Nama ‘Bugis’ diabadikan dalam beberapa kawasan modern di Singapura. Tak salah, penamaannya memang merujuk pada suku Bugis dari pesisir Sulawesi Selatan. Suku ini sudah termasyhur sejak lama karena sering berlayar jauh melintasi Nusantara untuk berdagang.
Mereka dikenal dengan kapal pinisi megahnya, yang kini mengantongi pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Takbenda sejak 2017. Dengan pinisi itu, orang Bugis melanglang buana, menerjang ombak lautan, untuk berdagang di berbagai penjuru dunia. Mereka membawa banyak komoditas untuk dijual, seperti rempah-rempah, emas, kopi, sampai arang.
Kedatangan Suku Bugis di Singapura
Menyadur dari The National Library Singapore, orang Bugis diperkirakan datang ke Singapura pada 1819. Mereka lalu membangun permukiman dan gudang dagang di sekitar Telok Ayer dan Kampong Glam, di mana tempat ini dikenal sebagai Kampong Bugis di kemudian hari.
Saat itu, 500 orang Bugis yang dikepalai oleh Arong Bilawa berlabuh di Singapura. Dari tahun ke tahun, jumlah kapal milik orang Bugis yang tiba di sana meningkat. Dikatakan pada tahun 1825, kapal Bugis yang singgah di Singapura tembus hingga 120 buah kapal.
Bahkan, populasi warga Bugis mencapai puncaknya pada tahun 1830-an, saat para pedagang memiliki kekuatan memonopoli perdagangan dengan pulau-pulau timur di Kepulauan Melayu.
Kehadiran masyarakat Bugis memberi dampak besar terhadap lanskap sosial dan ekonomi Singapura. Mereka memainkan peran dalam membangun jaringan perdagangan antara Singapura dengan Nusantara.
Selama berabad-abad, kontak antara orang Bugis dan Singapura terus berlangsung. Lama-lama, kawasan tempat mereka beraktivitas di Singapura disematkan nama ‘Bugis’ di dalamnya, termasuk Bugis Street, Bugis Junction, dan Bugis Village atau Kampong Bugis. Penamaan ini bertujuan untuk menghormati orang Bugis yang pernah berjaya di Singapura.
Serba-serbi Nama Bugis di Singapura
Permukiman tempat warga Bugis tinggal di Singapura dikenal sebagai Kota Bugis atau Bugis Town. Tahun 1822, daerah itu punya banyak kompleks besar yang dipertuan oleh pedagang Bugis terkemuka dan pengikut mereka.
Namun, setahun setelahnya, orang Bugis diminta untuk merelokasi tempat itu. Kemudian, mereka mendirikan Bugis Town baru di Kampong Rochor. Daerah tersebut kini merupakan wilayah di antara Stasiun Lavender Mass Rapid Transit (MRT) dan kawasan perumahan Crawford.
Saat ini, area Kampong Bugis dikembangkan oleh pemerintah Singapura sebagai kawasan minim kendaraan bermotor. Kawasan tersebut juga dibangun lebih banyak taman dan ruang terbuka hijau (RTH), sehingga lebih aman dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Bugis Street atau Jalan Bugis terletak di daerah Rochor. Dulu, kawasan ini disebut sebagai salah satu jalan paling indah di dunia oleh seorang Belanda, Francis Downes Ommanney.
Tak hanya indah, Bugis Street zaman dahulu juga sangat terkenal. BiblioAsia, kanal informasi milik pemerintah Singapura, menuliskan bahwa kawasan itu dulunya cukup ‘liar’.
Bagaimana tidak, Bugis Street dikenal oleh dunia internasional karena dunia malamnya yang glamor. Segala bentuk fesyen dapat ditemukan di sini. Saking kontroversialnya, pernah ada sebuah film tentang Bugis Street yang dibuat oleh sutradara Amerika Serikat tahun 1970-an, yang mana film itu dilarang tayang karena dianggap menggambarkan sisi buruk Singapura.
Namun, kawasan ini kemudian direvitalisasi besar-besaran. Bugis Street yang baru sekarang berada di seberang Bugis Junction di Victoria Street, kira-kira 0,5 km dari sebelah barat tempat aslinya di masa lalu. Kini, Bugis Street merupakan kawasan perbelanjaan khusus bagi pejalanan kaki yang bersih dan nyaman.
Di sisi lain, sama seperti Kampong Bugis dan Bugis Street, Bugis Junction juga mengambil nama suku Bugis. Dibuka pada 1995, Bugis Junction adalah kompleks campuran yang menggabungkan area perbelanjaan, menara perkantoran, dan hotel.
Sampai saat ini, Bugis Junction menjadi lokasi kesukaan banyak orang, termasuk turis. Letaknya yang dekat dengan stasiun MRT memudahkan siapa saja untuk mengunjunginya. Banyak tempat perbelanjaan dan restoran yang bisa dicoba di sini.
Adakah Kawan GNFI yang sudah pernah menapaki kawasan-kawasan bernama Bugis di Singapura di atas?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News