Setiap bulan September, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly / UNGA) di New York menjadi panggung utama diplomasi dunia. Ratusan pemimpin negara dan pemerintahan berkumpul untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai isu-isu global. Dari banyak tradisi yang melekat, salah satunya paling menonjol. Brasil selalu menjadi negara pertama yang berbicara dalam sesi pembukaan.
Tradisi ini tidak tercatat dalam Piagam PBB, melainkan lahir dari kebiasaan sejak awal berdirinya organisasi. Pada tahun-tahun pertama, banyak negara enggan mengawali sesi pidato karena beban diplomatik yang besar. Brasil maju dan mengambil kesempatan itu. Konsistensi mereka dari tahun ke tahun akhirnya menjadikan peran tersebut sebagai tradisi resmi.
Setelah Brasil, giliran biasanya diberikan kepada Amerika Serikat, tuan rumah markas besar PBB di New York. Kedua negara ini seakan menjadi penanda pembuka jalannya sidang.
Indonesia di Panggung PBB
Indonesia juga memiliki catatan penting dalam sejarah Sidang Umum PBB. Presiden pertama Indonesia, Sukarno, mencatatkan namanya dengan salah satu pidato terpanjang sepanjang sejarah. Pada tahun 1960, beliau berbicara selama 2 jam, memukau dunia dengan seruannya tentang berakhirnya penderitaan kolonialisme dan bangkitnya keadilan. Pidato ini menegaskan peran Indonesia sebagai suara negara-negara berkembang dan gerakan nonblok pada masa itu.
Kini, lebih dari enam dekade kemudian, Indonesia kembali mendapat sorotan. Pada UNGA 2025, Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menjadi pembicara ketiga setelah Brasil dan Amerika Serikat. Kehadiran Indonesia di posisi awal daftar pembicara menandai pentingnya peran negara ini di kancah internasional.
Urutan Lima Pembicara Pertama di UNGA 2025
Sidang Umum tahun ini menampilkan para pemimpin berikut sebagai pembicara pertama:
Luiz Inácio Lula da Silva – Brasil
Donald Trump – Amerika Serikat
Prabowo Subianto – Indonesia
Recep Tayyip Erdoğan – Turki
Dina Ercilia Boluarte Zegarra – Peru

Posisi Indonesia di urutan ketiga memberi kesempatan strategis untuk menyampaikan visi dan sikapnya terhadap tantangan global, termasuk perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan peran negara berkembang dalam tata dunia baru.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.