Udara pagi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, selalu membawa aroma tanah yang baru tersentuh hujan. Di balik keindahan alamnya, Sigi menyimpan kisah ketangguhan: daerah yang pernah luluh lantak akibat bencana kini kembali tumbuh lewat tangan-tangan muda yang tak kenal menyerah.
Salah satunya adalah Nedya Sinintha Maulaning, sosok perempuan yang percaya bahwa ekonomi tak harus bertentangan dengan ekologi. Dari desa kecilnya, ia membangun GIAT (Gampiri Inkubasi Usaha Lestari), ruang yang mempertemukan ide hijau, empati sosial, dan semangat wirausaha.
Dari Luka Bencana ke Harapan Baru
Pasca gempa dan likuefaksi tahun 2018, Sigi menghadapi masa sulit. Banyak warga kehilangan pekerjaan, tanah, bahkan harapan. Tapi bagi Nedya, setiap krisis selalu menyimpan peluang untuk berbuat baik.
Ia melihat potensi besar di sekitar: bahan-bahan alami, kearifan lokal, dan komunitas yang kuat. Maka lahirlah GIAT- sebuah wadah yang membantu masyarakat bangkit melalui wirausaha berbasis keberlanjutan.
Melalui GIAT, para peserta diajak untuk membuat produk ramah lingkungan seperti sabun herbal, lilin aromaterapi, dan skincare alami berbahan dasar kelapa. Tak hanya memanfaatkan sumber daya lokal, tapi juga mengedepankan prinsip ekonomi sirkular: meminimalkan limbah dan mengedukasi masyarakat agar lebih peduli terhadap bumi.

Perempuan, Pilar Ekonomi Hijau
Dalam setiap langkahnya, Nedya menempatkan perempuan sebagai inti gerakan. Ia tahu, perempuan di daerah sering kali memiliki kreativitas tinggi namun minim akses terhadap pelatihan dan pasar.
GIAT hadir sebagai jembatan menghubungkan kemampuan dengan peluang.
Melalui program “Gampiri Interaksi”, Nedya mengadakan kelas kewirausahaan, mentoring digital, hingga pameran produk. Hasilnya bukan hanya ekonomi rumah tangga yang meningkat, tapi juga kepercayaan diri.
“Perempuan bukan sekadar pelaku ekonomi rumah, tapi penjaga keseimbangan bumi,” ujar Nedya dalam sebuah sesi komunitas.
Kini, puluhan perempuan Sigi telah memiliki usaha mandiri, dari sabun alami hingga produk kerajinan daur ulang. Semua berjalan di bawah satu payung nilai: lestari, lokal, dan memberdayakan.
Kewirausahaan yang Tumbuh dari Empati
Yang membuat GIAT berbeda adalah pendekatannya yang personal dan humanis. Nedya tak sekadar mengajarkan teori bisnis, tapi juga menanamkan filosofi hidup: bahwa setiap produk punya cerita, dan setiap usaha punya tanggung jawab terhadap bumi.
Dalam setiap pelatihan, peserta belajar soal branding, pemasaran digital, dan storytelling produk. Mereka didorong untuk menulis kisah di balik setiap karya, karena bagi GIAT, cerita adalah kekuatan baru dalam membangun ekonomi hijau.
Pendekatan inilah yang membuat GIAT tumbuh organik, dikenal luas, dan akhirnya membawa Nedya meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards Nasional dan Provinsi 2024 bidang Kewirausahaan. Sebuah pengakuan atas dedikasinya membangun model usaha yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak nyata.
Hijau Adalah Gaya Hidup, Bukan Tren
Nedya percaya bahwa menjaga bumi tak harus dimulai dari langkah besar, cukup dari kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten. Lewat GIAT, ia ingin mengubah cara pandang masyarakat: bahwa go green bukan hanya slogan, tapi budaya hidup.
Kini GIAT telah menjadi ekosistem yang menumbuhkan wirausaha hijau muda. Mereka belajar menyeimbangkan antara keuntungan dan keberlanjutan, antara ekonomi dan empati.
Sigi perlahan menjadi contoh daerah yang mampu bangkit dengan cara yang lebih bijak terhadap alam.
Menanam Kebaikan, Menuai Harapan
Dalam setiap langkahnya, Nedya menanam nilai yang sama: tumbuh bersama alam, bukan melawannya. Ia percaya, masa depan yang lestari dimulai dari keputusan hari ini, untuk berani mencipta, berbagi, dan menjaga.
Dari tangan-tangan perempuan di Sigi, lahir produk-produk alami yang bukan hanya wangi, tapi juga menyimpan semangat untuk bumi yang lebih baik. Dan lewat GIAT, Nedya telah membuktikan bahwa perubahan sejati dimulai dari satu hal sederhana: keberanian untuk peduli.
Ketika banyak orang berlomba mengejar keuntungan, Nedya memilih jalannya sendiri, menanam keberlanjutan. GIAT bukan sekadar inkubasi usaha, tapi inkubasi kesadaran. Bahwa setiap botol sabun, setiap pot lilin, dan setiap cerita kecil dari Sigi adalah bagian dari perjuangan besar untuk bumi yang lebih hijau.
Dari Sigi untuk Indonesia, langkah hijau Nedya Sinintha Maulaning telah menyalakan inspirasi: bahwa kewirausahaan sejati bukan hanya tentang mencipta nilai, tapi juga tentang menjaga kehidupan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


