalem atau Balai Dalat. Bangunan ini berfungsi sebagai ruang sakral untuk berbagai upacara, mulai dari potong gigi (metatah), pernikahan, hingga kremasi. Selain itu, bale ini juga sering digunakan untuk rapat keluarga, menjadi titik temu antara adat dan kehidupan sehari-hari.

Atap Bale Dalem terbuat dari bambu, bukan genteng atau seng. Alasannya, Desa Penglipuran memiliki hutan bambu seluas 46 hektare yang kualitasnya terkenal sebagai yang terbaik di Bali. Bambu bukan sekadar bahan bangunan, tapi juga simbol keterhubungan dengan alam, sekaligus bentuk konservasi yang diwariskan turun-temurun.

Penggunaan bambu juga menunjukkan kesederhanaan sekaligus kekuatan. Di balik bentuknya yang ringan, bambu mampu bertahan lama dan ramah lingkungan. Inilah cara orang Bali menjaga keseimbangan antara budaya, tradisi, dan alam sekitar.

Dapur di Utara, Simbol Gunung yang Suci

Dapur di rumah tradisional Bali
info gambar

Dapur di rumah tradisional Bali | Foto: Dokumen Pribadi


Di setiap pekarangan rumah tradisional Bali, dapur selalu terletak di sisi utara. Penempatan ini bukan kebetulan, melainkan melambangkan gunung sebagai arah suci dalam kosmologi Hindu Bali.

Dapur juga biasanya dibangun lebih tinggi daripada bangunan lainnya, sebagai simbol penghormatan terhadap orang tua atau tetua keluarga. Aktivitas memasak pun masih menggunakan cara tradisional dengan kayu bakar, bukan kompor modern.

Asap dari tungku seakan menjadi penghubung antara manusia dengan leluhur, menghadirkan nuansa spiritual dalam aktivitas sehari-hari.

Meski sederhana, dapur ini menjadi pusat kehidupan keluarga. Dari sinilah aroma masakan tradisional Bali menyebar, sekaligus menjaga kehangatan kebersamaan dalam keluarga besar.

Rumah Tradisional Bali, Lebih dari Sekadar Tempat Tinggal

Melihat susunan rumah tradisional Bali, jelas bahwa arsitektur di sini bukan hanya soal bangunan fisik. Ia adalah refleksi filosofi hidup, di mana manusia, alam, dan spiritualitas berpadu harmonis.

Angkul-angkul yang kecil tapi sarat makna, Bale Dalem yang menjadi pusat upacara sakral, hingga dapur di sisi utara yang menyimbolkan kesucian—semuanya menunjukkan bahwa rumah tradisional Bali adalah ruang hidup sekaligus ruang adat.

Lebih dari itu, rumah tradisional Bali juga menjadi bukti bagaimana masyarakat menjaga warisan leluhur di tengah perubahan zaman. Tradisi ini tidak hanya mempertahankan bentuk fisik bangunan, tapi juga nilai kebersamaan, penghormatan, dan keselarasan dengan alam.

Tak heran, rumah tradisional Bali kini juga menjadi daya tarik wisata budaya. Wisatawan yang berkunjung bukan hanya melihat arsitektur uniknya, tapi juga belajar tentang filosofi hidup orang Bali yang menjadikan rumah sebagai pusat tradisi, spiritualitas, dan identitas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.