oemah sinau bocah bimbel gratis dan pendidikan karakter di banyumas - News | Good News From Indonesia 2025

Oemah Sinau Bocah, Bimbel Gratis dan Pendidikan Karakter di Banyumas

Oemah Sinau Bocah, Bimbel Gratis dan Pendidikan Karakter di Banyumas
images info

Oemah Sinau Bocah, Bimbel Gratis dan Pendidikan Karakter di Banyumas


Oemah Sinau Bocah (OSB) lahir dari keprihatinan terhadap lemahnya etika dan keterampilan dasar anak‑anak desa. Slamet Riyanto dan keluarganya di Desa Limpakuwus, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, mendirikan OSB sebagai ruang belajar alternatif.

Mereka melihat banyak anak belum mampu membaca, menulis, dan berhitung; beberapa bahkan tiga kali tidak naik kelas. OSB dibangun untuk mengisi kekosongan pendidikan non‑formal dengan fokus pada budi pekerti dan karakter sesuatu yang kurang ditekankan di sekolah umum.

Pembelajaran di OSB awalnya diikuti oleh 13 anak. Masyarakat desa memandang ragu karena OSB bukan sekolah formal dan gratis sehingga dianggap kurang bergengsi. Meski demikian, Slamet Riyanto dan keluarganya tetap berjuang dengan moto bahwapendidikan tidak pernah mati.

Inisiatif Amalia Rahma Riyanto

Selama dua dekade, OSB berkembang menjadi gerakan berbasis komunitas. Putri Slamet, Amalia Rahma Riyanto, turut mengambil peran penting sebagai koordinator program. Ia bertugas memfasilitasi kelas bimbingan belajar gratis, mengatur jadwal pengajar, serta menghubungkan OSB dengan relawan dan donatur.

Kegiatan OSB lebih dari sekadar bimbel; mereka memberi pendidikan karakter, mengajak anak berdiskusi, bermain peran, dan mengekspresikan kreativitas. Sejak 2017, OSB membuka rumah baca gratis ruang bagi anak untuk membaca buku sumbangan dan menumbuhkan literasi.

Amalia menjelaskan bahwa OSB juga menjadi sarana pemberdayaan perempuan dan pemuda desa. Para ibu dan remaja dilatih menjadi fasilitator, sehingga OSB tidak bergantung pada guru luar. Metode pembelajaran dibuat menyenangkan dan kontekstual, dengan memanfaatkan permainan tradisional, kesenian lokal, dan cerita rakyat untuk menanamkan nilai moral.

baca juga

Pertumbuhan Oemah Sinau Bocah

Meski semula hanya belasan anak, OSB terus mendapat kepercayaan masyarakat. Pada 28 Agustus 2016 OSB memiliki 320 anggota dari berbagai jenjang pendidikan. Kenaikan jumlah tersebut menunjukkan efektivitas pendekatan keluarga Riyanto. Anak‑anak yang awalnya tidak naik kelas kini mampu mengimbangi sekolah formal dan lebih percaya diri.

Pada 2019, OSB telah membuka lima lokasi belajar di sekitar Limpakuwus untuk menjangkau lebih banyak anak. Mereka melayani siswa PAUD, TK, SD dan SMP dengan sistem kelas sore agar tidak mengganggu sekolah pagi.

OSB mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek komunitas seperti menanam pohon, membersihkan lingkungan, dan membantu sesama, sehingga pembelajaran lebih aplikatif.

Selain kelas rutin, Amalia menginisiasi kegiatan khusus seperti Oemah Sinau Camp perkemahan literasi tahunan yang melatih kepemimpinan, kerjasama, dan keterampilan hidup. Ia juga menggandeng universitas dan organisasi pemuda untuk menyelenggarakan workshop teknologi sederhana, kreativitas seni, dan kewirausahaan kecil bagi siswa OSB.

Tantangan dan Perjuangan

Kesuksesan OSB tidak diraih tanpa rintangan. Karena statusnya non‑formal dan gratis, banyak warga awalnya menganggap OSB kurang bergengsi dan menolak mengizinkan anaknya belajar. Beberapa menilai kegiatan OSB mengganggu pekerjaan rumah tangga anak. Tantangan lain adalah kurangnya tenaga fasilitator.

Amalia menghadapi keterbatasan finansial untuk menyediakan bahan ajar dan peralatan. Dia mengandalkan donasi buku dan alat tulis dari komunitas dan mitra. Dengan tekad kuat, OSB menjalin kolaborasi dengan taman bacaan masyarakat, komunitas literasi, dan universitas untuk mendapatkan dukungan.

Lambat laun, persepsi masyarakat berubah. Orang tua mulai menyadari nilai OSB ketika anak‑anak mereka menunjukkan kemajuan akademik dan karakter.

Pandemi COVID‑19 juga menjadi tantangan. OSB harus menutup kelas tatap muka sementara dan beralih ke pembelajaran daring sederhana menggunakan telepon dan pesan singkat. Amalia berinovasi dengan modul belajar mandiri yang dikirim ke rumah siswa dan sesi bimbingan via WhatsApp.

Penghargaan dan Harapan

Keberhasilan OSB mendapat perhatian publik. Pada 2020, Amalia Rahma Riyanto mewakili Oemah Sinau Bocah dalam ajang SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan Astra. Meskipun hanya mencapai tingkat provinsi, partisipasi ini menunjukkan pengakuan terhadap dedikasi OSB dalam memajukan pendidikan di pedesaan.

Ke depan, Amalia bercita‑cita memperluas OSB ke desa‑desa lain di lereng Gunung Slamet dan membangun sistem manajemen yang lebih kuat. Ia berharap lebih banyak relawan dan donatur bergabung agar OSB dapat menyediakan beasiswa, fasilitas teknologi, dan ruang kreatif yang lebih luas.

Ia juga ingin menjadikan OSB sebagai model pendidikan non‑formal berbasis karakter yang dapat direplikasi di daerah lain.

#kabarbaiksatuindonesia

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.