Suara mesin itu, riuh terdengar keras di tengah rimba, pohon-pohon dibabati oleh tangan tak bertanggung jawab. Miris memang, tapi ini nyata terjadi. Tangan-tangan itu hanya tertawa berkipas keuntungan, sementara masyarakat lokal kian menghitung duka dan dihantui akan bencana.
Empat ekor sapi diserang harimau lagi. Kerugiannya jangan tanya dan itu sangat besar, hingga ketakutan terhadap satwa liar yang datang tiba-tiba kini semakin nyata dan jelas di depan mata. Bukan alam dan satwa yang tak bersahabat, tapi kayu yang dibabati itu membuat harimau keluar sarang karena habitatnya terusik dijamah oknum tak bertanggung jawab.
Julukan Minangkabau sebagai "The Land of Tiger" dan menjadi simbol dalam seni silat Minangkabau atau Silek Harimau, menjadikan satwa liar ini sakral, dihormati, dan dihargai bagi tradisi Minangkabau.
Tatkala keharmonisan antara manusia dan alam terus berkurang, harimau itu terpaksa turun, memakan ternak, dan menjadi persimpangan yang memunculkan konflik antara penghormatan budaya dan kerugian nyata.
Dalam menjembataninya, komunitas lokal PAGARI (Patroli Anak Nagari) hadir mewujudkan impian "Nagari Ramah Harimau", sekaligus menjaga hutan untuk berbagi ruang antara manusia dan satwa tanpa menimbulkan darah maupun air mata.
Jaga Konservasi, Rawat Masa Depan

Harimau Sumatra | Foto: Instagram/@sintasindonesia
Menjadi saksi akan betapa sulitnya menjaga hutan, setiap langkah kaki dalam menyusuri hutan yang rimbun bagi komunitas lokal PAGARI seperti sebuah cerita dan pengalaman tak ternilai, dari kamera jebakan yang menangkap bayangan harimau sekilas, hingga interaksi hangat dengan masyarakat lokal untuk mencegah konflik antara manusia dan satwa.
PAGARI (Patroli Anak Nagari) adalah komunitas lokal yang dibina oleh BKSDA Sumatra Barat, dibentuk bersama Yayasan SINTAS Indonesia dan Centre for Orangutan Protection (COP).
PAGARI ini sangat berkaitan erat dengan upaya konservasi harimau Sumatra yang ada kaitan juga dengan keamanan masyarakat serta nilai-nilai adat Minangkabau, di mana harimau dianggap sebagai Inyiak Balang, yang diyakini sebagai penjaga hutan nagari.
Adat dan tradisi di Ranah Minang sudah sedari lama dapat membantu menjaga hubungan sejarah antara manusia dan harimau Sumatra yang berdampak positif pada keberadaan harimau dan alam.
Bagi suku Minangkabau, harimau Sumatra dianggap sebagai makhluk yang terpandang dan dihormati, sehingga sangat tabu untuk menyebut nama langsung. Mereka menyebutnya dengan julukan Inyiak, Datuak, Angku, dan Ampanglimo, yang berarti dianggap sebagai tetua, penuh wibawa, dan terhormat.
Dalam mendukung pelestarian harimau Sumatra dan habitatnya, mitigasi konflik antara manusia dan harimau serta penegakan hukum, pemerintah Sumatra Barat juga memberikan dukungan dengan menerbitkan Surat Edaran Gubernur No. 522.5/3545/Dishut-2021 pada Desember 2021 tentang Pelestarian Harimau Sumatra.
BKSDA bersama Yayasan SINTAS Indonesia membentuk PAGARI (Patroli Anak Nagari) sebagai komunitas lokal yang didirikan di Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota.
Tujuan dibentuknya PAGARI ini adalah untuk mencegah dan menangani konflik antara manusia dengan satwa liar, terutama harimau Sumatra, agar masyarakat bisa hidup aman dan berdampingan dengan satwa liar tersebut.
Tentu saja, Nagari Ramah Harimau menjadi salah satu harapan besar bagi mereka dan melalui PAGARI (Patroli Anak Nagari) ini, anggota masyarakat pun dibekali pembelajaran awal mulai dari pelatihan tentang kebijakan konservasi harimau Sumatra, bioekologi, cara mengamankan hutan, perlindungan satwa liar, navigasi, penggunaan camera trap, serta cara menghadapi konflik antara manusia dan satwa liar.
Selain itu, mereka juga mengikuti latihan lapangan dengan praktik langsung dalam menangani konflik antara manusia dan satwa liar.
Tengku Lidra menjadi salah satu Representatif Yayasan SINTAS Indonesia menyebut bahwa jambore pembinaan dan pelatihan lapangan PAGARI ini telah lama direncanakan, tapi baru terealisasi di awal 2024. Ia menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan antar PAGARI, termasuk dalam hal mitigasi, medis, dan lainnya.
Pada bulan April 2023, sebelumnya PAGARI juga pernah dibentuk dan dilatih di nagari Pasia Laweh, Kabupaten Agam, dan nagari Panti Selatan, Kabupaten Pasaman. Kegiatan ini dilakukan bersama BKSDA dan berbagai mitra. Tujuan utamanya adalah menciptakan ruang yang damai antara masyarakat dan harimau, sehingga bisa terwujud ‘Nagari Ramah Harimau’.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Konservasi dan Kawasannya di Sumatra Utara
PAGARI Dorong Peran Aktif Masyarakat Lokal

PAGARI (Patroli Anak Nagari) | Foto: SINTAS Indonesia/Ken Bohn
Adanya komunitas lokal PAGARI ini menjadi upaya mendorong masyarakat secara aktif untuk berpartisipasi dalam menjaga keharmonisan antara manusia dan satwa liar, serta mampu menghadapi konflik awal yang mungkin terjadi di wilayah nagarinya secara mandiri.
Selain itu, kehadiran PAGARI ini juga memungkinkan adanya deteksi dini dan penanganan konflik secara lebih optimal, sehingga bisa menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem di sekitarnya.
Melalui inisiatif ini, Tengku Lidra sebagai Representatif Yayasan SINTAS Indonesia, dengan program konservasi dan pendampingan untuk komunitas lokal PAGARI, menerima penghargaan SATU Indonesia Award pada tahun 2024 di kategori Lingkungan dari PT Astra International, Tbk.
Apresiasi ini membentuk PAGARI (Patroli Anak Nagari) untuk menjadi wadah harapan, di mana harimau Sumatra yang dianggap sebagai simbol kekuatan alam dan memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis tetap hadir dan dapat hidup berdampingan dengan manusia,
Jika manusia dan satwa liar bisa saling bekerja sama, harimau pun masih punya kesempatan untuk berlarian bebas, dan ini bukan hanya menjadi cerita. Melalui PAGARI (Patroli Anak Nagari) senantiasa mengingatkan bahwa usaha menjaga alam adalah usaha untuk menjaga masa depan.
Kisah PAGARI ini juga menunjukkan contoh nyata kerja sama antara kearifan lokal, usaha menjaga alam yang tulus, serta cara damai dalam menyelesaikan masalah untuk hidup rukun dengan alam dan sang raja rimba sebagai bentuk konservasi yang manusiawi dan berkelanjutan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News